Beranda / Romansa / Pacar Sejuta Umat / 78. Malam Pertama

Share

78. Malam Pertama

Penulis: Jana Indria
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-23 01:12:41

Begitu tiba di rumah, Rere segera masuk ke dalam kamar dan langsung menutupnya kembali dengan bantuan kaki, tanpa membalikkan badannya.

Jeduug ...!

Rere tertegun, langkahnya terhenti saat mendengar bunyi yang lumayan keras di luar pintunya.

"Sayang, kenapa pintunya di tutup?" Dewa membuka pintu kamar Rere dan ikut masuk ke dalamnya.

"Kamu ngapain masuk ke kamarku?" tanya Rere dengan dahi mengernyit.

"Kita baru saja menikah, dan kamu sudah lupa? Itu tidak lucu." Dewa menyentuhkan telunjuknya ke pelipis Rere dan menekannya pelan. Hingga membuat Rere sedikit terhuyung ke belakang.

Sedangkan Dewa, tanpa merasa bersalah, melangkah melintasi Rere yang masih kaget, sambil tersenyum.

"Astaugfirulllah," seru Rere setelah sadar kalau sekarang statusnya sudah berbeda.

"Itu berarti-" Rere memutus ucapannya sendiri saat melihat Dewa dengan tak tahu malunya membuka kaos yang ia pakai di depan Rere, dan langsung menghempaskan badannya ke atas ranjang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pacar Sejuta Umat   79. Malam pertama 2

    Entah sudah berapa lama terlelap, hingga akhirnya dia menggelinjang saat merasa ada yang sedang memainkan pucuk bukit di dadanya.Dia segera menjauhkan tangan Dewa dari badannya."Sudah pagi sayang, aku menagih kewajibanmu." Dewa berkata dengan nafas yang tampak memburu. Wajah Rere di kecupnya, dan tak lupa memberikan stempel kepemilikan di leher jenjang milik istrinya.Rere tak menjawab ucapan Dewa yang seperti sedang menagih janji. Dengan tersenyum, tangan itu kembali menolak sentuhan suaminya, saat menyentuh di bagian dada.Tampaknya Dewa sangat kecewa dengan penolakan istrinya. Tanpa bersuara, pelan-pelan Dewa menggeser menjauh. Namun, saat dia hendak melangkah di atas badan Rere.Tiba tiba sebuah tangan malah menariknya mendekat hingga membuat Dewa yang kehilangan keseimbangan terjatuh di atas badan Rere.Bagaikan durian jatuh, saat Dewa tepat terjatuh, saat itu pula Rere melumat mesra bibir bawah Dewa.Merasa mendapatkan ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23
  • Pacar Sejuta Umat   80. Masih malam pertama

    Dewa tersenyum, saat mendengar erangan Rere yang di sebabkan oleh kelakuan jemari tangan kanannya, yang sedang mengusap dan membuka belahan bukit berbulu itu dengan lembut dan pelan."Dewa ...!"Lagi, dan lagi, Rere mengerang memanggil Dewa untuk segera menyembuhkan rasa panas di dalam tubuhnya. Bersama dengan gerakan badan dan tangan Rere yang semakin menggila.Brugh!Rere yang sudah tak sabar, dengan sekuat tenaga merobohkan Dewa hingga telentang di ranjang, kini posisi mereka berubah. Rere berada di atas tubuh Dewa.Kaki Dewa seperti di kunci oleh kedua paha Rere yang mulai mengangkanginya. Namun, justru inilah yang membuat Dewa memejamkan matanya, ia menahan erangannya saat gesekan antara miliknya dengan milik Rere, yang kini tanpa di halangi oleh selembar kain, sangat terasa nikmatnya.Tangan Dewa yang berada di samping badan pun tidak dapat melakukan apa- apa karena sedang di genggam erat oleh tangan Rere. Dan di jadika

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23
  • Pacar Sejuta Umat   81. Aduh

