"Rama bagaimana?" tanya Antoni ketika sadar dari pingsannya, ia mencari ke segala arah, namun Rama tidak ditemukan. Ia yang mengajak Rama pada penghadangan kali ini, makanya Antoni merasa sangat bertanggung jawab pada keselamatan anak itu.
"Paman, Rama terjebak di dalam portal dan kami tidak tau seperti apa nasibnya sekarang," sahut Bobi dengan wajah sedih."Mungkin Rama sudah...!" Sandi bahkan tak mampu meneruskan kata-katanya, mengingat Rama menyelamatkan mereka semua."Maksudmu Rama tidak keluar dari alam Jien?" tanya Antonie dengan mata yang menatap tak percaya.Bobi mengangguk, siapapun tau kalau sudah terjebak di alam Jien, kemungkinan untuk hidup sangatlah tipis. Antoni bahkan mulai gemetar dan menangis, ini semua salahnya, harusnya ia bisa melindungi Rama dan yang lain sebagai Tankker, Antoni sangat merasa bersalah."Paman, apa Rama memang tidak memiliki keluarga?" tanya Gani, ia juga kini kehilangan karirnya sebagai pahlawan, dengan tangan kanan yang terputus membuat Gani kesulitan untuk bertarung.Antoni menggeleng, "Aku tidak bohong, Rama tidak memiliki keluarga, makanya aku selalu mengajaknya melakukan penghadangan," sahut Antoni di sela tangisnya."Paman, Aliansi akan memberikan tunjangan untuk Rama, mungkin kau sebagai teman baiknya bisa menerimanya nanti," kata Gani lagi sebelum ia berbalik pergi meninggalkan Antoni yang bersedih."Tidak, aku tidak bisa menerimanya! Temanku belum diketahui nasibnya, mungkin dia bisa bertahan, kita tunggu hingga portal terbuka!!" sahut Antoni lagi.Gani terdiam mendengar perkataan Antoni, "Terserah paman, aku akan melaporkan soal kejadian hari ini." sahut Gani kemudian benar-benar pergi."Paman, aku... Aku berterima kasih pada Rama, karena dia aku selamat," kata Rina, ia tak kuasa menahan air mata yang menetes. Kalau saja bukan karena ia dan Gani, mungkin Rama sudah keluar dari portal. Tapi Rama, membiarkan Gani dan Rinalah yang keluar lebih dulu, seharusnya mereka yang berada di tingkat tinggi yang melindungi tingkat rendah, tapi malah Rama yang berada di tingkat rendah yang melindungi tingkat tinggi."Rama, anak itu memang suka menolong, dia tak memiliki harta, tapi jika bisa membantu tenaga, dia akan bantu dengan tenaga, mau berbagi meski dia juga kekurangan, akulah yang bersalah, seharusnya aku melindungi kalian." sahut Antoni dengan muram."Paman..." Rina tak bisa berkata apa-apa lagi, benar yang Antoni ucapkan. Bukan hanya Antoni, pahlawan lain juga merasa bersalah, termasuk Rina, ia sebagai Support tidak bisa melindungi timnya.***Prof Arkan mendatangi dokter Angel terburu-buru, tubuhnya yang sudah tua itu tidak menghalangi cepat langkahnya. Bahkan tak ada yang bisa menghentikannya saat ini."Dokter Angel, ada tamu untukmu," perawat Lisa memberitahukan kedatangan Prof Arkan.Angel menatap prof Arkan dan memberi isyarat kepada perawat Lisa kalau ia akan bicara dengan tamunya itu. Perawat Lisa kemudian mempersilahkan prof Arkan untuk masuk."Dimana dia?" tanya Prof Arkan begitu masuk kedalam ruangan Angel."Dia pergi, tapi seminggu lagi akan ada pengecekan kesehatan rutinnya, dia pasti akan datang, bukankah aku sudah mengabari soal itu?""Seharusnya kau tahan dia," Prof Arkan melepaskan topinya dan duduk di kursi yang berseberangan dengan Angel."Tidak bisa, dia banyak bertanya, aku takut salah menjawab ayah, lagipula dia sedang hilang ingatan, mana mungkin dia mengenalmu yang menyebabkan kecelakaan itu," sahut Angel."Angel, bukan