Rafka mengejar Agatha lalu memeluknya dari belakang dan menaruh kepalanya di bahu Agatha.“Sampai kapan pun aku nggak akan pernah menceraikan kamu, sekarang kita saling mencintai dan nggak ada yang lebih penting daripada itu,” jelas Rafka.Tubuh Agatha menegang, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. “Tapi aku nggak bisa selamanya terus hidup seperti ini. Aku ingin bebas melakukan apapun yang aku suka dan aku juga mau semua orang tahu aku hidup,” balas Agatha. “Aku lelah disembunyikan seolah aku ini penjahat dan berbahaya untuk orang lain,” sambung Agatha sementara Rafka menggelengkan kepalanya.“Nggak … itu nggak benar,” gumam Rafka.“Beri aku waktu sedikit lagi, secepatnya aku akan membereskan semua ini dan kita akan bersama,” lanjut Rafka lalu membalik tubuh Agatha.“Mungkinkah kita akan bersama kalau kamu tahu siapa aku sebenarnya?” tanya Agatha dalam hatinya. “Aku kasih kamu dua bulan, kalau kamu belum bisa menyelesaikan ini lebih baik kita bercerai,” balas Agatha tanpa berani
Hari-hari berlalu, selama satu bulan ini banyak dihabiskan Agatha dengan berbagai kegiatan. Hari demi hari tampak sekali perubahan dalam dirinya. Seperti halnya yang kegiatan memasak yang sedang ia lakukan saat ini.“Aduh biar saya saja yang masak, Nyonya. Nanti kalau jari Nyonya terluka lagi bagaimana?” ujar Laras, pelayan yang selama ini mengajari Agatha memasak.“Saya baik-baik saja, Bi. Jangan terlalu khawatir, lagipula ini bukan hal besar. Saya mau belajar beberapa masakan ini dan menunjukkannya sama Rafka kalau dia sudah kembali nanti,” jelas Agatha dengan antusias saat membayangkan Rafka memuji masakannya.“Sekali lagi deh, Bi. Kalau saya belum bisa masaknya saya pasrah,” sambung Agatha sambil menangkup tangannya di depan dada.\Setelah satu jam masakan yang Agatha buat pun selesai. Ia langsung meminta Laras mencicipi masakannya.“Wah, ini sudah enak Nyonya. Saya rasa Tuan akan suka,” ucap Laras.“Serius Bi … Bibi nggak bohong kan untuk nyenengin saya?” tanya Agatha sambil ters
Keesokan harinya Agatha melakukan aktivitas seperti biasanya. Kini ia tengah memilih pakaian yang akan digunakan untuk menyambut Rafka saat pulang nanti. Agatha berpikir bahwa ia akan menganggap semuanya baik-baik saja. Agatha memilih untuk melupakan masalah pertunangan Rafka dengan Kiara.“Tenang, Tha. Nggak boleh stres … nggak boleh stres … kamu harus menikmati semua momen dengan Rafka selagi bisa,” gumam Agatha kepada dirinya sendiri.Saat sedang asyik memilih pakaian terdengar suara ketukan pintu.“Ya, masuk!” seru Agatha.“Saya ingin memberi tahu kalau bahan-bahan yang Nyonya pesan sudah datang dan sudah saya siapkan di dapur,” ujar Rara.“Baik, Ra. Sebentar l
“Sebenarnya kita akan pergi ke mana?” tanya Agatha. “Nanti anda akan mengetahuinya,” balas pria berkaca mata hitam dengan dingin. Lama-kelamaan Agatha merasakan dirinya mulai mengantuk dan akhirnya ia tertidur selama perjalanan. Ketika bangun ia menyadari tubuhnya tidak dapat bergerak karena terikat tali. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan melihat sekitar dan menemukan dirinya berada di sebuah ruangan yang gelap. Agatha berteriak beberapa kali sampai ia mendengar suara kaki yang tengah melangkah ke arahnya.“Siapa kalian? Kenapa kalian melakukan ini? tanya Agatha dengan berteriak.Tidak ada jawaban selama beberapa detik lalu tak lama lampu mulai menyala tetapi Agatha belum bisa melihat orang yang menghampirinya karena ia memakai masker dan juga kacamata hitam.“Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan?” tanya Agatha lagi.Wanita itu melepas masker dan kacamatanya membuat mata Agatha melebar sempurna saat melihat seorang wanita yang sangat mirip dengannya tengah berdiri menghadap