    "Mbok, tolong buatkan mie instan, tiga bungkus dengan telur mata sapi dua!" pinta Dewa pada seorang asisten rumah tangga. Lapar membuatnya terpaksa langsung ke dapur."Baik, Ndoro," jawab asisten itu dengan tergagap karena kaget, tidak biasanya tamu datang langsung ke belakang untuk minta di masakan sesuatu."Nanti tolong di antar ke kamar ya, mbok, sekalian sama minumnya," pinta Dewa dengan mata menyapu ruangan meja makan yang masih tampak sepi dan bersih."Iya, Ndoro.""Kok sepi? Semua sudah pada sarapan?" tanya Dewa yang tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Matanya kembali memperhatikan sekitar ruang makan dan ruang keluarga."Semua ke rumah sakit, Ndoro. Subuh tadi ada kabar kalau tuan besar sudah sadar." Sang asisten menjawab sambil memasak apa yang tadi Dewa minta."Alhamdulillah. Cepat bikin ya, mbok." Rona bahagia tampak sekali di wajah Dewa saat itu.Dewa berlari kembali ke lantai atas dan langsung masuk ke dalam

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • Pacar Sejuta Umat   82. Simalakama

    "Sebenarnya berita itu sudah dari tadi subuh. Tapi--""Apa?" Rere menghentikan langkahnya dengan tiba tiba hingga membuat Dewa juga berhenti mendadak karena mereka saling bergenggaman tangan."Hei ... dengerin dulu, kabar itu aku tahu dari si Mbok. Jadi bukan aku yang sengaja menyembunyikan darimu, kalau kau tak percaya nanti kau tanya sendiri pada bunda atau mama." Dewa akhirnya memberikan pembelaan diri.Rere terdiam, dia kembali melangkah, malah kini berbalik. Kini, dia yang berada di depan langkah Dewa yang melihatnya sambil menggelengkan kepala.Mereka sama-sama memilih diam hingga langkah mereka berhenti di sebuah kamar yang pintunya terbuka."Assalamualaikum ...."Rere masuk lebih dahulu, karena Om Bagas sudah menarik Dewa ke luar ruangan."Ssst ...." Bunda menyuruh Rere untuk mempelankan suaranya. Dengan isyarat ibu tangan yang beliau letakkan di depan bibir."Ayah gimana, Bunda?" tanya Rere yang langsung mendekat

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • Pacar Sejuta Umat   83. Pulanglah ...

    Malam itu, ayah memandang Rere dengan linangan air matanya."Maafkan ayah ya, Nak. Tidak bisa jadi wali di pernikahanmu." Akhirnya ayah yang memulai percakapan, tangan yang di tusuk jarum itu mengelus jari sang putri yang berada dalam genggamannya.Rere tak menjawab, malah meletakkan kepalanya di samping ranjang tempat ayahnya rebah."Re ... bunda dan ayah mengikhlaskan kamu menjadi istrinya Dewa, semoga Allah juga meridhoinya.""Aamiin." desis Rere hampir tanpa suara."Assalamualaikum." Rere tak mendongakkan kepala, dia hafal benar siapa yang baru saja mengucapkan salam."Wa Alaikum salam." Hampir serentak semua menjawab salam dari mas Rio."Bagaimana? Apa ada perkembangan? Menurut bunda, kamu tadi ke kantor polisi?" tanya pak Bagas pada orang yang baru saja mengucapkan salam."Iya, Om. Alhamdulillah orang yang nabrak sudah ditangkap," jawab mas Rio, yang mendekat ke ayah hanya sekedar mencium kening ayah kemudian

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-25
  • Pacar Sejuta Umat   84. Keju tan

    "Pa, jangan bilang ke Dewa dulu kalau aku ikut, ya? Aku mau bikin kejutan, dari bandara mau langsung ke kantor," pesan Rere pada papa mertuanya.Siang itu Rere dan pak Bagas dalam perjalanan ke bandara, setelah sebelumnya ke rumah sakit untuk pamit pada ayah dan bunda Rere."Siap." Pak bagas menjawab permintaan Rere, dengan lirikan mata menggoda, sebentar. Kemudian kembali fokus pada gerakan tangannya yang sibuk di atas ponsel.Lima belas menit perjalanan ke bandara, persiapan, kemudian langsung terbang sekitar empat puluh lima menit, mengantarkan pak Bagas dan Rere yang kini berdiri di lokasi yang berbeda."Kau mau aku temani ke kantor?" tanya pak Bagas, saat melihat mobil beserta supir pribadinya datang menghampiri."Tidak, Pa. Lagian aku mau ke apartemen setelahnya," jawab Rere dengan bibir tersenyum."Oiya, Pa. Pesan ayah jangan lupa. Istirahat dan jangan ....""Stres!"Keduanya tertawa s