soal itu, ada yang ingin aku tanyakan padanya,""Soal apa?" Selidiki Angel, ia melihat ayahnya prof Arkan seperti menyembunyikan sesuatu. "Ayah, selama ini aku tidak pernah bertanya, bisakah kau jujur padaku sekarang?" tanya Angel dengan tatapan penuh harap."Tidak bisa, belum waktunya, akan aku ceritakan jika dia sudah kuteliti,"Angel mengeryit, "Apa maksud ayah? Ayah melakukan sesuatu yang aku tidak tau, ayah mau menelitinya? Jangan lakukan sesuatu yang akan menyakiti orang lain," kata Angel mengingatkan.Prof Arkan hanya menggeleng pelan,"Tidak, aku tidak melakukan sesuatu yang akan menyakitinya, aku hanya akan memastikan sesuatu, jadi tolong atur waktu untuk kami bertemu,"pinta prof Arkan lagi, ia terlihat ingin bertemu dengan Rama.Angel menghela napas panjang, "Baiklah, tapi aku harus ada di sana, atau tidak ada pertemuan!" tegas Angel."Baiklah..." Prof Arkan memilih untuk mengalah, ia hanya harus memastikan sesuatu dengan Rama.Sesuatu yang berhubungan dengan penelitiannya di masa lalu, mungkin Rama adalah jawaban dari ketidakpastian yang ia miliki."Kau akan pulang kerumah?" tanya Angel lagi, sudah lama prof Arkan tidak pulang, ibunya sudah lama meninggal, hanya ada mereka berdua. Itupun jika prof Arkan mau pulang, hidupnya lebih banyak ia dedikasikan di lab miliknya."Aku tidak bisa pulang, aku akan lakukan beberapa hal, mungkin 2 hari lagi aku akan pulang."jelas prof Arkan, ia memberi senyuman seolah berkata maaf kepada Angel. Prof Arkan bahkan mengusap kepala Angel dan mengecup kening anak gadisnya itu.Angel hanya tersenyum maklum, ia tau seperti apa beban yang selama ini ditanggung prof Arkan. Sudah pasti ayahnya itu akan melakukan semuanya hingga akhir, prof Arkan tak pernah meninggalkan sesuatu yang ia mulai.Prof Arkan memakai topinya dan bersiap akan pergi, ia memberi isyarat kepada Angel untuk tidak mengantar kepergiannya. Angel hanya kembali tersenyum, sedih.Seperginya prof Arkan, perawat Kenan masuk. Membawa sepucuk surat dari aliansi pahlawan."Dokter, surat aliansi pahlawan ini milik pasien nomer 10, Rama." kata Perawat Kenan, ia menyerahkan surat itu yang langsung di sambut Angel.Entah mengapa Angel merasa tak nyaman menerima surat dari aliansi pahlawan, terlebih sepertinya bersangkutan dengan Rama.Benar saja ketika ia melihat isi surat tersebut Angel langsung menutup mulutnya, tak percaya dengan apa yang ia baca. Dikabarkan Rama masih berada di alam Jien, jika ada keluarganya yang mencari bisa menghubungi pihak aliansi untuk pemberian tunjangan. Sepertinya pihak Aliansi sudah memutuskan jika Rama meninggal di alam Jien. Lagipula siapa yang akan bertahan di alam seperti itu."Apa ini benar dari Aliansi pahlawan?" tanya Angel memastikan, padahal di surat sudah ada tanda khas aliansi pahlawan. Semua orang tau kalau surat itu asli."Ada apa? aku menerima surat itu langsung ketika di bagian administrasi dan itu memang mereka," jelas perawat Kenan."Katanya Rama tertinggal di alam Jien," sahut Angel. Dia tak menyangka kalau nasib Rama sangatlah na'as, tertidur selama 25 tahun, tanpa keluarga dan hanya bergantung pada alat dirumah sakit. Seandainya Rama tidak berhubungan dengan ayahnya, mungkin sudah lama alat penunjang kehidupannya dicabut. Sekarang Rama bahkan tertinggal di alam Jien ketika melakukan penghadangan. 