Share

Chapter 79

Penulis: APStory
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-03 10:24:58

Mireya tertegun, kedua matanya menatap wanita di hadapannya dengan campuran keterkejutan dan emosi yang sulit dijelaskan.

Shela, dengan senyuman tipis yang terkesan arogan, melipat kedua tangannya di depan dada. "Oh, jadi benar ini kamu, Mireya. Aku hampir tidak mengenalimu. Sudah lama sekali, ya?"

Mervyn yang berdiri di samping Mireya mengerutkan kening. Tatapannya bergantian antara Mireya dan Shela, mencoba membaca situasi yang tiba-tiba terasa aneh. "Kalian saling kenal?" tanyanya, suaranya terdengar datar, tapi ada nada ingin tahu yang tak bisa disembunyikan.

Mireya tidak segera menjawab. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, mencoba mengendalikan perasaan yang mulai bergolak.

Shela. Wanita ini adalah bagian dari masa lalunya, bagian yang selama ini ia coba lupakan.

Namun, Shela tidak menunggu jawaban. "Tentu saja kami saling kenal," katanya dengan nada santai, tetapi ada kilatan tajam dalam tatapannya. "Dulu, aku dan Mireya pernah bersaing."

Mireya menarik napas dal
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 80

    “Kenapa kamu tidak pernah cerita soal ini, Mireya?” suara Bella terdengar tegas sekaligus penuh kekecewaan saat ia memeluk sahabat lamanya itu. Pelukan itu erat, tetapi ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuat Mireya tahu, ini bukan sekadar pelukan rindu. “Aku—” Mireya terhenti, merasa bibirnya kelu. Dia menatap Bella yang berdiri di hadapannya dengan mata penuh pertanyaan. “Kamu tahu? Aku baru tahu soal pernikahan kamu dari undangan yang dikirimkan Pak Mervyn ke kantor. Undangan itu tidak menyebutkan siapa pengantinnya, tapi begitu aku lihat namamu, aku bahkan tidak percaya itu kamu. Bagaimana mungkin kamu tidak memberitahu aku, sahabatmu sendiri?” Mireya terdiam sejenak, hatinya berdenyut nyeri mendengar nada terluka dari sahabat yang sudah lama tidak ia temui itu. Ia tahu Bella punya hak untuk merasa seperti itu, tapi di sisi lain, ada begitu banyak hal yang tidak bisa ia ungkapkan. “Aku minta maaf, Bella. Aku tidak tahu harus memulai dari mana,” jawab Mireya akhirnya,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 81

    Di tempat kediaman Mervyn .... “Kenapa kamu terlihat begitu gugup, Mireya? Apa kamu takut aku akan melakukan sesuatu padamu di rumah ini?” Nada suara Sarah terdengar tajam dan menusuk, nyaris seperti pisau yang siap menyayat. Mireya menghentikan langkahnya di depan pintu besar rumah megah itu, kemudian menoleh ke arah wanita paruh baya yang berdiri di belakangnya. Wajah Sarah menunjukkan senyum tipis yang tidak mencerminkan keramahan sama sekali. “Apa maksud Ibu?” Mireya mencoba menenangkan nada suaranya, meskipun jantungnya berdegup kencang. Baru saja ia dan anak-anak mulai merasa nyaman di rumah baru ini, kehadiran mendadak Sarah membuat perasaannya kembali tidak tenang. Sarah mendekat, menatap Mireya dari ujung kepala hingga kaki seolah sedang menilai seseorang yang tidak pantas berada di tempat itu. “Aku hanya bertanya. Kamu sepertinya tidak begitu cocok dengan rumah ini. Bukankah lebih nyaman tinggal di tempatmu yang sederhana? Rumah besar ini terlalu mewah untuk seseoran

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 82

    “Apa maksud Ibu?” “Aku lihat, kemarin kamu mencuci pakaian dengan mesin cuci. Itu bisa merusak kain dengan lebih cepat. Apa kamu tahu itu?” Kalimat itu terlontar dari mulut Sarah dengan nada tajam. Seketika Mireya hanya terdiam, menahan perasaan yang berkecamuk di dadanya. “Tapi Mervyn sudah menyiapkannya, Bu. Dia menyuruhku untuk fokus menjaga anak-anak. Sebenarnya dia ingin menyewa pembantu, tetapi aku tidak mau,” ucap Mireya. “Kamu pikir, hidup di rumah ini cuma soal makan, tidur, dan mengurus anak-anak saja? Jangan harap! Kalau mau jadi istri yang baik, kamu harus tahu cara menjaga kebersihan rumah ini. Suamimu itu laki-laki sukses. Dia pantas hidup dengan istri yang bisa mengurus segalanya. Bukan perempuan manja yang apa-apa diserahkan ke mesin cuci,” lanjut Sarah sambil melipat tangannya di dada. Mireya menggigit bibir bawahnya. Ingin rasanya menjawab, tapi ia tahu, melawan Sarah hanya akan memperkeruh keadaan. Ia menengadahkan wajah, menatap wanita paruh baya itu dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 83

