Tetapi melihat gimana Clara berdiri dan bicara dengan orang itu, sepertinya mereka saling kenal."Itu Dani.""Dani Nainggolan?" Dylan sangat terkejut. "Bukannya kalian berdua nggak akrab? Kok bisa duduk bareng?""Tadi keponakannya jatuh ke kolam air panas, kebetulan aku menyelamatkannya. Jadi dia ajak keponakannya datang untuk berterima kasih."Dylan pun mengangguk dan berkata, "Oh begitu ya."Clara berkata kalau dia datang bersama rekan-rekannya, jadi Dani mengira kalau orang yang baru saja menyapanya adalah seorang rekan kerja biasa. Oleh karena itu, dia tidak menoleh untuk melihat orang itu.Ketika Clara dan Dylan berjalan pergi, barulah Dani melihat punggung mereka yang menjauh dan menyadari bahwa ternyata itu adalah pria muda yang tinggi.‘Dari belakang, dia terlihat serasi dengan Clara.’‘Melihat jarak antara mereka saat berjalan, tampaknya hubungan mereka lumayan dekat.’"Om."Dani tersadar kembali saat mendengar suara keponakannya, "Sudah selesai makan? Ayo balik ke kamar."Ta
Wajah Clara sontak memerah, dia merasa sangat malu dan langsung menarik kerah jubahnya yang masih dipegang Tania.Tatapan Dani menjadi gelap, setelah menyadari apa yang terjadi, dia langsung berbalik mengalihkan pandangannya.Pengasuh yang berdiri di sana juga turut merasa sangat malu.Untungnya, tidak ada orang lain di sini.Jika tidak, pasti akan lebih memalukan.Dia buru-buru membantu Clara merapikan pakaiannya.Clara biasanya cukup konservatif, dia tidak pernah memperlihatkan tubuhnya seperti ini di depan pria lain kecuali Edward.Apalagi, orang ini adalah sahabat Edward.Dia merasa semakin tidak nyaman.Setelah merapikan pakaiannya, dia berkata dengan kikuk, "Aku masih ada urusan, pergi dulu ya."Dani kemudian berbalik dan berkata, "Maaf."Tania tahu bahwa dia telah melakukan kesalahan, dan mengira bahwa dia telah membuat Clara kesal. Melihat mata Clara yang memerah, dia segera meminta maaf dengan suara pelan, "Tante, aku minta maaf... "Clara juga tahu kalau Tania tidak sengaja,
Dua puluh menit kemudian, mereka pun tiba.Nenek Keluarga Anggasta masih marah, jadi tidak melihat ke arah Edward. Dia hanya melambaikan tangan pada Elsa dengan ramah dan berkata sambil tersenyum, "Elsa sudah datang?"“Nenek buyut.” Elsa berlari ke arahnya, dia dipeluk dan diusap kepalanya beberapa saat, kemudian menghampiri Clara dan berkata, “Mama.”“Hai.” Ketika Clara memeluk Elsa, dia mencium aroma parfum Vanessa yang samar-samar tercium di pakaiannya.Dia tidak mengatakan apapun, namun dia tetap mendorongnya pelan.Edward duduk di sebelah neneknya dan menyerahkan sebuah kotak, "Hadiah permintaan maaf."Di dalamnya ada sejenis teh salju yang sangat disukai oleh nenek. Teh ini sangat langka dan sulit ditemukan, harganya pun mahal.Nenek Keluarga Anggasta tahu bahwa dia sedang meminta maaf karena sebelumnya dia ingkar janji saat di Vila Air Panas.Dia mendengus kesal, "Dasar, anak nakal. Kamu sudah siapkan hadiah untukku, tapi gimana dengan Clara? Apa kamu sudah siapkan hadiah permin
Saat ini Clara sedang memandikan Elsa dan mengeringkan rambutnya.Elsa pun memandang Clara yang sedang mengeringkan rambutnya dengan lembut, dan tiba-tiba menyadari bahwa mamanya tampak pendiam akhir-akhir ini.Dulu, mamanya selalu berusaha cari banyak topik untuk dibicarakan dengannya.Melihat Elsa menatapnya dengan serius, Clara bertanya, "Ada apa?"Elsa menggelengkan kepalanya. "Nggak ada."Mungkin dia terlalu sensitif.Atau mungkin mama sedang ada masalah dan tidak mau bicara.Setelah mengeringkan rambutnya, Elsa berguling-guling di tempat tidur dan bertanya, "Mama, apa Mama mau tidur denganku malam ini?"Clara tertegun sejenak. "Elsa, apa kamu mau tidur dengan Mama?""Aku mau saja, tapi sepertinya Mama sudah lama nggak temani ayah. Apa Mama nggak mau tidur sama ayah?""Sebentar lagi baru temani dia."Surat cerai mereka belum ada. Jika Elsa tidak memintanya tidur bersamanya, tetapi dia bersikeras tetap tidur di sini dan diketahui nenek Keluarga Anggasta, masalah bakal makin besar.