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-27
  • Pacar Sejuta Umat   85. Kemesraan

    Dengan bangga Alman menceritakan siapa sosok Nia pada Dewa. Juga tentang bagaimana hubungan Rere dan calon istrinya ini."Kenapa tidak kau ajak ke sini, Man.""Dia ada di rumahku sekarang, bersama orang tuanya,""Benarkah?" Rere tampak antusias sekali mendengar Nia ada di sini."Ya, rencananya nanti malam aku akan mengajaknya menemui pak Bagas.""Bisakah kau membantuku, Dew?""Membantu apa?""Suruh dia berhenti kerja, aku ingin dia di rumah saja."Rere sontak menoleh kepada Dewa yang saat itu juga tengah menatapnya."Apa?""Apakah kau juga bakalan menyuruhku untuk berhenti kerja.""Kalau untuk kerja di kantor seperti sekarang, iya. Tapi kalau kau kerja yang bisa kau lakukan semaumu, aku dukung.""Maksudnya?" Alman dan Rere hampir bersamaan, bertanya dengan kata yang sama."Ya kalau seumpama kau buka kafe, toko buku, bunga, atau salon. Itu semua kan nggak menuntut kamu harus ada setiap saat di

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-28
  • Pacar Sejuta Umat   86. Selamat ...

    "Selamat ya mbak, atas pernikahannya. Mudah-mudahan Allah memberkahi mbak dan bapak, baik dalam suka maupun duka dan selalu mengumpulkan mbak dan bapak berdua pada kebaikan."Rere dan Dewa tersenyum dan mengaminkan doa Mak.Mungkin sebelum Rere dan Dewa datang ke apartemen, Udin sudah menceritakan lebih dulu tentang pernikahan kedua bosnya.Hingga saat mereka baru saja menginjakkan kaki di apartemen langsung disambut Mak dengan doa."Aden berdua, ini sudah makan apa belum?" tanya Mak dengan sikap dan panggilan yang berbeda."Aden apa, Mak? Biasa aja ah, aku nggak suka." Rere memonyongkan bibirnya saat mendengar Mak merubah panggilannya untuknya.Mak hanya bisa tersenyum saat di protes oleh bosnya. Dan langung pamit ke belakang, setelah Dewa meminta untuk membuatkan dirinya kopi."Mau nunggu di sini apa, gimana?""Kamu maunya gimana?""Maksudnya?""Kita sudah nikah Rere, apa kau mau kita tinggal d

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29

Bab terbaru

  • Pacar Sejuta Umat   99. Ending

    "Mbak ...." panggil Mak dari arah luar pintu, kedua tangannya membawa baki berisi piring yang kemudian dia letakkan di atas meja."Yang lainnya biar aku yang ambil, Mak," ujar Dewa yang segera berlari ke luar pintu, menuruni tangga, kemudian naik lagi ke atas dengan tangan kanan membawa dua botol minuman air mineral yang terlihat basah karena dingin. Dan keranjang buah."Mak, sini. Kita makan bersama? Looo kok piringnya cuma dua?" tanya Dewa saat melihat di atas meja."Saya sudah makan tadi, tuan, maaf."Dengan sedih Mak meminta maaf karena sudah membuat Dewa dan Rere kecewa."Nggak pa-pa kok, Mak."Dewa tersenyum, dia tak ingin membuat Mak merasa bersalah hanya karena masalah sepele."Dan ... jangan panggil saya dengan sebutan tuan, mas aja, ya." pinta Dewa dan kali ini ditanggapi oleh senyum dan anggukan Mak sebagai jawaban dari permintaan Dewa padanya.Dewa dan Rere pun segera menikmati makan si

  • Pacar Sejuta Umat   98. Segar (21+)

    Dari samping tubuh Rere, Dewa sedikit membuka kancing atas daster yang istrinya pakai, hingga tampaklah dengan jelas di depan matanya bukit lembut, kenyal dan indah yang menawarkan wangi sabun.Dewa mengulum dua pucuk bukit berwarna merah itu dengan lembut, secara bergantian. Suara khawatir Rere yang tadinya terdengar kini berganti dengan erangan manja.Tangannya pun tak mau kalah, meremas dan memilin, hingga membuat desahan Rere semakin terdengar."Mas ...," ujar Rere di sela sela rintihan akibat kenikmatan yang Dewa berikan.Tak ingin bermain kasar dan cepat, Dewa sengaja membuka baju atau pun celana dari tubuh istrinya, teringat pesan dari dokter tadi di rumah sakit, dia harus bermain pelan.Dia ingin istrinya merasakan lebih dulu kenikmatan sentuhan agar istrinya bisa lebih tenang."Mas ...."Dewa tersenyum, akhirn

  • Pacar Sejuta Umat   97. Mas, mmm ....

