Share

Chapter 57

Author: APStory
last update Last Updated: 2025-02-20 23:15:24

Mervyn terbungkam beberapa detik ketika Mireya menawarkannya kopi. Itu mungkin hanya tawaran biasa dan tak berarti apa-apa bagi orang lain, tetapi ... entah kenapa, sesuatu di balik rongga dada Mervyn seketika menjadi hangat saat mendengarnya.

Ada getaran samar yang menggelitik perut seperti kupu-kupu, lalu perlahan naik dan menjalar hingga ke ulu hati.

Padahal, sebagai nyonya rumah, wajar jika Mireya menawarkan kopi, ‘kan?

Mencoba bersikap tenang, kali ini Mervyn memandang Mireya seraya mengangguk kecil. “Boleh,” ujarnya.

Mireya berjalan menuju pantry, mengambil panci kecil, disi dengan sedikit air dan merebusnya di atas kompor yang telah dinyalakan.

Sambil menunggu air matang, Mireya menyibukkan diri dengan menyiapkan bubuk kopi, gula dan cangkir.

“Kamu suka kopi yang manis atau dengan sedikit gula?” tanya Mireya.

“Sedikit gula, tapi dicampur dengan satu sendok krimer,” kata Mervyn.

Mireya mengangguk paham. Setelah mencampurkan semua bahan ke dalam cangkir sesuai permintaan Mervyn,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 58

    Mireya terdiam sesaat, merasa pipinya memanas ketika Mervyn menatapnya dengan penuh perhatian, sambil mengajukan satu kalimat tanya yang cukup mengejutkan. Cemburu, katanya? Mervyn tampak tenang saat mengatakan itu, tapi bagi Mireya, pertanyaan itu berhasil menyentuh ruang tersembunyi dalam hatinya. “Bukan begitu,” jawab Mireya buru-buru, berusaha menenangkan diri. “Aku hanya khawatir dia salah paham.” Meskipun nadanya terkesan biasa, tetapi jauh di lubuk hatinya, ada keraguan yang sulit diungkapkan. “Aku pikir, kamu sepertinya sudah punya hubungan khusus dengan dia,” lanjut wanita itu dengan suara serak yang mencerminkan kebingungan. Mervyn mengernyit, lalu mencoba menjelaskan, “Mireya, jangan berpikir terlalu jauh. Itu tidak seperti yang kamu pikirkan.” Ucapan Mervyn masih belum cukup untuk menenangkan hati Mireya yang mulai terombang-ambing. Bagaimana kalau Mervyn sedang berbohong dan sebenarnya memang sudah memiliki pasangan? Mungkin wanita itu adalah bagian dari hi

    Last Updated : 2025-02-22
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 59

    “Ya, saya sendiri,” jawab Mireya dengan wajah bingung dan penasaran, kenapa wanita asing di hadapannya bisa tahu nama lengkapnya? “Maaf, Anda siapa, ya? Dan ada perlu apa?”Sungguh, Mireya sama sekali tidak mengenal siapa wanita itu. Bahkan seingatnya, sejak memutuskan pindah kota, dia juga tidak pernah terlibat masalah dengan siapa pun di sini.Wanita itu menatap lurus-lurus wajah Mireya, lalu mengatakan, “Aku Sarah, ibu kandung Mervyn ....”Mireya lantas membulatkan mata. Kaget. Ada urusan apa ibu kandung Mervyn menemuinya sepagi ini? Apa mungkin Mervyn telah menceritakan tentang Marcell dan Michelle kepada wanita di hadapannya sekarang?“Halo! Salam kenal,” ucap Mireya dengan membungkukkan sedikit badannya. “Ayo masuk dulu!” ajaknya.Sarah tidak menjawab, tetapi juga tidak menolak tawaran Mireya. Dia mengekor di belakang dengan langkah angkuh dan penuh percaya diri.Sesampainya di ruang tamu, Mireya menyuruh Sarah duduk dengan sopan.“Nyonya Sarah, minuman apa yang Anda suka? Saya