Edward jelas tidak sedang berbicara padanya.Mereka telah menikah bertahun-tahun, tetapi Edward tidak pernah tidur memeluknya seperti ini.Apalagi memberinya ciuman selamat pagi.Clara yakin bahwa Edward mengira dirinya adalah Vanessa.Bibir Clara perlahan mengerut dan matanya memerah.Edward tidak bangun.Clara pun menatapnya, menahan emosi dan amarah di hatinya, menarik napas dalam-dalam dan perlahan-lahan menjauhkan diri darinya, menarik dirinya keluar dari pelukannya.Mereka begitu dekat, sehingga meski dia bergerak pelan, Edward tetap akan terbangun.Tepat saat dia mencoba melepaskan tangan Edward dari pinggangnya, duduk menyamping, dan hendak menarik kakinya dari pelukan kaki Edward, dia terbangun dari tidurnya.Tatapan mereka pun bertemu.Edward tersadar, mungkin dia sudah memahami situasi saat ini di antara mereka. Dia menyadari bahwa dirinya telah memeluk orang yang salah, jadi dia tertegun dan mengendurkan kakinya.Clara juga menarik kakinya, berbalik, dan tanpa menatapnya la
"Nek," Clara menyela wanita tua itu dan berkata dengan tenang, "Nggak apa-apa. Kalau Edward sedang sibuk, aku bisa pergi dengan Elsa.""Kamu... "Clara berkata seperti itu karena dia tidak ingin memaksakan dan tidak peduli lagi.Tetapi nenek Keluarga Anggasta malah mengira bahwa dia berkata demikian karena tidak ingin mempersulit Edward.Melihat Clara masih begitu perhatian dan patuh pada Edward, dia merasa tertekan dan tidak berdaya.Akhirnya hal ini selesai diputuskan.Setelah sarapan dan mengobrol dengan nenek Keluarga Anggasta sebentar, Clara pun bersiap untuk membawa Elsa pergi.Nenek juga menyiapkan banyak hadiah dan meminta Clara untuk memberikannya kepada teman baiknya itu.Dia tidak tega menolaknya, jadi terpaksa dia menerimanya.Saat ini Edward belum meninggalkan rumah, jadi dia pergi keluar bersama nenek untuk mengantarnya dan Elsa pergi.Elsa mendekat dan memeluk kaki Edward. "Apa Ayah bakal pulang malam ini?"Edward mengusap lembut kepalanya. "Iya."Masih tidak ada komunik
Bulan depan adalah ulang tahun nenek Keluarga Hermosa yang ke-70.Clara dan Bagas pun berdiskusi tentang cara merayakan agar nenek Keluarga Hermosa bisa bahagia.Nenek Keluarga Hermosa tentu juga mendengarkan, tetapi dia tidak tertarik. Dia hanya berkata, "Itu semua nggak berarti bagiku. Makan malam bersama kalian saja sudah cukup."Bibi Arini lalu berkata, "Gimanapun, ini ulang tahun Ibu yang ke-70, jadi kita harus rayakan dengan meriah."Clara dan Bagas juga berpikir begitu.Jika memang itu kemauan anak cucunya, dia pun tidak menolak lagi.Elsa harus pergi sekolah besok, jadi setelah makan malam, Clara pergi bersama Elsa.Setelah sampai rumah, Elsa keluar dari mobil dan berlari ke dalam rumah dengan gembira.Sementara Clara hanya duduk di dalam mobil tanpa bergerak, dan berkata kepada putrinya, "Jangan lupa mandi dan tidur lebih awal. Mama masih ada urusan lain, jadi pergi dulu."Senyum Elsa langsung membeku. "Hah?"Dia lalu berbalik dan bersandar di badan mobil, mengerutkan kening s