    "Mak sama siapa?" tanya Rere, dengan mata berbinar melihat orang yang berdiri di hadapannya."Sendirian, mbak. Soalnya kan Nur masih sekolah." Mak menjawab sambil melangkah mendekat dan langsung memeluk Rere."Terima kasih," ujar Rere pada Dewa sesaat setelah mengurai pelukannya dengan Mak."Hu um." Singkat dan padat Dewa menjawab."Aku bawa Rere ke kamar dulu ya Mak," ujarnya, kemudian mendorong kursi yang diduduki Rere masuk ke dalam.Mak hanya mengangguk dan menutup pintu kemudian mengikuti Dewa yang membawa Rere dari belakang punggungnya."Mak, dua hari lagi saya balik ke Jakarta, tolong jaga Rere ya. Jangan sampai keluar dari kamar," pesan Dewa sambil terus mendorong kursi roda."Kok gitu sih, Mas?!" protes Rere dengan nada tidak suka."Selama seminggu kamu harus banyak istirahat, jaga nutrisi buat anak kita. Aku tidak mau lagi melihat kamu seperti ini." Dewa menjelaskan alasannya kenapa harus

  • Pacar Sejuta Umat   96. Maaf

    Rere terjaga saat badannya seperti sedang dipeluk oleh seseorang."Mas ...!" serunya kaget, Dewa sudah berbaring di sebelah, dengan tangan mengukung pinggangnya."Biarkan seperti ini, aku kangen banget, Re," pinta Dewa dengan mata terpejam. Sesekali dia menciumi wajah Rere."Malu, Mas. Bagaimana nanti kalau perawat jaga datang ngontrol?" Rere menggerak gerakkan badannya, mencoba melepaskan diri dari kung- kungan tangan Dewa."Mereka sudah datang tadi, pas kamu tidur, jadi aman.""Tapi sempit, Mas.""Apa kamu mau aku menghukummu di sini, sekarang?" ancam Dewa, terdengar sangat menyeramkan di telinga Rere."Memangnya aku punya salah apa?""Tidak usah sok bego, Revia Dewi Ananta. Diam dan tidurlaah." Dewa mulai berkata tegas.Rere terdiam, terasa ada sesuatu yang lembut menciumi cerug lehernya berulang kali, hingga menciptakan senyum yang tak lekang di bibirnya.Matanya menatap langit langit kamar, sunggu

  • Pacar Sejuta Umat   95. Alhamdulillah

    "Mau ke mana, Yang!" tanya Dewa yang baru saja keluar dari kamar mandi yang letaknya di depan ranjang rawat Rere. Dan langsung memergoki istrinya yang seperti hendak turun dari ranjang."Aku ...." Rere sontak tergagap, tangannya yang hendak melepaskan selang infus dari lengannya, perlahan turun kembali ke samping badannya.Tampak sekali betapa kagetnya Rere saat tahu kalau ada Dewa yang sedang menemaninya.Selimut yang tadi ia hempas ke samping ranjang, terpaksa dia tarik lagi dengan perlahan. Membuat Dewa yang melangkah mendekatinya hanya bisa menggelengkan kepala perlahan melihat kelakuan Rere."Kau ingin apa, minum? Atau mau makan?" tanya dewa yang berdiri di samping ranjangnya, tangannya memperbaiki posisi letak selimut yang ada di kakinya.Rere tak menjawab, entah kenapa kali ini dia kembali duduk dari tidurnya, kemudian dengan mendorong tiang infus, melangkah menuju ke kamar mandi."Apa mau aku bantu?" Dewa masih berusaha m

  • Pacar Sejuta Umat   94. Pulang, Nia.

