Dani tidak mengatakan apa-apa, jadi Gading mengira bahwa Dani masih belum mendapatkannya, jadi belum mau bercerita. Dia pun tahu tidak ada gunanya bertanya lagi kepadanya, jadi dia tersenyum, berjongkok, dan bertanya kepada Tania, "Tania, sudah berapa kali kamu ketemu tante yang makan siang bersamamu tadi siang? Apa kamu tahu namanya?"Genggaman Dani pada gelasnya tiba-tiba mengencang, "Gading!"Tania tidak mengerti apa yang dipikirkan orang dewasa. Dia tidak mengenal Gading. Namun, ketika dia mendengarnya bertanya tentang tantenya, dia berpikir dan berkata tanpa ragu, "Tiga kali!""Siapa nama tantemu?"Ketika Dani bertemu Clara hari ini, dia bahkan tidak memanggil namanya. Jadi Tania tidak mengingat nama Clara.Dia memandang Dani untuk meminta bantuan, "Om, siapa nama tante?"Dani menunduk, "Lain kali kalau kamu bertemu lagi, kamu bisa tanya sendiri."Tania mengangguk senang. "Oke."Gading cemberut. "Pelit!"Dani tidak mempedulikannya.Tania melihat bahwa Elsa sangat menyukai gantung
Clara tidak terkejut mendengar Vanessa menjawab panggilan itu.Lagi pula, mereka berdua begitu dekat, hingga tidak perlu ada batasan.Memang kenapa kalau dia yang menjawab panggilan telepon Edward?Jadi dia berkata dengan tenang, "Aku mau cari Edward."Vanessa juga tahu bahwa orang yang menelepon adalah Clara.Dia pun berkata dengan dingin, "Dia sedang mandi, kamu bisa bicara padaku."‘Bicara padanya?’‘Masalah ini memang ada hubungannya dengan dia.’Memang benar bahwa orang yang dilihat pamannya saat ini adalah Fani, tetapi orang yang beli rumah itu mungkin adalah Ervan.Dia membeli rumah itu kemungkinan besar demi neneknya Vanessa, ibu mertuanya saat ini.Jadi, jika Clara benar-benar memberi tahunya, apakah dia akan menghentikan nenek, paman, dan keluarganya tinggal di rumah itu?‘Tidak, dia tidak akan melakukan itu.’Terlebih lagi, dia tidak percaya Vanessa tidak tahu bahwa keluarga pamannya akan pindah ke seberang rumah paman Clara.Oleh karena itu, jika dia memberi tahu Vanessa te
"Oke!"Elsa segera berlari ke atas dengan gembira.Clara baru saja mematikan komputer, mengemasi barang-barangnya, dan berjalan keluar dari kamar utama ketika Elsa melemparkan dirinya ke dalam pelukannya dan memeluknya, "Mama!""Iya." Clara hanya menyentuh rambutnya dan tidak memeluknya.Elsa tidak menyadarinya dan berbicara dengan gembira kepada Clara. Pada saat itu, Edward juga naik. Clara mendengar suara langkah kaki dan ketika dia menoleh, pandangan mereka bertemu.Wajah Edward tanpa ekspresi, dan ekspresi Clara juga relatif tenang. Dia berkata kepada Elsa yang sedang berbicara dengannya, "Biarkan Bi Sari bantu kamu mandi ya. Mama mau bicara dengan Ayah."Edward yang mendengar ini langsung menghentikan langkahnya.Elsa telah bermain selama dua hari, jadi suasana hatinya sangat baik. Walaupun dia tidak senang mendengar itu, dia tetap diam saja dan kembali ke kamarnya untuk mandi dengan dibantu oleh Bibi Sari.Clara memandang Edward yang sedang bersandar di dinding sambil sibuk denga