Dengan kata lain, dia meminta Clara merawatnya pada hari Sabtu dan Minggu.Tidak peduli apa pun alasannya, Edward memang lebih sering menjaga Elsa dalam dua tahun terakhir.Jadi sekarang, tidak peduli apakah karena Edward punya urusan pribadi dan tidak bisa membawa Elsa bersamanya, atau dia benar-benar punya urusan pekerjaan, kalau dia tidak bisa menjaganya, Clara tetap harus bertanggung jawab untuk gantian menjaga Elsa.Oleh karena itu, dia pun pulang ke vila.Sambil makan, dia bertanya pada Elsa ke mana dia ingin pergi pada hari Sabtu dan Minggu.Elsa berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. "Nggak pengen ke mana-mana."Clara menatapnya dan tahu bahwa Elsa bukanlah tidak ingin ke mana-mana, melainkan dia lebih ingin bersama Edward dan Vanessa di akhir pekan.Sekarang mereka semua tidak ada di sisinya, jadi tentu saja dia tidak ingin melakukan apapun.Tapi Clara tidak mengatakannya, dan bertanya padanya, "Apa kamu mau pergi menunggang kuda?"Elsa sudah lama tidak menunggang kud
Ponsel Richard berdering.Setelah beberapa saat, dia meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku masih ada urusan lain, jadi aku pulang dulu. Kamu mau ikut?"Doni tersadar kembali, tatapan matanya menjadi gelap, dan dia berkata, "Nggak, aku masih harus tunggu seseorang. Kamu pulang duluan saja, kita ketemu lagi lain kali.""Oke."Richard berjalan pergi.Setelah sosoknya menghilang, Doni berjalan menuju kafe.Begitu dia mendorong pintu kafe, dia bertemu dengan Vanessa yang hendak membawa Elsa ke toilet.Mereka berdua berhenti.Vanessa melihatnya dan berkata, "Pak Doni? Kebetulan sekali.""Iya." Doni menutup pintu, melihat sekeliling kafe, dan kemudian melihat Edward yang sedang memesan makanan dari pelayan.Dia menarik pandangannya dan menatap Elsa.Hanya dengan satu pandangan, dia hampir bisa yakin Elsa adalah putrinya Edward.Karena wajah Elsa sekitar lima puluh persen mirip dengan Edward.Meskipun dia berpikir begitu, dia masih bertanya, "Siapa ini?"Vanessa menunduk dan berkata, "Putriny
"Clara, apa kamu mau manisan buah?"Clara berbalik.Manisan buah yang gemuk dan berwarna-warni itu menarik perhatiannya dan hatinya tergerak.Dia sudah lama tidak makan itu.Memikirkan hal itu, dia melihat ke arah Elsa.Seperti dugaannya, Elsa terlihat memegang sebuah manisan buah di tangannya, melahapnya dengan gembira.Selain itu, Vanessa juga memegang sebuket mawar merah di tangannya.Dia merapat ke arah Edward dan berbicara kepadanya, sementara Elsa menyodorkan manisan buah yang telah digigitnya.Vanessa menerimanya sambil tersenyum dan menggigitnya dari tangan Elsa. Elsa menggigitnya lagi dan menyodorkannya kepada Edward.Edward hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak makan.Clara mengalihkan pandangannya dan berkata kepada gadis penjual manisan itu, "Saya mau sebungkus stroberi."Setelah itu, dia hendak bertanya pada Richard apakah dia juga mau. Ketika dia menawarinya, Richard berkata, "Biar aku saja."Richard lalu mengeluarkan ponselnya untuk memba
Memikirkan hal itu, dia tersenyum dan berkata, "Oke."Mereka mengikuti kerumunan yang lewat.Begitu sampai di batas pagar, cahaya kembang api yang meledak di seberang sana, menimbulkan seruan dan tawa dari sekeliling, namun segera tenggelam oleh suara keras kembang api itu.Banyak orang di sana mengambil foto dan menyampaikan harapan.Melihat Clara hanya menonton dalam diam tanpa melakukan apapun, dia bertanya, "Apa kamu mau aku ambilkan video?"Clara menggelengkan kepalanya, "Nggak usah, aku hanya mau