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 60

    Mireya berdiri di ambang pintu kamar, tubuhnya gemetar, tak mampu menghalangi beberapa orang suruhan Sarah yang mulai menggeledah seisi rumahnya dengan kasar.Dalam beberapa detik, mereka berhasil menemukan Marcell dan Michelle yang tengah bersembunyi di sudut kamar.Anak-anak itu tampak ketakutan, dengan mata yang seakan memohon agar Mireya bisa menyelamatkan mereka.Saat itu, jantung Mireya seakan berhenti berdetak. Lirih, namun penuh dengan kepanikan, dia berusaha mendekati anak-anaknya.“Anak-anakku mau dibawa ke mana? Kembalikan mereka, aku mohon!” Suara Mireya pecah, dan air mata mulai membasahi pipinya.Lengan tangannya meronta, ingin menggenggam kedua anaknya. Namun, dua orang suruhan Sarah menahannya dengan cengkraman kuat yang tidak dapat dihindari.“Lepaskan! Jangan bawa pergi anak-anakku!” pekik wanita itu.Mireya merasa tubuhnya tak berarti apa-apa dibandingkan kekuatan dua pria dewasa. Setiap upaya yang dia lakukan untuk bergerak hanya terasa semakin sia-sia.Di dalam ka

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 61

    Mervyn duduk di kursi putar. Matanya tertuju pada tumpukan berkas yang masih menunggu perhatian.Suasana sunyi di ruang kerja itu mendukung konsentrasinya. Akan tetapi, ketenangan Mervyn hancur saat pintu terbuka dengan cepat.Rayyan masuk dengan wajah panik diiringi langkah yang terburu-buru.“Pak, ada kabar buruk,” kata Rayyan dengan nada cemas. “Nyonya Besar telah memerintahkan orang-orangnya untuk merebut si kembar dari Nyonya Mireya,” bebernya.Mervyn terdiam, seolah tidak mampu menerima kenyataan yang dia dengar barusan. Matanya membesar bersama tubuh yang terasa kaku.Bayangan wajah anak kembarnya tergambar jelas di pikirannya. Dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada mereka, dan lebih buruk lagi, dia bisa merasakan betapa hancurnya hati Mireya.Di tengah kepanikan yang melanda, Mervyn membuka mulut, mencoba mengeluarkan kata-kata. Namun, kalimatnya seakan tersangkut dan mengendap di tenggorokan.Rayyan melihat reaksi Mervyn dan buru-buru menambahkan, “Pak, kita harus

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 62

    Mervyn memacu mobil dengan kecepatan yang lebih tinggi dari biasanya.Di kursi penumpang, Mireya terkulai lemas, wajahnya tampak pucat dengan telapak tangan yang terasa dingin.Di tengah rasa panik, Mervyn tetap memfokuskan perhatian pada jalan. Sesekali dia melirik Mireya untuk memastikan bahwa wanita itu masih bernapas dan baik-baik saja.Setibanya di rumah sakit, Mervyn menggendong tubuh Mireya yang lemah itu menuju ruang gawat darurat.Tangannya menggenggam erat pergelangan tangan Mireya yang dingin dengan penuh kekhawatiran.Suster dan dokter segera menyambut, membawa Mireya ke ruang perawatan.Mervyn duduk di bangku dekat pintu, matanya tak pernah lepas dari pintu yang mulai tertutup rapat.Waktu terasa berjalan sangat lambat. Detak jam di ruang tunggu menjadi semakin berat di telinga Mervyn, seperti menghantam dadanya.Setelah menunggu beberapa saat, pintu ruang pasien perlahan terbuka.Mervyn segera berdiri dan melangkah mendekati tempat Mireya terbaring.Wajah Mireya masih t

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 63

    “Dan sekarang Ibu sudah tahu semuanya, lalu mau apa lagi?”Sarah tidak menjawab, melainkan hanya mengarahkan pandangan pada kedua anak di pelukan Mervyn.Pada awalnya, saat mendengar informasi dari Lisa mengenai status pekerjaan Mireya yang—katanya—merupakan wanita malam, Sarah mengira kalau anak yang lahir dari rahim Mireya bukanlah darah daging Mervyn.Namun, sekarang dia telah melihat sendiri betapa miripnya wajah anak laki-laki itu dengan Mervyn.Marcell benar-benar terlihat seperti Mervyn Jordan dalam versi lebih muda, sementara wajah Michelle cenderung lebih mirip dengan Mireya. Jadi, bagaimana bisa Sarah menyangkal fakta yang ada di depan matanya?“Aku tidak akan mengelak bahwa mereka adalah cucu kandungku,” ucap Sarah dengan ekspresi datar, lalu menambahkan, “tapi ... aku minta kamu untuk menjauhi Mireya! Aku sudah membahas masalah ini dengan Lisa, dan dia tidak keberatan jika harus menjadi ibu sambung.”Mervyn tertegun. Tercengang. Hampir kehabisan kata-kata mendengar apa yan