    “Kenapa Nenek tega melakukan ini pada Mami?” Suara Marcell yang tajam tiba-tiba menggema di ruang tamu, memecah keheningan. Sarah memandang anak itu dengan kening berkerut. “Apa maksud kamu, Marcell?” tanyanya, sedikit tersinggung. Michelle tidak mau kalah, melangkah maju mendampingi kakaknya. “Nenek menyuruh Mami untuk melakukan semua pekerjaan rumah! Mami bukan pembantu, Nek!” Sarah lantas membulatkan mata. “Jaga bicaramu, Michelle! Nenek hanya meminta ibumu untuk membantu sedikit pekerjaan rumah. Itu kan wajar. Dia tinggal di sini, jadi dia juga harus berkontribusi.” Marcell mengepalkan tangan kecilnya. “Tapi Mami sudah lelah! Nenek menyuruh Mami membersihkan semua ruangan sendirian tadi pagi. Kami juga menyaksikannya sendiri!” Michelle mengangguk cepat, menambahkan. “Iya, Mami sampai hampir kehabisan energi karena mengepel terus! Itu kejam!” Sarah mendengkus, melipat tangan di depan dada. “Kalian ini anak-anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Mireya itu ibu kalian,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 84

    “Bagaimana bisa kamu membela orang seperti dia dibandingkan ibumu sendiri?” Suara Sarah terdengar tajam, menggema di ruang keluarga yang luas itu. Tatapan matanya menusuk ke arah Mervyn, yang sedang duduk santai di sofa dengan ekspresi dingin. Mervyn tidak langsung menjawab. Ia menegakkan punggung, meletakkan cangkir kopinya di meja, lalu menatap Sarah dengan pandangan yang tegas. “Ibu,” suaranya tenang, namun penuh tekanan, “Ibu tidak perlu berbicara seperti itu tentang Mireya.” Sarah mendecakkan lidah, ekspresi wajahnya menunjukkan ketidaksukaan yang jelas. “Mervyn, dia itu tidak pantas tinggal di rumah ini. Apalagi dengan statusnya yang seperti itu. Kamu lupa? Dialah yang membawa semua masalah ke dalam hidupmu!” “Cukup!” Nada suara Mervyn sedikit meninggi. Ia berdiri, menatap ibunya dengan tajam. “Mireya adalah istriku. Dan sebagai istri, dia berhak mendapatkan penghormatan yang sama seperti anggota keluarga lainnya.” Sarah menegang. Tak ada yang pernah berbicara kepadany

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 85

    “Aku hanya ingin tahu, apakah kamu benar-benar mencintai Mervyn, atau hanya menganggap dia sebagai ayah dari anak-anakmu?” tanya Sarah memastikan. “Aku mencintainya, Bu,” jawab Mireya tanpa ragu. Sarah mengangguk. “Baiklah. Aku lega mendengarnya.” Namun, ada tatapan yang seakan berbanding terbalik dengan apa yang baru saja terucap dari bibirnya. Setelah Mireya kembali ke kamar, raut wajah Sarah langsung berubah sengit. “Dia tidak boleh jatuh cinta pada Mervyn. Itu hanya akan membuatnya semakin sulit dipisahkan dari Mervyn,” gumamnya sambil mengepalkan kedua tangan erat-erat. *** “Mami, Papi!” panggil Michelle dengan suara penuh kegembiraan. Mireya dan Mervyn saling berpandangan, lalu menghela napas bersamaan. Mireya segera menghampiri kedua anak itu dan berjongkok di depan mereka, mengusap kepala Michelle dengan lembut. “Iya, Sayang?” jawab Mireya, mencoba tersenyum. “Ada apa, hm?” Michelle memandang ibunya, sementara Marcell mendekati Mervyn dan menarik lengan kemejany