menonton."Richard tidak bertanya lagi.Saat itu, Vanessa melihat ke arah mereka.Mereka berjarak beberapa meter, tetapi Richard yang bertubuh tinggi dan memiliki penampilan yang menonjol, jadi dia dapat melihatnya sekilas.Setelah bertemu Richard beberapa kali, mereka bisa dianggap kenalan.Vanessa baru saja berpikir apakah akan memberitahu Edward yang sedang menggendong Elsa. Ketika dia hendak bicara, dia melihat Clara yang sosoknya tadi tertutup tubuh Richard.Ketika dia melihat Clara
Elsa sangat menyukai Natal.Dia biasa menghias pohon Natal di rumah bersamanya setiap tahun.Mereka juga pergi berbelanja pada Hari Natal dan merasakan suasana Natal yang meriah di jalan-jalan bersama orang-orang di sekitar mereka.Tetapi sejak Elsa pindah ke luar negeri bersama Edward, dia tidak pernah menghabiskan Natal bersamanya lagi.Tidak, yang benar adalah dia tidak pernah lagi merayakan Natal.Meskipun Clara sudah bersedia melepaskannya.Tetapi bagaimanapun juga, Elsa tetaplah putrinya yang sudah dia kandung selama sepuluh bulan dan dia besarkan sendiri selama bertahun-tahun.Kini, dia berada di jalanan yang ramai, memandang segala yang ada di sekelilingnya, dan setiap serpihan masa lalu terlintas dalam pikirannya, mengganggu kedamaiannya."Clara?"Clara menoleh.Itu Richard Listanto.Dia mengangguk dengan sopan, "Pak Richard.""Kenapa kamu sendirian di sini?"Clara menahan emosi di matanya dan tersenyum, "Aku keluar mau beli beberapa tanaman."Ketika Richard memandang sekelili
Ini bukan pertanda baik.Jadi mereka ingin datang dan bicara dengannya.Ervan berkata, "Clara..."Sebelum Clara sempat bicara, Dylan tersenyum dan berkata, “Pak Ervan, apa Anda di sini untuk beri tahu semua orang tentang hubungan antara Anda dan Clara?”Senyum Ervan membeku, lalu dia berkata sambil tersenyum masam, "Pak Dylan, ada sesuatu yang ingin saya katakan pada Clara, apa Anda bisa..."Dylan bahkan tidak perlu menunggu Clara bicara. Dia berkata, "Kalau Pak Ervan mau semua orang tahu tentang hubungan kalian, silakan saja."Ervan tidak ingin menyinggung perasaan Dylan.Mendengar hal itu, dia tidak punya pilihan selain pergi bersama Lily.Namun, sebelum pergi, dia berkata pada Clara, "Nanti aku telepon kamu, ingat itu."Clara tidak mengatakan apa pun.Dia terlalu malas untuk memedulikannya.Sedangkan untuk panggilan telepon, dia tentu tidak akan angkat.Dylan merasa kesal, "Aku pengen banget terang-terangan lawan mereka."Clara juga ingin.Akan tetapi, ketika menyangkut dirinya dan
Mereka menatap Edward, lalu Clara, lalu mengalihkan pandangan mereka ke Vanessa dan perlahan mengerutkan kening.Dalam keheningan, Edward tiba-tiba bertanya, "Kamu sudah lama nggak main catur?"Clara sedang membongkar taktiknya. Mendengarnya, Clara bahkan tidak mendongak dan hanya berkata, "Iya".Sejak menikah dengannya, Clara pada dasarnya tidak pernah bermain catur lagi.Edward berkata, "Pantas kelihatan agak kaku."Clara tidak menanggapinya dan fokus pada permainan catur.Situasinya tidak menguntungkan baginya sekarang.Tampaknya ada jalan keluar yang bagus di sisi Edward, tetapi faktanya, bidak catur tersembunyi yang telah diletakkannya mengintai di mana-mana, menunggu dia memakan umpan dan kemudian menjebaknya.Setelah berpikir sejenak, Clara menghindari jebakan yang telah dipasangnya dan melancarkan gerakan ke tempat lain.Situasinya akhirnya menjadi jelas lagi.Sekarang giliran Edward yang dirugikan.Edward mengangkat alisnya dan tersenyum. Setelah sekian lama, dia membuat langk