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 64

    Setibanya di rumah sakit, Mervyn langsung mengajak kedua anaknya masuk ke tempat di mana Mireya sedang dirawat sekarang.“Mami!” Anak-anak itu berlarian menghampiri sang ibu yang masih terbaring di atas ranjang pasien.Kondisi Mireya tampak belum stabil, tapi saat melihat kedatangan kedua malaikat kecil kesayangannya, dia merasa menjadi sedikit lebih baik.“Marcell, Michelle, akhirnya kalian kembali!” Mireya memaksakan diri untuk bangun. Mervyn yang melihat itu segera membantunya mengubah posisi menjadi duduk berselonjor kaki.Lalu, lengan-lengan mungil itu melingkari tubuh Mireya. Disambut oleh Mireya dengan pelukan yang tidak kalah erat. Mereka layaknya orangtua dan anak yang sudah sekian tahun lamanya tidak bertemu dan kini saling sibuk melepas rindu.Mireya tanpa sadar menitikkan air mata sambil mengecup kening Marcell dan Michelle secara bergantian. Dia sangat bersyukur bisa melihat kedua anaknya kembali dengan selamat.“Mami, jangan menangis! Semuanya baik-baik saja ...” ucap Ma

    Last Updated : 2025-02-26
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 65

    Julian menatap Mervyn dengan mata terbuka lebar. Suaranya terhenti sesaat, seolah kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Mervyn masih bergema di telinganya.“Anak kandung?” Suara Julian terpecah, antara bingung dan tak percaya. Raut wajahnya menciptakan gambaran yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.Sejujurnya, Julian sudah merasakan sesuatu yang aneh sejak pertama kali memergoki Mireya dengan Mervyn di lorong perusahaan.Akan tetapi, seperti kebanyakan orang yang berpikir bisa menghindari kenyataan, Julian pun mencoba mengesampingkan firasat itu.Dan malam ini, usai mendengar pengakuan itu langsung dari mulut Mervyn, segalanya seperti runtuh begitu saja. Julian seolah tak mampu menarik napas, seolah kata-kata itu terlalu berat untuk ditampung oleh hatinya.Tidak mungkin! Itu yang pertama kali terlintas dalam benaknya. Dia ingin berpikir bahwa ada kesalahan dalam pernyataan itu, mungkin ada kekeliruan atau bahkan lelucon yang tidak dia pahami.Tetapi, tidak. Matanya yang tajam

    Last Updated : 2025-02-27

Latest chapter

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 114

    Di ruang CEO, Mervyn tampak duduk di kursi putar seraya menatap Rayyan yang berdiri di depan meja kerjanya.“Apa sudah kamu informasikan kepada orang-orang itu mengenai kedatangan istriku hari ini?” tanya sang CEO.Rayyan menjawab, “Sudah, Pak. Persiapannya juga sudah matang.”“Bagus!” Mervyn mengangguk, merasa puas mendengar jawaban asistennya. “Bagaimana dengan hadiah yang aku bicarakan kemarin?”“Hadiahnya juga aman, Pak. Saya sudah menyuruh seseorang untuk memberikan hadiahnya kepada Nyonya, Tuan dan Nona Kecil ketika mereka sampai di rumah.”“Kerja bagus!” puji Mervyn. Rayyan memang selalu dapat diandalkan kapan dan di mana pun dia membutuhkannya.***Beberapa jam setelah melakukan perjalanan, Mireya, Marcell dan Michelle akhirnya tiba di lokasi tujuan.Kedatangan Mireya bersama kedua anaknya di tempat kediaman Mervyn disambut oleh banyak orang yang telah dipekerjakan oleh Mervyn dengan posisi bagian dan tugas yang berbeda-beda.Saat melewati pintu, ada beberapa penjaga yang lang

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 113

    Mervyn meraih telapak tangan Mireya untuk digenggam. “Kamu tahu, ‘kan, alasan dari kedatangan aku ke sini hanya untuk mengurus project anak perusahaan Grup Jordan?”Mireya mengangguk pelan, tetapi dia mulai bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang ingin disampaikan oleh Mervyn.“Dan sekarang urusannya sudah selesai. Aku berencana akan membawa kamu dan anak-anak kembali ke kota A. Apa kamu keberatan?” tanya Mervyn tanpa banyak basa-basi. Sebab, cepat atau lambat dia memang harus bicara jujur pada Mireya.Wajah Mireya berubah murung ketika mendengar ucapan Mervyn.Bagi Mireya, kota A menyimpan banyak kenangan pahit yang telah lama berusaha dia kubur bersama luka-lukanya.Dari sejuta mimpi buruk yang dia miliki di kota tersebut, satu-satunya yang bisa dia syukuri hingga sekarang hanyalah kehadiran anak kembar dalam hidupnya. Sementara sisanya tak lebih dari tumpukan benang yang hanya akan memperparah bongkahan luka di dada.“Maksud kamu, kita akan tinggal di sana?” tanya Mireya dengan