Air mata berlinang di matanya dan pikirannya linglung sejenak.Namun, dia segera tersadar dan berkata dengan tergesa-gesa, "Terima kasih, kalau gitu... ""Apa syaratnya?" Sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, Edward tiba-tiba menjauhkan rokok darinya rokoknya, mengulurkan tangan untuk menyeka air mata yang baru keluar dari sudut matanya, dan berkata, "Tidurlah lebih awal."Clara tertegun, menatap punggungnya yang menjauh, dan sesaat lupa harus apa.Ketika dia tersadar kembali, untuk sesaat, dia bingung harus berbuat apa.‘Edward menyuruhnya tidur lebih awal. Apa maksudnya Edward mau dia menginap di sini malam ini?’Meskipun dia sudah pindah, mereka belum resmi bercerai, jadi tidak ada salahnya jika dia menginap di rumah ini.Namun, jika dia tidur di kamar utama...Lupakan saja.Setelah memikirkan semua ini, dia menjadi agak tenang. Dia mengambil barang-barangnya, satu set pakaian dan beberapa keperluan sehari-hari, lalu pergi ke kamar Elsa.Malam itu, dia tidur di kamar Elsa.Ke
Setelah berkata seperti itu, dia memelototi cucunya.Cucunya tidak terpengaruh, namun dia berinisiatif mengambilkan makanan untuk Clara tanpa disuruh."Terima kasih.", ucap Clara.Nenek Keluarga Anggasta juga menambahkan bahwa dia telah membawa banyak suplemen untuk mereka. Setelah makan malam nanti, dia akan meminta seseorang untuk memilih beberapa untuknya dan Edward guna menyehatkan tubuh mereka.Sulit untuk menolaknya, jadi Clara hanya bisa mengangguk berulang kali.Saat masih muda, nenek Keluarga Anggasta juga pernah pergi bekerja di Kota Sonora untuk mencari nafkah. Jadi dia pandai membuat jamu racikan tonik yang enak. Setelah makan malam, dia secara pribadi mengarahkan orang untuk merebus jamu tonik untuknya dan Edward. Clara ingin masuk untuk membantu, tetapi malah didorongnya keluar dari dapur.Jadi Clara tidak punya pilihan selain duduk di sofa.Elsa dan Edward juga ada di sana.Salah satu dari mereka sedang memegang ponselnya, sementara yang lain sedang bermain Kunci Luban.
Clara sontak kaget.Dia memang merasa sedikit malu, tetapi tidak terlalu. Lagi pula, mereka sudah jadi suami istri, dan telah melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan berkali-kali dalam beberapa tahun awal.Selama bertahun-tahun pernikahannya, dia selalu berharap Edward akan jatuh cinta padanya.Tetapi dia tidak pernah merayunya dengan sengaja.Bukannya dia tidak pernah memikirkannya, tetapi dia merasa hal itu tidak ada gunanya baginya, jadi untuk apa dia lakukan.Piyama yang biasa dikenakannya di rumah adalah setelan longgar biasa yang terdiri dari baju dan celanaAtasan yang dikenakannya lumayan longgar dan cukup panjang, jadi meski tanpa celana, tetap tidak terlalu terbuka.Dia tahu dirinya sama sekali tidak berniat untuk merayu Edward.Namun, untuk menghindari kesalahpahaman, dia menjelaskan, "Aku cuma lupa bawa celana... "Clara merasa kemejanya longgar dan ujungnya panjang, jadi tidak terlalu terbuka meskipun tanpa piyama celana.Tetapi dia lupa bahwa dirinya mempunyai bentuk
Itu adalah obat perangsang.Namun, Edward sangat memahami obat, jadi dapat mengenalinya. Sepertinya dia tidak minum jamu tonik tadi malam.Clara tidak menyangka nenek Keluarga Anggasta akan berbuat seperti itu.Dia mengerutkan kening, dan sebelum dia mulai berbicara, nenek Keluarga Anggasta mendengus tidak puas, "Terkadang, nggak baik punya cucu terlalu pintar. Hei, aku masih mau cicit lagi. Clara, kalau kamu punya waktu, cobalah lebih keras dengan Edward ya?"Clara bahkan tak mau berkata-kata.Dia tidak tahu harus jawab apa.Meskipun Edward setuju untuk membantunya kemarin malam, dia tahu bahwa tidak ada kemungkinan baginya dan Edward untuk terus bersama.Jadi kalau sesuatu benar-benar terjadi antara mereka tadi malam, akibatnya akan sangat mengerikan.Mengenai punya anak lagi, itu bahkan lebih mustahil.Saat dia tengah memikirkan hal itu, Elsa juga sudah turun.Teringat akan kekaguman dan cinta Elsa pada Vanessa, ekspresinya sedikit meredup.Saat sarapan, Edward masih duduk di sampin
