Bulan depan adalah ulang tahun nenek Keluarga Hermosa yang ke-70.Clara dan Bagas pun berdiskusi tentang cara merayakan agar nenek Keluarga Hermosa bisa bahagia.Nenek Keluarga Hermosa tentu juga mendengarkan, tetapi dia tidak tertarik. Dia hanya berkata, "Itu semua nggak berarti bagiku. Makan malam bersama kalian saja sudah cukup."Bibi Arini lalu berkata, "Gimanapun, ini ulang tahun Ibu yang ke-70, jadi kita harus rayakan dengan meriah."Clara dan Bagas juga berpikir begitu.Jika memang itu kemauan anak cucunya, dia pun tidak menolak lagi.Elsa harus pergi sekolah besok, jadi setelah makan malam, Clara pergi bersama Elsa.Setelah sampai rumah, Elsa keluar dari mobil dan berlari ke dalam rumah dengan gembira.Sementara Clara hanya duduk di dalam mobil tanpa bergerak, dan berkata kepada putrinya, "Jangan lupa mandi dan tidur lebih awal. Mama masih ada urusan lain, jadi pergi dulu."Senyum Elsa langsung membeku. "Hah?"Dia lalu berbalik dan bersandar di badan mobil, mengerutkan kening s
Dengan kata lain, dia meminta Clara merawatnya pada hari Sabtu dan Minggu.Tidak peduli apa pun alasannya, Edward memang lebih sering menjaga Elsa dalam dua tahun terakhir.Jadi sekarang, tidak peduli apakah karena Edward punya urusan pribadi dan tidak bisa membawa Elsa bersamanya, atau dia benar-benar punya urusan pekerjaan, kalau dia tidak bisa menjaganya, Clara tetap harus bertanggung jawab untuk gantian menjaga Elsa.Oleh karena itu, dia pun pulang ke vila.Sambil makan, dia bertanya pada Elsa ke mana dia ingin pergi pada hari Sabtu dan Minggu.Elsa berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. "Nggak pengen ke mana-mana."Clara menatapnya dan tahu bahwa Elsa bukanlah tidak ingin ke mana-mana, melainkan dia lebih ingin bersama Edward dan Vanessa di akhir pekan.Sekarang mereka semua tidak ada di sisinya, jadi tentu saja dia tidak ingin melakukan apapun.Tapi Clara tidak mengatakannya, dan bertanya padanya, "Apa kamu mau pergi menunggang kuda?"Elsa sudah lama tidak menunggang kud
Saat meninggalkan peternakan, Clara sesaat menjadi bingung harus ke mana.Raisa dan Dylan punya urusan mereka sendiri.Dia ingin pulang ke Kediaman Hermosa, tetapi Elsa tidak ikut. Jika dia kembali sendirian, nenek Keluarga Hermosa pasti akan mengkhawatirkannya.Tepat saat tengah berpikir, dia melewati sebuah taman perkemahan dan melihat banyak pasangan yang membawa anak-anak mereka ke sana, atau anak muda yang membawa orang tua mereka untuk bersantai di sana.Melihat betapa mesranya mereka sebagai pasangan dan betapa bahagianya keluarga mereka, Clara tak dapat menahan rasa iri dan sedih di hatinya.Beberapa saat kemudian, Clara tiba-tiba menghentikan mobilnya di pinggir jalan.Dia mengambil ponselnya, ragu-ragu sejenak, lalu menelepon seseorang.Setelah panggilan tersambung, dia bertanya, "Halo, Pak. Gimana keadaan ibuku?"Satu setengah jam kemudian.Di Panti Rehabilitasi Persahabatan.Clara berdiri di halaman, menatap Indri Hermosa, ibunya yang sedang duduk di kursi tak jauh dari si