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 86

    "Aku memiliki beberapa cabang perusahaan," kata Mervyn, matanya kini fokus pada sebuah lukisan di dinding yang seolah berbicara lebih banyak daripada sekadar seni. "Salah satunya ada di kota ini. Dan kebetulan, ada proyek besar yang sedang aku jalani di sini." Suaranya terdengar begitu pasti, tapi ada sesuatu yang lebih dalam yang tak bisa disembunyikan. Mireya mendengarkan dengan khidmat, tubuhnya sedikit condong ke depan, memperhatikan setiap gerak gerik Mervyn. Beberapa detik berlalu sebelum dia berbicara, "Dan kamu merasa bersyukur bisa kembali ke sini, kan?" Mervyn mengangguk perlahan, matanya kini bertemu dengan Mireya. "Iya. Karena akhirnya aku bisa bertemu dengan kamu lagi... dan anak-anak," jawabnya, nada suaranya lebih lembut, namun ada kehangatan yang tak terbantahkan di dalamnya. Mireya merespons dengan senyum tipis, meski hatinya terasa dipenuhi dengan campuran perasaan yang sulit dijelaskan. Mereka sudah lama tidak berbicara seperti ini, seperti dulu, saat semuanya ter

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 87

    Keesokan harinya .... “Mireya, ini Ayah..." Mireya hampir menjatuhkan panci di tangannya ketika suara berat itu terdengar di seberang telepon. Awalnya, ia sempat ragu-ragu untuk mengangkat panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Namun, saat mendengar suara yang sudah lama tak lagi mampir di telinganya, hatinya seketika bergetar. Itu suara Henry, ayah kandungnya. “Kenapa Ayah meneleponku?” tanya Mireya dingin setelah beberapa detik terdiam. Tangannya mencengkeram ponsel erat, sementara matanya menatap kosong ke arah panci yang berisi sup di atas kompor. Suara Henry terdengar gemetar. “Mireya, Ayah ... Ayah merindukan kamu, Nak. Sangat rindu.” Mireya tersenyum pahit. Rindu? Kata itu terasa begitu asing dari mulut pria yang pernah dengan tega mengusirnya dari rumah tanpa mendengarkan penjelasannya. “Kamu apa kabar, Mireya? Kamu baik-baik saja, kan?” Henry melanjutkan pertanyaannya, suaranya bergetar seolah takut mendengar jawaban dari Mireya. Mireya menelan ludah. Ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03

Bab terbaru

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 114

    Di ruang CEO, Mervyn tampak duduk di kursi putar seraya menatap Rayyan yang berdiri di depan meja kerjanya.“Apa sudah kamu informasikan kepada orang-orang itu mengenai kedatangan istriku hari ini?” tanya sang CEO.Rayyan menjawab, “Sudah, Pak. Persiapannya juga sudah matang.”“Bagus!” Mervyn mengangguk, merasa puas mendengar jawaban asistennya. “Bagaimana dengan hadiah yang aku bicarakan kemarin?”“Hadiahnya juga aman, Pak. Saya sudah menyuruh seseorang untuk memberikan hadiahnya kepada Nyonya, Tuan dan Nona Kecil ketika mereka sampai di rumah.”“Kerja bagus!” puji Mervyn. Rayyan memang selalu dapat diandalkan kapan dan di mana pun dia membutuhkannya.***Beberapa jam setelah melakukan perjalanan, Mireya, Marcell dan Michelle akhirnya tiba di lokasi tujuan.Kedatangan Mireya bersama kedua anaknya di tempat kediaman Mervyn disambut oleh banyak orang yang telah dipekerjakan oleh Mervyn dengan posisi bagian dan tugas yang berbeda-beda.Saat melewati pintu, ada beberapa penjaga yang lang

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 113

    Mervyn meraih telapak tangan Mireya untuk digenggam. “Kamu tahu, ‘kan, alasan dari kedatangan aku ke sini hanya untuk mengurus project anak perusahaan Grup Jordan?”Mireya mengangguk pelan, tetapi dia mulai bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang ingin disampaikan oleh Mervyn.“Dan sekarang urusannya sudah selesai. Aku berencana akan membawa kamu dan anak-anak kembali ke kota A. Apa kamu keberatan?” tanya Mervyn tanpa banyak basa-basi. Sebab, cepat atau lambat dia memang harus bicara jujur pada Mireya.Wajah Mireya berubah murung ketika mendengar ucapan Mervyn.Bagi Mireya, kota A menyimpan banyak kenangan pahit yang telah lama berusaha dia kubur bersama luka-lukanya.Dari sejuta mimpi buruk yang dia miliki di kota tersebut, satu-satunya yang bisa dia syukuri hingga sekarang hanyalah kehadiran anak kembar dalam hidupnya. Sementara sisanya tak lebih dari tumpukan benang yang hanya akan memperparah bongkahan luka di dada.“Maksud kamu, kita akan tinggal di sana?” tanya Mireya dengan