Memikirkan hal itu, tenggorokan Clara terasa sedikit perih, dan tiba-tiba dia merasa sedikit pengap di dalam mobil.Dia pun mengalihkan pandangannya dan ingin membuka jendela untuk mendapatkan udara segar, tetapi dia membatalkan niatnya.Pada akhirnya, dia tidak menekan tombol itu, tetapi hanya melihat ke luar jendela.Tidak tahu sudah berapa lama, akhirnya mereka tiba di sekolahnya Elsa.Clara keluar dari mobil untuk mengantarnya, sementara Edward tetap duduk di dalam mobil tanpa bergerak.Elsa memanggilnya, "Ayah... ""Ayah sedang sibuk,” sela Clara."Oh… " jawab Elsa lesu.Clara tahu bahwa ketika Edward dan Vanessa mengantar Elsa ke sekolah sebelumnya, dia akan turun dari mobil bersama Vanessa dan menyerahkan Elsa kepada gurunya.Saat sekarang tiba gilirannya, dia tidak tahu apakah Edward benar-benar ada urusan atau hanya tidak ingin berdiri bersamanya di depan umum.Memikirkan hal ini, dia tidak ingin memaksakan diri, jadi dia memandang Edward di dalam mobil dan berkata, "Kamu perg
Dia menatap Edward yang duduk di samping dan memperhatikan mereka, "Ayah, aku mau makan di sini. Apa kita bisa minta seseorang membawakan makanan ke sini?"Edward berkata, "Oke."Elsa menjadi gembira dan memeluk Clara lebih erat.Nenek Hermosa dan Nenek Anggasta masih punya banyak hal untuk dibicarakan.Clara duduk di samping dan hanya sesekali menyela.Setelah beberapa saat, Elsa merasa lelah dan berkata kepada Clara, "Ma, kapan pekerjaan Mama selesai?"Clara tidak ingin Nenek Hermosa mendengar, jadi dia menggendongnya dan duduk di sofa di kamar pasien sebelum berkata, "Mama belum yakin, tapi kalau nggak ada masalah, Mama pasti lebih sibuk.""Apa?"Elsa tidak menyangka akan seperti itu, dia sangat kecewa."Kalau begitu, kapan Mama punya waktu untuk mengajakku bermain ski?" Dia masih ingat kejadian itu.Clara berpikir sejenak dan berkata, "Bulan depan ya.""Yang benar?""Iya." Clara berkata, “Mama akan memberitahumu kalau Mama sudah nggak sibuk.”"Oke!" Elsa menjadi bahagia.Teringat k
Clara tidak terkejut melihatnya, dan mengulurkan tangan untuk mengusap kepalanya, "Apa kamu datang ke sini sepulang sekolah?""Iya!" Elsa sangat gembira melihatnya, lalu menyapa nenek buyutnya, “Nenek buyut.”Begitu Nenek Hermosa menjawab, Edward keluar dari kamar pasien.Melihat mereka datang, dia mengangguk kepada mereka.Nenek Hermosa tampak acuh tak acuh, namun tidak mengatakan apa pun.Clara hanya meliriknya lalu mengalihkan pandangannya.Melihat Elsa sepertinya ingin mengatakan sesuatu padanya, dia berkata, "Mama dan Nenek Hermosa mau melihat nenek buyutmu dulu ya.""Iya, Ma."Setelah mendengar hal itu, Elsa terpaksa mengesampingkan keinginan untuk berbicara sementara waktu, mengulurkan tangan untuk memegang tangan Clara, dan masuk ke kamar pasien bersamanya.Edward mengambil bunga dan keranjang buah yang dibawa oleh Clara dan nenek, mengikuti mereka masuk kembali ke kamar pasien.Ketika Nenek Anggasta melihat Clara dan Nenek Hermosa datang, dia tersenyum heran, "Kenapa kalian bi