Setelah berhasil menerbangkan layangan, Clara dan Tania pun sama-sama tertawa gembira.Melihat senyum Clara, mata Dani makin gelap.Clara menyadari tatapan matanya dan bertanya dengan bingung, "Ada apa?""Nggak apa-apa."Clara tidak bertanya lagi. Dia membawa Tania sedikit lebih jauh. Dani mengawasi dari jauh dan benar-benar tidak mengganggu.Ketika Clara sudah bosan bermain layangan, dia akan duduk di tepi danau bersama Tania sambil memancing, atau berjongkok mengamati ikan-ikan kecil yang berenang di kolam kecil milik pedagang, dan kemudian menggunakan jaring kecil untuk menangkap ikan-ikan tersebut.Tak lama kemudian, hari sudah siang.Awalnya Dani hanya ingin mengajak Tania jalan-jalan, jadi mereka tidak membawa bekal seperti yang lain. Sekarang sudah waktunya makan siang, dan melihat Tania yang sudah kelaparan, Dani mengajak mereka makan di restoran kecil di dekat situ.Setelah bermain selama hampir dua jam dan merasa jauh lebih baik dari sebelumnya, Clara pun tidak menolak ajaka
Dani menatap Edward sejenak sebelum menerimanya. "Terima kasih."Gelas keduanya saling berdenting dan mulai mengobrol sambil minum.Setelah beberapa saat, Edward tiba-tiba menatapnya.Dani mengangkat matanya. "Ada apa?"Gading melanjutkan, "Ada yang aneh denganmu hari ini."Edward tersenyum.Artinya dia setuju dengan apa yang dikatakan Gading.Dani tetap bersikap tenang dan berkata, "Mana ada?"Gading mengangkat alisnya, "Kamu nggak merasa aneh?"Dani pun menyesap anggurnya dan tidak berkata apa-apa lagi.Kemudian, beberapa orang datang untuk menyapa mereka.Setelah mereka pergi, Dani melihat jam. Dia khawatir Tania merasa lapar, jadi dia ingin pergi melihat Tania. Tapi tepat saat ini, Tania dan Elsa kembali.Tania bertanya, "Om, apa aku boleh makan kue di sana?"Dia punya beberapa alergi, jadi ada banyak makanan yang tidak bisa dimakan. Dani pun menjawab, "Kamu duduk di sini dulu, Om ambilkan makanan untuk Tania ya.""Iya."Elsa berbeda. Dia terbiasa dengan kebebasan dan memiliki kese
Dani tidak mengatakan apa-apa, jadi Gading mengira bahwa Dani masih belum mendapatkannya, jadi belum mau bercerita. Dia pun tahu tidak ada gunanya bertanya lagi kepadanya, jadi dia tersenyum, berjongkok, dan bertanya kepada Tania, "Tania, sudah berapa kali kamu ketemu tante yang makan siang bersamamu tadi siang? Apa kamu tahu namanya?"Genggaman Dani pada gelasnya tiba-tiba mengencang, "Gading!"Tania tidak mengerti apa yang dipikirkan orang dewasa. Dia tidak mengenal Gading. Namun, ketika dia mendengarnya bertanya tentang tantenya, dia berpikir dan berkata tanpa ragu, "Tiga kali!""Siapa nama tantemu?"Ketika Dani bertemu Clara hari ini, dia bahkan tidak memanggil namanya. Jadi Tania tidak mengingat nama Clara.Dia memandang Dani untuk meminta bantuan, "Om, siapa nama tante?"Dani menunduk, "Lain kali kalau kamu bertemu lagi, kamu bisa tanya sendiri."Tania mengangguk senang. "Oke."Gading cemberut. "Pelit!"Dani tidak mempedulikannya.Tania melihat bahwa Elsa sangat menyukai gantung
Clara tidak terkejut mendengar Vanessa menjawab panggilan itu.Lagi pula, mereka berdua begitu dekat, hingga tidak perlu ada batasan.Memang kenapa kalau dia yang menjawab panggilan telepon Edward?Jadi dia berkata dengan tenang, "Aku mau cari Edward."Vanessa juga tahu bahwa orang yang menelepon adalah Clara.Dia pun berkata dengan dingin, "Dia sedang mandi, kamu bisa bicara padaku."‘Bicara padanya?’‘Masalah ini memang ada hubungannya dengan dia.’Memang benar bahwa orang yang dilihat pamannya saat ini adalah Fani, tetapi orang yang beli rumah itu mungkin adalah Ervan.Dia membeli rumah itu kemungkinan besar demi neneknya Vanessa, ibu mertuanya saat ini.Jadi, jika Clara benar-benar memberi tahunya, apakah dia akan menghentikan nenek, paman, dan keluarganya tinggal di rumah itu?‘Tidak, dia tidak akan melakukan itu.’Terlebih lagi, dia tidak percaya Vanessa tidak tahu bahwa keluarga pamannya akan pindah ke seberang rumah paman Clara.Oleh karena itu, jika dia memberi tahu Vanessa te
