"Kalau kamu ikut pergi, apakah kamu akan …!"Wina merasa agak ragu-ragu. Dia takut penyakit Ivan akan makin memburuk jika Ivan melihat Jihan."Mau nggak mau, kamu harus membawaku bersamamu."Pria yang memeluknya tersebut menunjukkan sedikit kecemburuan yang tersembunyi di matanya yang dingin tersebut."Aku nggak memandangnya seperti itu."Hati Wina terasa hangat. Dia mengulurkan tangan dan mencubit wajah yang begitu tampan itu."Sayang, kamu baik sekali."Suaminya itu terlihat kuat. Namun, sebenarnya dia rela mengalah dalam segala hal untuk Wina.Wina menatap Jihan dengan penuh cinta. Hal itu entah kenapa membuat Jihan merasa aman.Jihan mengangkat tangannya dan meraih tangan yang sedang meraba-raba dan meremas wajahnya itu."Nggak apa-apa kalau kamu memutuskan untuk merawatnya. Tapi …!"Jihan mengangkat dagu Wina. Tatapan yang kuat dan mendominasi muncul di matanya."Malamnya kamu harus kembali kepadaku!"Jihan bisa mengizinkan Wina merawat Ivan di siang hari, tetapi tidak di malam ha
Cedera Sara kebanyakan hanyalah luka luar saja. Tidak lama setelah dirawat di rumah sakit, Sara pun sudah diizinkan untuk pulang.Pada saat hari kepulangan Sara, Lilia datang sendiri ke ruang rawat inap untuk mengemasi barang-barang Sara. Mungkin karena masalah Sandy itu, Lilia selalu merasa agak bersalah setiap kali melihat Sara.Dialah yang sudah menjodohkan Sara dan Sandy. Lilia juga yang menjamin karakter Sandy. Akibatnya, terjadi hal seperti ini dan membuat Sara mengalami kerugian sebesar itu. Tentu saja, Lilia selalu menyesalkan hal tersebut.Sara tidak terlalu memedulikannya. Dia juga meyakinkan Lilia untuk tidak memikirkan masalah tersebut. Sejak kecil hingga dewasa, Sara sudah mengalami berbagai macam hal yang tidak mengenakkan. Jadi, yang dialaminya sekarang bukanlah apa-apa bagi Sara."Selain itu, bukankah Sandy sudah mendapatkan hukuman yang setimpal?"Setelah Jihan mengetahui jika Sandy memanfaatkan Ivan untuk menabur perselisihan, dia pun memberikan tekanan kepada orang y
Sebenarnya, Sara menyembunyikan Jefri jauh di lubuk hatinya.Hanya saja, Sara sudah tidak lagi percaya pada laki-laki. Sara juga merasa jika orang seperti dirinya tidak layak untuk dinikahi.Tanpa menunggu tanggapan dari Lilia, Sara langsung membuka tirai dan melihat Jefri tengah tertegun di tempat.Cahaya yang masuk dari jendela menerpa diri Jefri, membuat mata Jefri terlihat merah tua.Sara tidak berani memandang Jefri yang seperti itu. Oleh karena itu, Sara langsung mengalihkan pandangannya. Dia menunduk dan memperhatikan jari-jari kakinya.Setelah berdiri selama beberapa saat, Jefri pun membuka mulutnya dan bertanya, "Apa semuanya sudah dikemasi?"Sara mengangguk, lalu pergi untuk mengambil koper yang diletakkan di sebelahnya. Jefri melangkah menghampirinya dan mengulurkan tangan untuk mengambil koper tersebut. "Ayo kita pergi. Aku akan mengantarmu pulang."Jefri tidak menjelaskan tentang Nara. Dia juga tidak bertanya pada Sara mengenai maksud perkataannya barusan. Jefri hanya meng
Mereka semua adalah orang-orang yang tersesat dalam keputusasaan karena cinta. Mereka telah melewati masa-masa sulit dan berjuang keras untuk keluar dari penderitaan, tetapi tak kunjung menemukan jalan keluar. Hal inilah yang pada akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam jurang depresi.Pengalaman Aulia dan Rian, jika dikatakan tidak mirip, sebenarnya mirip. Mereka berdua mempertaruhkan semua perasaan mereka dan berusaha keras untuk mencintai, tetapi pada akhirnya tetap tidak bisa mencintai.Hanya saja, Aulia berhasil melepaskan diri. Aulia juga tahu jika orang yang dicintainya dengan segenap hati itu tidak berdaya. Aulia tidak punya pilihan selain melakukannya. Sementara itu, Rian …Juga tidak punya pilihan lain selain melepaskannya. Namun, yang lebih kejam lagi adalah, orang yang sebelumnya begitu mencintai Rian hingga rela memberikan segalanya, berubah pikiran dan jatuh cinta pada orang lain setelah Rian mendapatkan kembali ingatannya.Jika Aulia jatuh dari tingkat delapan, Rian jatuh