Selanjutnya, dia mulai lebih memperhatikan Clara.Melihat Clara menghadang perangkap yang disebabkan oleh Edward dengan cara yang tidak dapat dibayangkannya, dia terkejut.Saat dia mendengar komentar Kakek Sony, hatinya merasa tidak senang.Clara sangat serius dan tidak memperhatikan hal lain. Satu-satunya hal yang ada dalam pikirannya adalah permainan catur di depannya.Dia telah menstabilkan situasi saat itu, tetapi dia tahu jika ingin menang, dia harus...Dia berhenti sejenak dan menatap Edward.Edward membuat gerakan lain.Clara menghentikan gerakannya.Ketika Kakek Leo melihat itu, dia tersenyum dan berkata, "Sungguh menakjubkan. Aku nggak sangka akan melihat permainan catur yang begitu menakjubkan di sini, dan yang bermain bahkan dua anak muda. Bagus, Bagus."Kakek Sony merasa dia berisik dan menyelanya, "Jangan bersuara!"Kakek Leo langsung terdiam.Setelah beberapa menit, Clara akhirnya mengembalikan keadaan, dia mulai bisa membalikkan situasi yang tidak menguntungkan.Dua meni
Pada saat itu, Edward menjawabnya dan berkata, "Oke."Clara duduk di hadapannya.Setelah sempat terkejut, Vanessa segera tersadar dan ekspresinya segera kembali tenang.Setelah mengucapkan salam kepada Kakek Leo dan yang lainnya, dia beranjak dan berdiri di samping Edward.Faktanya, bukan hanya Dani, Keluarga Gori dan Sanjaya yang terkejut, Richard dan Kakek Leo juga cukup terkejut.Meskipun, Henry baru saja perkenalkan Clara kepada semua orang di ruang pameran.Akan tetapi, baik Richard maupun Kakek Leo tidak tahu banyak tentang Clara.Mereka hanya mendapat kesan Clara memiliki sifat lembut dan pendiam, dan tidak terlihat seperti orang yang suka pamer.Sekalipun dia tahu cara main catur, dia tidak terlihat seperti seseorang yang akan mengajukan diri dalam kesempatan seperti itu.Kakek Sony juga tidak mengenal Clara.Tetapi dia menyadari keberadaannya.Clara memiliki penampilan yang luar biasa dan karakter yang lembut dan baik, dia tampak seperti gadis berperilaku baik yang dibesarkan
Kakek Sony tersenyum dan berkata, "Ini memang lumayan."Setelah berkata demikian, Kakek Sony bertanya, "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya sedang melukis?""Apa karena khawatir kalau aku akan bilang kamu nggak memperlakukanmu dengan baik, jadi kamu datang ke sini untuk menemuiku?""Sudah sana, pergi lakukan urusanmu, jangan ganggu aku nonton catur."Namun, Kakek Leo tidak pergi.Ketika anggota Keluarga Gori dan Sanjaya mendengar Kakek Leo dan Kakek Sony memuji Vanessa, senyum mengembang di wajah mereka.Banyak orang di sana mengenal Vanessa.Banyak orang yang kagum sekaligus cemburu padanya.Itu karena Vanessa selain memiliki kecantikan dan kualifikasi akademis, dan sekarang dia telah menarik perhatian Kakek Leo dan Kakek Sony karena keterampilan caturnya.Terlebih lagi, Vanessa sangat dicintai oleh Edward karena pesonanya tersendiri, yang membuat Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori mudah naik ke tingkat sosial yang lebih tinggi.Siapa yang tidak menginginkan putri seperti dia?Seseorang