"Oke!"Elsa segera berlari ke atas dengan gembira.Clara baru saja mematikan komputer, mengemasi barang-barangnya, dan berjalan keluar dari kamar utama ketika Elsa melemparkan dirinya ke dalam pelukannya dan memeluknya, "Mama!""Iya." Clara hanya menyentuh rambutnya dan tidak memeluknya.Elsa tidak menyadarinya dan berbicara dengan gembira kepada Clara. Pada saat itu, Edward juga naik. Clara mendengar suara langkah kaki dan ketika dia menoleh, pandangan mereka bertemu.Wajah Edward tanpa ekspresi, dan ekspresi Clara juga relatif tenang. Dia berkata kepada Elsa yang sedang berbicara dengannya, "Biarkan Bi Sari bantu kamu mandi ya. Mama mau bicara dengan Ayah."Edward yang mendengar ini langsung menghentikan langkahnya.Elsa telah bermain selama dua hari, jadi suasana hatinya sangat baik. Walaupun dia tidak senang mendengar itu, dia tetap diam saja dan kembali ke kamarnya untuk mandi dengan dibantu oleh Bibi Sari.Clara memandang Edward yang sedang bersandar di dinding sambil sibuk denga
Ponsel Richard berdering.Setelah beberapa saat, dia meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku masih ada urusan lain, jadi aku pulang dulu. Kamu mau ikut?"Doni tersadar kembali, tatapan matanya menjadi gelap, dan dia berkata, "Nggak, aku masih harus tunggu seseorang. Kamu pulang duluan saja, kita ketemu lagi lain kali.""Oke."Richard berjalan pergi.Setelah sosoknya menghilang, Doni berjalan menuju kafe.Begitu dia mendorong pintu kafe, dia bertemu dengan Vanessa yang hendak membawa Elsa ke toilet.Mereka berdua berhenti.Vanessa melihatnya dan berkata, "Pak Doni? Kebetulan sekali.""Iya." Doni menutup pintu, melihat sekeliling kafe, dan kemudian melihat Edward yang sedang memesan makanan dari pelayan.Dia menarik pandangannya dan menatap Elsa.Hanya dengan satu pandangan, dia hampir bisa yakin Elsa adalah putrinya Edward.Karena wajah Elsa sekitar lima puluh persen mirip dengan Edward.Meskipun dia berpikir begitu, dia masih bertanya, "Siapa ini?"Vanessa menunduk dan berkata, "Putriny
"Clara, apa kamu mau manisan buah?"Clara berbalik.Manisan buah yang gemuk dan berwarna-warni itu menarik perhatiannya dan hatinya tergerak.Dia sudah lama tidak makan itu.Memikirkan hal itu, dia melihat ke arah Elsa.Seperti dugaannya, Elsa terlihat memegang sebuah manisan buah di tangannya, melahapnya dengan gembira.Selain itu, Vanessa juga memegang sebuket mawar merah di tangannya.Dia merapat ke arah Edward dan berbicara kepadanya, sementara Elsa menyodorkan manisan buah yang telah digigitnya.Vanessa menerimanya sambil tersenyum dan menggigitnya dari tangan Elsa. Elsa menggigitnya lagi dan menyodorkannya kepada Edward.Edward hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak makan.Clara mengalihkan pandangannya dan berkata kepada gadis penjual manisan itu, "Saya mau sebungkus stroberi."Setelah itu, dia hendak bertanya pada Richard apakah dia juga mau. Ketika dia menawarinya, Richard berkata, "Biar aku saja."Richard lalu mengeluarkan ponselnya untuk memba