Sara sendiri juga mudah untuk terprovokasi. Itu sebabnya, dia langsung menyetujuinya. Setelah meminum beberapa gelas anggur, Sara melihat Aulia bukan hanya tidak mabuk, tetapi dia juga masih terlihat tenang dan menatapnya sambil tersenyum.Barulah Sara menyadari jika dibalik penampilannya yang lembut itu, Aulia memiliki sisi yang liar dan sulit untuk diatur. Sara pun langsung tidak berani lagi untuk minum bersamanya. "Sudahlah. Aku mengaku kalah. Aku nggak mau minum lagi."Aulia tersenyum dan menahannya. "Kak Sara, kalau kamu mengaku kalah, kamu harus mengungkapkan perasaanmu."Sara tidak mampu berkata-kata.Lebih baik tinggal di rumah Wina, duduk di sofa bersama Jihan dan saling bertatap-tatapan. Ini benar-benar keputusan yang bodoh."Apa yang ingin kamu dengar?"Aulia memegang gelas anggurnya dan berbalik. Dia bersandar di bar dan melihat ke arah lalu lintas yang ramai melalui jendela besar yang menjulang dari lantai sampai ke langit-langit."Ceritakan tentang Kak Jefri."Sara langsu
Di sisi Wina, dia tidak tahu apakah karena dia sudah berganti tempat tidur atau apa, Wina tetap saja tidak bisa tidur meski sudah berguling-guling.Wina hanya membuka matanya dan menatap Jihan yang terbaring di sampingnya. Pria itu menutup matanya rapat-rapat dan sepertinya sudah tertidur.Wina mengulurkan tangannya untuk menyentuh bulu mata Jihan yang panjang. Namun, pergelangan tangannya langsung dicengkeram oleh Jihan. Kemudian, Jihan mengangkat tubuh Wina dan menjatuhkannya ke dalam pelukannya."Aku akan menghukummu kalau kamu nggak bisa tidur karena lagi-lagi memikirkan Ivan."Wina tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum tipis saat mendengar suara yang dingin dan penuh rasa cemburu itu di atas kepalanya."Aku nggak memikirkan dia."Bulu mata Jihan yang panjang dan lentik itu perlahan terbuka."Kalau begitu, siapa yang kamu pikirkan?""Aku hanya bertanya-tanya kenapa bulan begitu besar dan bulat. Cahayanya sangat terang hingga aku nggak bisa tidur."Jihan tidak mampu berkata-
Mobil itu dengan cepat berhenti di lantai bawah gedung apartemen Aulia. Melihat mobil datang, Sara yang sedang berdiri dan menunggu dengan tenang, buru-buru melangkah maju untuk membuka pintu.Ketika Sara melihat Jihan yang mengemudikan mobil dan Wina yang duduk di sampingnya tampak seperti seorang wanita paruh baya, tanpa sadar Sara pun langsung menelan ludahnya.Sara dengan hati-hati duduk di kursi belakang.Wina bertanya pada Sara, apakah Aulia tidak ikut pergi?Sara hanya menjawab, "Agak terlalu mendadak kalau dia ikut kita sekarang. Sebaiknya kita pergi dan mencari tahu dulu situasinya, baru dia akan ikut kita nanti." Setelah itu, Sara tidak lagi mengatakan apa pun.Sang suami mengantar istrinya menemui cinta pertamanya. Adegan romantis macam apa ini? Siapa yang berani mengomentarinya?Namun, secara keseluruhan suasana sepanjang di perjalanan cukup harmonis dan tidak terjadi konflik.Sampai akhirnya mobil berhenti di depan vila Keluarga Gerad, barulah wajah Wina berangsur-angsur m
Dilihat dari kejauhan, pria di lautan bunga itu masih tetap segar, tampan, dan elegan seperti saat masih muda dahulu.Wajah-wajah yang sudah familier, sosok-sosok yang sudah tidak asing lagi, secara berangsur-angsur menjadi lebih jelas terlihat. Seakan-akan mereka berada dalam mimpi dan segala sesuatunya baru saja terjadi kemarin.Setiap kali Wina melangkah lebih dekat pada Ivan, hati Wina menjadi makin tenggelam dalam kesunyian. Kenangan yang tak terhitung jumlahnya mulai datang membanjiri seperti di sungai dan lautan.Yang diingat Wina adalah betapa baiknya Ivan memperlakukan dirinya.Sementara itu, yang diingat Ivan adalah Wina yang tidak akan pernah kembali.Mereka saling memandang dari kejauhan. Ivan hanya menatap mata Wina, sementara yang terlihat di mata Wina hanyalah perasaan lega saja.Mereka sudah berjanji satu sama lain untuk hidup bersama sampai akhir hayat, bahkan juga di kehidupan selanjutnya. Namun, pada akhirnya Wina sudah bukan lagi milik Ivan.Mata Ivan diselimuti kab