Malam itu, Edward tidak pulang.Keesokan paginya, ibunya Edward, Sinta Kartajaya, Dustin dan yang lainnya bergegas kembali satu demi satu.Mengetahui bahwa Edward telah menjaga nenek di rumah sakit sepanjang malam, dia memintanya untuk kembali dan beristirahat terlebih dahulu.Edward berkata kepada neneknya, "Aku akan datang menemui Nenek lagi nanti malam."Nenek Anggasta mengabaikannya.Edward meninggalkan rumah sakit dan menelepon.Lebih dari satu jam kemudian, Keluarga Gori dan Sanjaya menerima berita bahwa mereka dikeluarkan dari tim proyek.Mereka segera menghubungi Vanessa.Vanessa berkata, "Itu ide Nenek Anggasta. Dia terjatuh tadi malam..."Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori tidak menduga hal itu akan terjadi.Mario berkata, "Kalau begitu, apa Nenek Anggasta juga akan memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta Edward putus denganmu dan memintanya untuk nggak menceraikan Clara?"Vanessa mengerutkan bibirnya, terdiam.Mereka mengobrol sebentar sebelum dia menutup telepon.Pada saa
Begitu Edward dan Elsa sampai di rumah, ponsel Edward berdering.Edward menjawab telepon.Setelah beberapa saat, dia menyimpan kembali ponselnya, mengenakan mantel yang baru saja dilepasnya, dan berkata kepada Elsa yang naik ke lantai atas bersamanya, "Nenek buyutmu terjatuh dan terluka, dia sekarang dirawat di rumah sakit. Ayah mau pergi ke rumah sakit. Kamu harus tidur lebih awal."Elsa berkata dengan cemas, "Aku juga mau pergi melihat nenek buyut...""Kamu harus pergi sekolah besok, jadi pergi ke sananya sepulang sekolah saja.""Iya…"Edward berbalik dan berjalan keluar.Pada saat itu, ponsel Elsa berdering.Dia segera mengambil ponsel dan melihatnya.Setelah melihat bahwa itu hanya spam, dia cemberut karena kecewa.Dalam perjalanan pulang tadi, dia menelepon mamanya, dia ingin tahu apakah orang yang dilihatnya di mal tadi adalah dirinya.Tetapi mamanya tidak menjawab.Sekarang ada pesan masuk di ponselnya, dan dia pikir itu dari mamanya.Tidak disangka...Memikirkan hal itu, dia me
Elsa melihat lagi, dan setelah memastikan Clara tidak ada di sana, dia pergi bersama Vanessa.Menatap punggung mereka saat pergi, Doni hendak pergi ketika dia melihat Clara berdiri tidak jauh di samping.Dia berhenti sejenak.Setelah itu, dia memutuskan untuk tidak peduli dan hendak pergi, tetapi dia melihat tatapan Clara tertuju pada Vanessa dan Elsa.Saat itu, wajah dan tatapan Clara terlihat sangat dingin.Dia merasa bahwa Clara memandang Vanessa seolah-olah dia sedang melihat musuh.Dilihat dari tatapan dinginnya, dia merasa Clara mungkin akan melakukan sesuatu yang buruk pada Vanessa.Doni melihat hal itu dan merasa bahwa dia masih menyimpan dendam terhadap Vanessa.Dia berjalan mendekat.Clara membawa banyak barang di tangannya.Ada dua pot tanaman dan beberapa kerajinan tangan untuk menghias rumah.Kerajinan tangan itu dibeli secara impulsif.Sejak pindah ke rumahnya saat ini, dia sibuk dengan pekerjaannya dan tidak menghabiskan banyak waktu untuk mendekorasi rumahnya. Rumahnya
Setelah beberapa saat, Vanessa, Doni dan Elsa keluar dari toilet.Elsa berada pada usia ketika dia sangat penasaran tentang banyak hal.Dia tertarik pada apa pun yang dilihatnya sepanjang perjalanan, melihat ke sana kemari, dan berbicara dengan Vanessa tanpa henti.Vanessa selalu menanggapi dengan senyuman.Doni melihat pemandangan itu dan merasa bahwa Vanessa sangat bertanggung jawab terhadap anaknya Edward, dan dia juga merasa bahwa membesarkan anak bukanlah hal yang mudah.Ketika kembali ke kafe, Doni pertama-tama melihat ke arah Edward dan mendapatinya sedang santai minum kopi sambil membolak-balik majalah di tangannya.Dia tampak seperti bos yang tidak mau ikut campur.Doni berhenti sebentar.Dalam perjalanan ke toilet tadi, Doni mengatakan bahwa dia juga punya janji dengan seorang teman untuk bertemu di kafe.Setelah memasuki kafe, Vanessa bertanya, "Apa temanmu sudah datang?"Doni menggelengkan kepalanya, "Belum.""Kenapa kamu nggak ikut duduk bersama kami?""Kalian berdua sedan