    Dewa hanya bisa terus menerus menatap sang istri yang tertidur karena obat, tangannya menggenggam erat jemari Rere.Entah apa yang ada di dalam benak lelaki tampan itu. Sesekali tangannya yang bebas mengusap perut di mana ada calon anaknya. Dengan mata berkaca kaca, pandangannya menatap nanar pada sang istri."Aku sudah menghubungi pak Bagas, beliau memintamu untuk jangan dulu menghubungi keluarga yang di Surabaya, karena pak Satria baru saja di perbolehkan pulang." Alman yang masuk ke dalam ruangan, dengan suara pelan, langsung memberikan laporan."Bagaimana kondisinya?" tanya Alman lagi, matanya ikut menatap sang sahabat yang terbaring. Berdiri di samping kursi yang Dewa duduki."Dia hanya butuh istirahat dan tenang," jawab Dewa."Ya, aku pikir juga seperti itu,""Sekarang bagaimana caranya untuk membuat dia tetap tenang saat tahu aku ada di sini." Tampaknya Dewa masih sangat kepikiran dengan masalah yang di alaminya dengan san

  • Pacar Sejuta Umat   93. Rere

    "Mbak Wita, tolong bantu mbak Dewi masak ya," pinta Vera pada seorang perempuan yang sepertinya dari tadi hanya mengawasi saja, orang orang yang seliweran bekerja di dapur, saat itu."Masak apa, mbak?" tanya wanita yang tadi dipanggil Wita oleh Vera, kepada Rere."Biarkan dia yang menentukan menunya, tolong di maklumi orang lagi ngidam," jawab Vera sambil tersenyum, yang langsung di iyakan oleh Wita.Seketika terdengar dengungan orang yang berkata 'o'."Kalian mau makan apa?" tanya Rere pada Vera, dengan tangan yang sibuk menggunakan bib apron, salah satu celemek paling umum yang biasanya dipakai oleh para koki."Apa saja boleh kok, Mbak,"jawab Vera yang kemudian pamit untuk duduk bersama kekasihnya, Faisal.Baru lima belas menit Vera duduk, seorang karyawan datang membawa minuman ke meja, Vera langsung mengenduskan hidung ke udara saat tercium aroma yang sanggup membuat orang lapar."Dengan jarak yang sedemikian jauh, mbak Rere

  • Pacar Sejuta Umat   92. Ngidam masak

    "Pagi, mbak ...," sapa Faisal yang datang pagi itu untuk menjemput Vera dan Rere.Rere setuju untuk membantu Vera di bagian keuangan cafe yang dirintisnya, karena selama ini Vera cukup direpotkan, semuanya harus dia sendiri yang handle."Sudah sarapan, Sal?" tanya Rere yang baru saja keluar dari pintu pagar, kepada Faisal yang juga tengah membantu Vera meletakkan barang di bagasi mobilnya."Kami biasa makan bersama, mbak. Hanya di saat itu yang bisa kami nikmati berdua." Vera membantu menjawab pertanyaan Rere kepada Faisal, kekasihnya."Mmm ... Sepertinya itu bisa kutiru nanti," sahut Rere. Yang di sambut senyum bahagia Vera dan Faisal.Tanpa mereka bertiga sadari, di seberang jalan, sepasang mata rindu milik Dewa sedang mengawasi Rere dari dalam mobil.Andai saja tidak memikirkan resiko, Ingin rasanya Dewa segera terbang menemui sang istri, apa lag

  • Pacar Sejuta Umat   91. Salah sangka Alman.

    "Hai .... Wa!"Dewa yang saat itu tengah terpekur menatap layar komputer, langsung mendongakkan kepalanya saat mendengar suara orang yang menyapa bersamaan dengan bunyi derit pintu yang dibuka."Alman, ada perlu apa datang ke sini? Bukannya dua minggu lagi kamu akan nikah?" sapa Dewa yang langsung berdiri dengan wajah ceria, membuka tangannya untuk menyambut saat tahu siapa yang datang siang itu."Brugh!"Dewa yang tak menyangka dapat serangan tiba tiba, hanya bisa pasrah menerima pukulan keras di rahangnya."Apa yang sudah kau lakukan pada Dewi?"Dengan tangan meraba pipi yang tadi di pukul Alman, Kening Dewa mengernyit, mendengar pertanyaan dari sahabatnya yang baru datang itu, bagaimana Alman bisa tahu kalau dirinya sedang bermasalah dengan Dewi."Aku ....""Brugh ....!"Belum selesai Dewa menjelaskan, Alman kembali melayangkan pukulannya di tempat yang sama, di wajah Dewa.D

DMCA.com Protection Status