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 112

    Pertanyaan polos Michelle membuat Mireya gelagapan. Napasnya berhenti sejenak seiring kelopak mata yang terbuka lebar. Dengan cepat dia pun menyembunyikan jejak kemerahan di lehernya menggunakan telapak tangan.“I–ini ....” Mireya mencoba menemukan alasan yang masuk akal.Tapi apa?Tak jauh darinya, Mireya melihat Mervyn sedang berdiam diri di depan pintu toilet sembari menahan tawa. Membuatnya melotot kesal.Bisa-bisanya pria itu tertawa dengan sikap yang begitu tenang, sementara Mireya sedang pusing memikirkan jawaban!Padahal, tanda merah yang Mireya dapatkan jelas-jelas dibuat olehnya!Mireya kembali menatap Michelle. “Elle bisa tanya langsung pada Papi. Karena, Papi lebih tahu,” ucapnya seraya tersenyum lebar.“A–apa?” Mervyn mengerjap. Raut wajahnya berubah datar hanya dalam hitungan detik. “Kenapa harus aku yang jawab?”Mireya tersenyum miring. Merasa puas menyaksikan reaksi sang suami. “Bukankah kamu yang menyebabkan ini terjadi? Jadi, kamu saja yang jawab!” putusnya secara mu

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 111

    Mervyn dan Mireya terkejut ketika ada yang mengetuk pintu dari luar. Setelah itu, suara imut khas anak kecil mulai terdengar.“Mami, Papi! Acell dan adik boleh buka pintunya, tidak?” tanya Marcell.Sepasang suami dan istri itu tampak kelimpungan. Bagaimana mungkin mereka membiarkan kedua anak itu masuk dalam keadaan tubuh yang tidak mengenakan apa pun?Ah, kecuali Mervyn yang hanya memakai celana panjang.“T–tunggu sebentar! Mami akan membukanya,” sahut Mireya, lalu mengambil pakaian yang berserakan di lantai dan segera mengenakannya.Usai keduanya mengenakan kembali pakaian mereka, Mireya pun berjalan untuk membukakan kunci pintu.“Elle, Acell, ada apa?” tanya Mireya, sementara Mervyn baru saja masuk ke toilet untuk buang air kecil.“Mami ... eum, ada yang ingin kami katakan, tapi kami khawatir Mami akan marah,” ujar Marcell dengan raut wajah terlihat sedikit cemas.Mireya mengernyit. “Bagaimana kalian bisa tahu Mami akan marah atau tidak, sedangkan kalian saja belum mengatakan apa-a

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 110

    Di atas kasur, Mireya tampak mengenakan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh polosnya.Wanita itu memandang Mervyn yang baru saja memungut celana dan kaos miliknya yang berserakan di lantai, lalu mulai memakainya kembali.Mireya cukup terkejut menerima perlakuan suaminya yang tiba-tiba menjadi begitu liar dan brutal.Dugaan sementara, Mireya menaruh curiga bahwa semua yang dilakukan Mervyn disebabkan oleh rasa cemburu akibat kesalahpahaman antara pria itu, Mireya dan juga Julian.Selesai mengenakan celana panjang berbahan levis, dengan tubuh bagian atas yang masih telanjang, Mervyn naik ke atas kasur untuk kembali mendekati istrinya.Cup!Mervyn mendekap wanita itu seraya mengecup pelipisnya sekilas. “Ingat apa yang tadi kukatakan? Kamu, dan semua yang ada pada dirimu adalah milikku, Mireya. Jangan biarkan orang lain menyentuhnya!”Mireya mengangguk, tetapi perasaannya tidak kunjung lega meskipun dirinya kini sedang ada dalam dekapan hangat sang suami.“Kenapa menatapku begitu, h