Ponsel Richard berdering.Setelah beberapa saat, dia meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku masih ada urusan lain, jadi aku pulang dulu. Kamu mau ikut?"Doni tersadar kembali, tatapan matanya menjadi gelap, dan dia berkata, "Nggak, aku masih harus tunggu seseorang. Kamu pulang duluan saja, kita ketemu lagi lain kali.""Oke."Richard berjalan pergi.Setelah sosoknya menghilang, Doni berjalan menuju kafe.Begitu dia mendorong pintu kafe, dia bertemu dengan Vanessa yang hendak membawa Elsa ke toilet.Mereka berdua berhenti.Vanessa melihatnya dan berkata, "Pak Doni? Kebetulan sekali.""Iya." Doni menutup pintu, melihat sekeliling kafe, dan kemudian melihat Edward yang sedang memesan makanan dari pelayan.Dia menarik pandangannya dan menatap Elsa.Hanya dengan satu pandangan, dia hampir bisa yakin Elsa adalah putrinya Edward.Karena wajah Elsa sekitar lima puluh persen mirip dengan Edward.Meskipun dia berpikir begitu, dia masih bertanya, "Siapa ini?"Vanessa menunduk dan berkata, "Putriny
"Clara, apa kamu mau manisan buah?"Clara berbalik.Manisan buah yang gemuk dan berwarna-warni itu menarik perhatiannya dan hatinya tergerak.Dia sudah lama tidak makan itu.Memikirkan hal itu, dia melihat ke arah Elsa.Seperti dugaannya, Elsa terlihat memegang sebuah manisan buah di tangannya, melahapnya dengan gembira.Selain itu, Vanessa juga memegang sebuket mawar merah di tangannya.Dia merapat ke arah Edward dan berbicara kepadanya, sementara Elsa menyodorkan manisan buah yang telah digigitnya.Vanessa menerimanya sambil tersenyum dan menggigitnya dari tangan Elsa. Elsa menggigitnya lagi dan menyodorkannya kepada Edward.Edward hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak makan.Clara mengalihkan pandangannya dan berkata kepada gadis penjual manisan itu, "Saya mau sebungkus stroberi."Setelah itu, dia hendak bertanya pada Richard apakah dia juga mau. Ketika dia menawarinya, Richard berkata, "Biar aku saja."Richard lalu mengeluarkan ponselnya untuk memba
Memikirkan hal itu, dia tersenyum dan berkata, "Oke."Mereka mengikuti kerumunan yang lewat.Begitu sampai di batas pagar, cahaya kembang api yang meledak di seberang sana, menimbulkan seruan dan tawa dari sekeliling, namun segera tenggelam oleh suara keras kembang api itu.Banyak orang di sana mengambil foto dan menyampaikan harapan.Melihat Clara hanya menonton dalam diam tanpa melakukan apapun, dia bertanya, "Apa kamu mau aku ambilkan video?"Clara menggelengkan kepalanya, "Nggak usah, aku hanya mau menonton."Richard tidak bertanya lagi.Saat itu, Vanessa melihat ke arah mereka.Mereka berjarak beberapa meter, tetapi Richard yang bertubuh tinggi dan memiliki penampilan yang menonjol, jadi dia dapat melihatnya sekilas.Setelah bertemu Richard beberapa kali, mereka bisa dianggap kenalan.Vanessa baru saja berpikir apakah akan memberitahu Edward yang sedang menggendong Elsa. Ketika dia hendak bicara, dia melihat Clara yang sosoknya tadi tertutup tubuh Richard.Ketika dia melihat Clara