Memikirkan hal itu, dia tersenyum dan berkata, "Oke."Mereka mengikuti kerumunan yang lewat.Begitu sampai di batas pagar, cahaya kembang api yang meledak di seberang sana, menimbulkan seruan dan tawa dari sekeliling, namun segera tenggelam oleh suara keras kembang api itu.Banyak orang di sana mengambil foto dan menyampaikan harapan.Melihat Clara hanya menonton dalam diam tanpa melakukan apapun, dia bertanya, "Apa kamu mau aku ambilkan video?"Clara menggelengkan kepalanya, "Nggak usah, aku hanya mau menonton."Richard tidak bertanya lagi.Saat itu, Vanessa melihat ke arah mereka.Mereka berjarak beberapa meter, tetapi Richard yang bertubuh tinggi dan memiliki penampilan yang menonjol, jadi dia dapat melihatnya sekilas.Setelah bertemu Richard beberapa kali, mereka bisa dianggap kenalan.Vanessa baru saja berpikir apakah akan memberitahu Edward yang sedang menggendong Elsa. Ketika dia hendak bicara, dia melihat Clara yang sosoknya tadi tertutup tubuh Richard.Ketika dia melihat Clara
Elsa sangat menyukai Natal.Dia biasa menghias pohon Natal di rumah bersamanya setiap tahun.Mereka juga pergi berbelanja pada Hari Natal dan merasakan suasana Natal yang meriah di jalan-jalan bersama orang-orang di sekitar mereka.Tetapi sejak Elsa pindah ke luar negeri bersama Edward, dia tidak pernah menghabiskan Natal bersamanya lagi.Tidak, yang benar adalah dia tidak pernah lagi merayakan Natal.Meskipun Clara sudah bersedia melepaskannya.Tetapi bagaimanapun juga, Elsa tetaplah putrinya yang sudah dia kandung selama sepuluh bulan dan dia besarkan sendiri selama bertahun-tahun.Kini, dia berada di jalanan yang ramai, memandang segala yang ada di sekelilingnya, dan setiap serpihan masa lalu terlintas dalam pikirannya, mengganggu kedamaiannya."Clara?"Clara menoleh.Itu Richard Listanto.Dia mengangguk dengan sopan, "Pak Richard.""Kenapa kamu sendirian di sini?"Clara menahan emosi di matanya dan tersenyum, "Aku keluar mau beli beberapa tanaman."Ketika Richard memandang sekelili
Ini bukan pertanda baik.Jadi mereka ingin datang dan bicara dengannya.Ervan berkata, "Clara..."Sebelum Clara sempat bicara, Dylan tersenyum dan berkata, “Pak Ervan, apa Anda di sini untuk beri tahu semua orang tentang hubungan antara Anda dan Clara?”Senyum Ervan membeku, lalu dia berkata sambil tersenyum masam, "Pak Dylan, ada sesuatu yang ingin saya katakan pada Clara, apa Anda bisa..."Dylan bahkan tidak perlu menunggu Clara bicara. Dia berkata, "Kalau Pak Ervan mau semua orang tahu tentang hubungan kalian, silakan saja."Ervan tidak ingin menyinggung perasaan Dylan.Mendengar hal itu, dia tidak punya pilihan selain pergi bersama Lily.Namun, sebelum pergi, dia berkata pada Clara, "Nanti aku telepon kamu, ingat itu."Clara tidak mengatakan apa pun.Dia terlalu malas untuk memedulikannya.Sedangkan untuk panggilan telepon, dia tentu tidak akan angkat.Dylan merasa kesal, "Aku pengen banget terang-terangan lawan mereka."Clara juga ingin.Akan tetapi, ketika menyangkut dirinya dan
Mereka menatap Edward, lalu Clara, lalu mengalihkan pandangan mereka ke Vanessa dan perlahan mengerutkan kening.Dalam keheningan, Edward tiba-tiba bertanya, "Kamu sudah lama nggak main catur?"Clara sedang membongkar taktiknya. Mendengarnya, Clara bahkan tidak mendongak dan hanya berkata, "Iya".Sejak menikah dengannya, Clara pada dasarnya tidak pernah bermain catur lagi.Edward berkata, "Pantas kelihatan agak kaku."Clara tidak menanggapinya dan fokus pada permainan catur.Situasinya tidak menguntungkan baginya sekarang.Tampaknya ada jalan keluar yang bagus di sisi Edward, tetapi faktanya, bidak catur tersembunyi yang telah diletakkannya mengintai di mana-mana, menunggu dia memakan umpan dan kemudian menjebaknya.Setelah berpikir sejenak, Clara menghindari jebakan yang telah dipasangnya dan melancarkan gerakan ke tempat lain.Situasinya akhirnya menjadi jelas lagi.Sekarang giliran Edward yang dirugikan.Edward mengangkat alisnya dan tersenyum. Setelah sekian lama, dia membuat langk