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 112

    Pertanyaan polos Michelle membuat Mireya gelagapan. Napasnya berhenti sejenak seiring kelopak mata yang terbuka lebar. Dengan cepat dia pun menyembunyikan jejak kemerahan di lehernya menggunakan telapak tangan.“I–ini ....” Mireya mencoba menemukan alasan yang masuk akal.Tapi apa?Tak jauh darinya, Mireya melihat Mervyn sedang berdiam diri di depan pintu toilet sembari menahan tawa. Membuatnya melotot kesal.Bisa-bisanya pria itu tertawa dengan sikap yang begitu tenang, sementara Mireya sedang pusing memikirkan jawaban!Padahal, tanda merah yang Mireya dapatkan jelas-jelas dibuat olehnya!Mireya kembali menatap Michelle. “Elle bisa tanya langsung pada Papi. Karena, Papi lebih tahu,” ucapnya seraya tersenyum lebar.“A–apa?” Mervyn mengerjap. Raut wajahnya berubah datar hanya dalam hitungan detik. “Kenapa harus aku yang jawab?”Mireya tersenyum miring. Merasa puas menyaksikan reaksi sang suami. “Bukankah kamu yang menyebabkan ini terjadi? Jadi, kamu saja yang jawab!” putusnya secara mu

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 111

    Mervyn dan Mireya terkejut ketika ada yang mengetuk pintu dari luar. Setelah itu, suara imut khas anak kecil mulai terdengar.“Mami, Papi! Acell dan adik boleh buka pintunya, tidak?” tanya Marcell.Sepasang suami dan istri itu tampak kelimpungan. Bagaimana mungkin mereka membiarkan kedua anak itu masuk dalam keadaan tubuh yang tidak mengenakan apa pun?Ah, kecuali Mervyn yang hanya memakai celana panjang.“T–tunggu sebentar! Mami akan membukanya,” sahut Mireya, lalu mengambil pakaian yang berserakan di lantai dan segera mengenakannya.Usai keduanya mengenakan kembali pakaian mereka, Mireya pun berjalan untuk membukakan kunci pintu.“Elle, Acell, ada apa?” tanya Mireya, sementara Mervyn baru saja masuk ke toilet untuk buang air kecil.“Mami ... eum, ada yang ingin kami katakan, tapi kami khawatir Mami akan marah,” ujar Marcell dengan raut wajah terlihat sedikit cemas.Mireya mengernyit. “Bagaimana kalian bisa tahu Mami akan marah atau tidak, sedangkan kalian saja belum mengatakan apa-a

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 110

    Di atas kasur, Mireya tampak mengenakan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh polosnya.Wanita itu memandang Mervyn yang baru saja memungut celana dan kaos miliknya yang berserakan di lantai, lalu mulai memakainya kembali.Mireya cukup terkejut menerima perlakuan suaminya yang tiba-tiba menjadi begitu liar dan brutal.Dugaan sementara, Mireya menaruh curiga bahwa semua yang dilakukan Mervyn disebabkan oleh rasa cemburu akibat kesalahpahaman antara pria itu, Mireya dan juga Julian.Selesai mengenakan celana panjang berbahan levis, dengan tubuh bagian atas yang masih telanjang, Mervyn naik ke atas kasur untuk kembali mendekati istrinya.Cup!Mervyn mendekap wanita itu seraya mengecup pelipisnya sekilas. “Ingat apa yang tadi kukatakan? Kamu, dan semua yang ada pada dirimu adalah milikku, Mireya. Jangan biarkan orang lain menyentuhnya!”Mireya mengangguk, tetapi perasaannya tidak kunjung lega meskipun dirinya kini sedang ada dalam dekapan hangat sang suami.“Kenapa menatapku begitu, h