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 109

    Brak!Mervyn membuka pintu kamar, mendapati Mireya yang kini sedang melipat pakaian sembari duduk di tepi kasur bermotif bunga mawar.Wanita itu mendongak saat mendengar derit pintu, lalu bergegas bangkit menghampiri suaminya yang baru pulang ke rumah entah dari mana.“Kamu sudah kembali?” sambut Mireya seraya tersenyum manis.Mervyn, dengan wajah garang serta sorot mata yang menunjukkan amarah, sama sekali tidak menjawab kalimat tanya yang diajukan oleh Mireya.Di sepanjang jalan menuju ke rumah, Mervyn sudah terlalu banyak menahan emosi, dan sekarang kemarahan itu bertambah semakin besar saat dia melihat ekspresi lugu istrinya yang terkesan seakan tidak melakukan kesalahan apa pun di belakangnya.Mireya menyadari ada yang tidak beres dari raut wajah Mervyn. Lantas pada saat dirinya berada di hadapan Mervyn, dia segera mengangkat satu tangan guna menyentuh pipi pria itu.“Mervyn, apa yang terjadi?” tanya Mireya lembut. “Apa kamu baru saja mendapatkan masalah?” tambahnya.Tatapan Merv

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 108

    Mireya pun menjelaskan kejadian mengenai Felix yang membohonginya dengan mengatakan bahwa Henry, ayah mereka, sedang mengalami kritis di rumah sakit. Namun, ternyata Felix malah membawanya ke tempat asing dan menjadikannya jaminan utang. “Felix?” Mervyn mengerutkan dahi saat mendengar nama yang tak dia kenal. “Siapa dia?” “Dia kakak laki-lakiku. Kami lahir dari ibu yang berbeda, tetapi masih satu ayah,” terang Mireya. “Kalau begitu, artinya dia juga kakaknya Felly?” tebak pria itu. Lantas Mireya mengangguk. “Ya, mereka satu ibu,” tambahnya. Mervyn manggut-manggut paham, lalu terdiam setelahnya. Akan tetapi, isi kepalanya terus bekerja memikirkan sosok Felix yang telah membuat istri kesayangannya hampir menjadi korban pemerkosaan. Mervyn bersumpah, suatu saat Felix pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya! “Mervyn, kenapa melamun?” Mireya menyentuh sebelah pipi Mervyn dan membuatnya sedikit terkejut. Mervyn menunduk, menatap ke dalam mata cantik ist

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 107

    “Hey ... apa yang kamu pikirkan?” Mervyn menyelipkan anak rambut Mireya ke belakang telinga wanita itu. “Aku tidak pernah menganggap kamu pembawa sial. Sebaliknya, aku justru merasa lebih bahagia setelah bertemu kembali dengan kamu dan anak-anak. Siapa bilang kalau kamu pembawa sial?”Mireya merasa sedikit lebih lega. Namun, perasaan sedih dan bersalah itu masih belum hilang sepenuhnya dari dalam diri. Melihat kondisi Mervyn yang tidak berdaya seperti saat ini membuatnya sangat sedih.“Mervyn, apa boleh aku menceritakan alasan yang sebenarnya?” tanya Mireya seraya mendongak, menatap mata sang suami dengan lebih serius dan dalam.Cup!Mervyn mengecup pelipis Mireya lekat-lekat. “Ceritakanlah,” balasnya.Mireya menghela napas sejenak. “Sebenarnya ... saat tiba di rumah sakit, aku duduk menunggu kamu di luar ruangan. Aku terus mendoakan untuk keselamatan kamu. Kemudian, tiba-tiba Ibu datang bersama Lisa. Aku menjelaskan pada Ibu mengenai apa yang terjadi dengan kamu, lalu Ibu menyalahkan

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 106

    Setelah menjalani rawat inap selama hampir satu minggu di rumah sakit, Mervyn akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter hari ini. Akan tetapi, dia tetap membutuhkan banyak istirahat di rumah, supaya proses penyembuhan luka di perutnya lebih cepat selesai.Malam itu, di saat Marcell dan Michelle sedang belajar bersama di kamar mereka, Mireya membuatkan segelas susu hangat untuk Mervyn.Mireya menghampiri Mervyn yang berbaring di atas kasur, meletakkan sejenak gelas di atas meja. Kemudian, membantu Mervyn mengubah posisi menjadi duduk dengan kedua kaki diluruskan serta punggung yang bersandar pada kepala kasur.“Minumlah ...” ucap Mireya sembari menyodorkan kembali susu di dalam gelas berbahan kaca ke arah Mervyn.“Terima kasih,” ucap Mervyn seraya mengambil alih benda itu dan mulai meneguk minumannya pelan-pelan.“Mireya, aku mau tanya sesuatu.” Mervyn meletakkan gelas di atas meja, lalu menatap istrinya dengan serius.“Tanyakan saja,” kata Mireya yang tengah duduk di tepi kasur, menun

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status