Selanjutnya, dia mulai lebih memperhatikan Clara.Melihat Clara menghadang perangkap yang disebabkan oleh Edward dengan cara yang tidak dapat dibayangkannya, dia terkejut.Saat dia mendengar komentar Kakek Sony, hatinya merasa tidak senang.Clara sangat serius dan tidak memperhatikan hal lain. Satu-satunya hal yang ada dalam pikirannya adalah permainan catur di depannya.Dia telah menstabilkan situasi saat itu, tetapi dia tahu jika ingin menang, dia harus...Dia berhenti sejenak dan menatap Edward.Edward membuat gerakan lain.Clara menghentikan gerakannya.Ketika Kakek Leo melihat itu, dia tersenyum dan berkata, "Sungguh menakjubkan. Aku nggak sangka akan melihat permainan catur yang begitu menakjubkan di sini, dan yang bermain bahkan dua anak muda. Bagus, Bagus."Kakek Sony merasa dia berisik dan menyelanya, "Jangan bersuara!"Kakek Leo langsung terdiam.Setelah beberapa menit, Clara akhirnya mengembalikan keadaan, dia mulai bisa membalikkan situasi yang tidak menguntungkan.Dua meni
Pada saat itu, Edward menjawabnya dan berkata, "Oke."Clara duduk di hadapannya.Setelah sempat terkejut, Vanessa segera tersadar dan ekspresinya segera kembali tenang.Setelah mengucapkan salam kepada Kakek Leo dan yang lainnya, dia beranjak dan berdiri di samping Edward.Faktanya, bukan hanya Dani, Keluarga Gori dan Sanjaya yang terkejut, Richard dan Kakek Leo juga cukup terkejut.Meskipun, Henry baru saja perkenalkan Clara kepada semua orang di ruang pameran.Akan tetapi, baik Richard maupun Kakek Leo tidak tahu banyak tentang Clara.Mereka hanya mendapat kesan Clara memiliki sifat lembut dan pendiam, dan tidak terlihat seperti orang yang suka pamer.Sekalipun dia tahu cara main catur, dia tidak terlihat seperti seseorang yang akan mengajukan diri dalam kesempatan seperti itu.Kakek Sony juga tidak mengenal Clara.Tetapi dia menyadari keberadaannya.Clara memiliki penampilan yang luar biasa dan karakter yang lembut dan baik, dia tampak seperti gadis berperilaku baik yang dibesarkan
Kakek Sony tersenyum dan berkata, "Ini memang lumayan."Setelah berkata demikian, Kakek Sony bertanya, "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya sedang melukis?""Apa karena khawatir kalau aku akan bilang kamu nggak memperlakukanmu dengan baik, jadi kamu datang ke sini untuk menemuiku?""Sudah sana, pergi lakukan urusanmu, jangan ganggu aku nonton catur."Namun, Kakek Leo tidak pergi.Ketika anggota Keluarga Gori dan Sanjaya mendengar Kakek Leo dan Kakek Sony memuji Vanessa, senyum mengembang di wajah mereka.Banyak orang di sana mengenal Vanessa.Banyak orang yang kagum sekaligus cemburu padanya.Itu karena Vanessa selain memiliki kecantikan dan kualifikasi akademis, dan sekarang dia telah menarik perhatian Kakek Leo dan Kakek Sony karena keterampilan caturnya.Terlebih lagi, Vanessa sangat dicintai oleh Edward karena pesonanya tersendiri, yang membuat Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori mudah naik ke tingkat sosial yang lebih tinggi.Siapa yang tidak menginginkan putri seperti dia?Seseorang