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 109

    Brak!Mervyn membuka pintu kamar, mendapati Mireya yang kini sedang melipat pakaian sembari duduk di tepi kasur bermotif bunga mawar.Wanita itu mendongak saat mendengar derit pintu, lalu bergegas bangkit menghampiri suaminya yang baru pulang ke rumah entah dari mana.“Kamu sudah kembali?” sambut Mireya seraya tersenyum manis.Mervyn, dengan wajah garang serta sorot mata yang menunjukkan amarah, sama sekali tidak menjawab kalimat tanya yang diajukan oleh Mireya.Di sepanjang jalan menuju ke rumah, Mervyn sudah terlalu banyak menahan emosi, dan sekarang kemarahan itu bertambah semakin besar saat dia melihat ekspresi lugu istrinya yang terkesan seakan tidak melakukan kesalahan apa pun di belakangnya.Mireya menyadari ada yang tidak beres dari raut wajah Mervyn. Lantas pada saat dirinya berada di hadapan Mervyn, dia segera mengangkat satu tangan guna menyentuh pipi pria itu.“Mervyn, apa yang terjadi?” tanya Mireya lembut. “Apa kamu baru saja mendapatkan masalah?” tambahnya.Tatapan Merv

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 108

    Mireya pun menjelaskan kejadian mengenai Felix yang membohonginya dengan mengatakan bahwa Henry, ayah mereka, sedang mengalami kritis di rumah sakit. Namun, ternyata Felix malah membawanya ke tempat asing dan menjadikannya jaminan utang. “Felix?” Mervyn mengerutkan dahi saat mendengar nama yang tak dia kenal. “Siapa dia?” “Dia kakak laki-lakiku. Kami lahir dari ibu yang berbeda, tetapi masih satu ayah,” terang Mireya. “Kalau begitu, artinya dia juga kakaknya Felly?” tebak pria itu. Lantas Mireya mengangguk. “Ya, mereka satu ibu,” tambahnya. Mervyn manggut-manggut paham, lalu terdiam setelahnya. Akan tetapi, isi kepalanya terus bekerja memikirkan sosok Felix yang telah membuat istri kesayangannya hampir menjadi korban pemerkosaan. Mervyn bersumpah, suatu saat Felix pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya! “Mervyn, kenapa melamun?” Mireya menyentuh sebelah pipi Mervyn dan membuatnya sedikit terkejut. Mervyn menunduk, menatap ke dalam mata cantik ist

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 107

    “Hey ... apa yang kamu pikirkan?” Mervyn menyelipkan anak rambut Mireya ke belakang telinga wanita itu. “Aku tidak pernah menganggap kamu pembawa sial. Sebaliknya, aku justru merasa lebih bahagia setelah bertemu kembali dengan kamu dan anak-anak. Siapa bilang kalau kamu pembawa sial?”Mireya merasa sedikit lebih lega. Namun, perasaan sedih dan bersalah itu masih belum hilang sepenuhnya dari dalam diri. Melihat kondisi Mervyn yang tidak berdaya seperti saat ini membuatnya sangat sedih.“Mervyn, apa boleh aku menceritakan alasan yang sebenarnya?” tanya Mireya seraya mendongak, menatap mata sang suami dengan lebih serius dan dalam.Cup!Mervyn mengecup pelipis Mireya lekat-lekat. “Ceritakanlah,” balasnya.Mireya menghela napas sejenak. “Sebenarnya ... saat tiba di rumah sakit, aku duduk menunggu kamu di luar ruangan. Aku terus mendoakan untuk keselamatan kamu. Kemudian, tiba-tiba Ibu datang bersama Lisa. Aku menjelaskan pada Ibu mengenai apa yang terjadi dengan kamu, lalu Ibu menyalahkan

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 106

    Setelah menjalani rawat inap selama hampir satu minggu di rumah sakit, Mervyn akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter hari ini. Akan tetapi, dia tetap membutuhkan banyak istirahat di rumah, supaya proses penyembuhan luka di perutnya lebih cepat selesai.Malam itu, di saat Marcell dan Michelle sedang belajar bersama di kamar mereka, Mireya membuatkan segelas susu hangat untuk Mervyn.Mireya menghampiri Mervyn yang berbaring di atas kasur, meletakkan sejenak gelas di atas meja. Kemudian, membantu Mervyn mengubah posisi menjadi duduk dengan kedua kaki diluruskan serta punggung yang bersandar pada kepala kasur.“Minumlah ...” ucap Mireya sembari menyodorkan kembali susu di dalam gelas berbahan kaca ke arah Mervyn.“Terima kasih,” ucap Mervyn seraya mengambil alih benda itu dan mulai meneguk minumannya pelan-pelan.“Mireya, aku mau tanya sesuatu.” Mervyn meletakkan gelas di atas meja, lalu menatap istrinya dengan serius.“Tanyakan saja,” kata Mireya yang tengah duduk di tepi kasur, menun

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status