Setelah meninggalkan Agatha sendiri Adiva melangkah memasuki gedung tempat acara pertunangan Rafka dan Kiara. Tampak Adiva berdiri di baris paling belakang saat semua orang tengah memusatkan perhatiannya mendengar Ravindra yang sedang menyambut para tamu undangan. Seorang pelayan memberikan segelas minuman kepadanya dan Adiva mengambilnya dan tak sengaja ia melihat wajah yang familiar di tengah kerumunan.Adiva mengeratkan pegangannya pada gelas yang ada di tangannya sambil bersembunyi di belakang tubuh seseorang yang lebih tinggi.Tak lama, suasana menjadi sunyi dan semua mata tertuju saat Rafka dan Kiara memasuki ruangan. Beberapa saat kemudian, Kiara terlihat memasukkan cincin ke jari manis Rafka. Namun, Adiva datang dan membelah kerumunan saat Rafka ingin memberikan cincin itu kepada Kiara.“Tunggu!” seru Adiva membuat semua orang menatap ke arahnya dan beberapa orang yang hadir di sana tampak terkejut ketika melihatnya.“Maaf semuanya dan maaf Kiara karena saya rasa pertunangan
Malam harinya, para pengawal membawa Agatha pergi. “Ke mana kalian akan membawa aku?” tanya Agatha sambil berusaha melepaskan diri tetapi tidak ada satu pun yang menjawabnya. Suasana di dalam mobil sangat hening membuat Agatha bosan. Namun, matanya melebar saat mobil berhenti dan menurunkan Agatha tak jauh dari rumah Rafka. Gadis itu segera berlari menjauh dari para pengawal itu. Saat sampai di depan gerbang Agatha melihat Rafka tengah memarahi para penjaga keamanan dan para pelayan. “Menjaga satu orang saja kalian tidak becus!” hardik Rafka dengan tangan mengepal.“Ke mana kalian semua sampai tidak menyadari istri saya meninggalkan rumah ini?” tanya Rafka kemudian. “Maaf Tuan saat itu ada beberapa pengawal yang katanya ditugaskan untuk menjemput Nyonya. Kami ingin mengkonfirmasi tetapi kami tidak dapat menghubungi Tuan. Jadi, kami langsung mempersilahkan mereka masuk. Sekali lagi maafkan kami Tuan,” jelas salah satu penjaga keamanan sambil menundukkan kepalanya sementara Rafka men
“Mungkin lebih baik kalau kita bercerai,” jawab Rafka sambil menatap wajah Agatha dengan pandangan yang sulit diartikan dan membuat jantung Agatha seperti terhantam sesuatu yang sangat menyakitkan.“Seharusnya kamu senang mendengar ini, Tha. Tapi, mengapa rasanya sakit sekali saat Rafka mengatakan ini? Bahkan kita pun belum menikah. Tapi mendengar kata cerai membuat hati aku sangat sakit seolah aku adalah istri kamu,” batin Agatha.“Aku nggak mau bercerai, Mas. Kita saling mencintai satu sama lain, kenapa kita harus berpisah?” tanya Agatha lalu memeluk Rafka dan membenamkan wajahnya di dada milik Rafka. “Lebih baik untuk sementara kita memikirkan semuanya. Apakah rasa cinta yang kita miliki saja sudah cukup untuk mempertahankan rumah tangga ini,” balas Rafka lalu melepaskan pelukan Agatha darinya.Saat Rafka menjauh Agatha merasakan kepalanya pusing dan pandangannya menjadi buram lalu beberapa detik kemudian tubuhnya terjatuh. Rafka menghentikan langkahnya lalu berlari ke arah Agath
Malamnya sebelum tidur Rafka memutuskan untuk menyegarkan tubuhnya sementara Agatha menunggunya sambil menonton film kesukaannya yang sudah ia tonton berkali-kali. Tak lama, Rafka keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Agatha menatap tubuh Rafka dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya tanpa berkedip. Rambutnya yang masih setengah basah dan tetesan air yang mengalir di tubuh bagian atasnya.Rafka berjalan menuju lemari dan memilih pakaian tidurnya. “Kamu mau ngapain, Mas?” tanya Agatha spontan.“Mau pakai baju, memangnya apa lagi yang bisa aku lakukan kalau sudah di depan lemari begini,” jawab Rafka lalu menarik kaos berwarna hitam.“Jangan dipakai!” seru Agatha sementara Rafka menatapnya sambil mengerutkan dahinya.“Ada apa memangnya?” tanya Rafka.“Aku mau peluk kamu malam ini … tapi aku maunya kamu nggak pakai baju,” balas Agatha dengan wajah memelas.Rafka mengangkat satu alisnya. “Yakin cuma nggak pakai baju aja?” tanya Rafka sambi