'Si*l sekali nasib Rama!'pikir Angel."Astaga, aku turut berduka dokter Angel, aku tau dia adalah pasienmu." sahut perawat Kenan.Angel menggeleng, bukan itu yang jadi masalah, bagaimana dengan ayahnya. Apa yang akan terjadi jika ia mendengar kabar ini? Angel merasa serba salah, keadaannya serba salah!Sementara itu di alam Peri, Rama sedang dilatih oleh Peri Gatot, peri perang yang melatih ketangkasan, kekuatan, kecepatan dan pertahanan Rama. Setiap hari Rama harus bangun pagi, berlari membawa beban di kaki, di tangan dan di bahunya menelusuri bukit-bukit terjal alam Peri. Setiap hari beban yang Rama bawa akan ditambah, tidak ada kata istirahat bagi Rama. Terlebih di badannya kini menyimpan pusaka Naga. Keseimbangan ada di tangan Rama, dan semua harapan menjadi beban tanggung jawabnya. Setelah itu Rama diminta untuk melakukan meditasi di bawah guyuran air terjun selama 2 jam. Untuk membersihkan aliran tenaga dalamnya, mengumpulkannya menjadi satu di satu titik, dan kembali memencarkan semuanya keseluruh badan. Ini melatih konsentrasi Rama dalam mengeluarkan tenaga dalam nantinya. "Aku kasihan melihat Tuan Muda!" seru Lilia. "Tentu itu semua untuk kebaikan Tuan Muda my love, hanya dengan latihan fisik seperti ini Tuan Muda bisa melindungi dirinya sendiri," sahut Baxia. Latihan f
[Selamat datang di onshop][Onshop telah terupdate ke versi terbaru][Apakah kau ingin log in?][Iya/Tidak]Rama terkejut dengan layar onshop yang tiba-tiba muncul di depannya seperti layar sentuh notifikasi, "Ah, jadi ini onshop?" kata Rama, ia tersenyum ketika melihat onshop. Seperti bertemu teman lama. Rama kemudian mengklik [Iya], seketika robot mungil yang lucu seperti kelinci putih,mata merah darah dengan telinga yang panjang menjuntai muncul dan mulai bicara seperti pemandu.[Apa kau ingin mengembalikan ingatanmu?][Iya/Tidak]Ketika akan mengklik [iya], Rama teringat perkataan Peri Gatot kalau gua ini mampu memanfaatkan kelemahan orang yang akan berlatih. Rama ragu, bisa jadi ingatannya membuat gua ini memanfaatkan itu untuk menyingkirkannya. "Apa aku bisa menunda soal ingatan ini?" tanya Rama, ia bicara pada hologram kelinci. [Bisa Tuan Muda][Aku akan menyimpan pemberitahuan ini untuk dijawab nanti]"Jika aku memerlukanmu, bagaimana aku memanggilmu?" tanya Rama lagi. [Ak
(Anda mengulang ke tingkat 1) "Apa yang terjadi?" gumam Rama, ketika menyadari kini ia kembali ke pintu masuk gua terkutuk tingkat 1.[Kau diserang oleh Ratu laba-laba Tuan Muda] [Gua ini mendeteksi kesalahanmu, sehingga kau dikembalikan ke tingkat 1]"Baiklah kalau begitu kita harus menyerang kembali laba-laba yang tadi kita serang!!" Rama lalu dengan sigap berlari ke arah gerombolan laba-laba yang sudah kembali hidup. "Dar!! Dar!! Dar!!" Suara tembakan kembali menggema di dalam gua. Rama tak berhenti menembaki laba-laba berancun yang menembakkan racunnya, beruntung Rama terlindungi shield blood wings. "Geeeerrrrkkkk...!"Ketika pintu gua tingkat 2 terbuka, Rama bersiap! Rama meminum elixir Fisical Power yang telah selesai di estrac. Tiba-tiba penglihatan Rama bertambah tajam, ia bahkan mampu melihat dengan jelas di dalam gelap. Begitu pula dengan pendengarannya, penciuman dan sistem tubuh lainnya. Kini terlihat jelas bentuk Ratu laba-laba yang tadi menyerangnya. Ratu laba-laba t
"Hiaaatttt!! BAM!! BAM!!" Rama berusaha keras memukulkan palu penghancur ke tubuh Raja manusia batu, namun tubuh itu sangatlah kuat. Tubuh batu itu hancur, kemudian dengan cepat kembali ke bentuk asalnya. Peluh mulai membanjiri tubuh Rama, ia bahkan mulai terengah-engah, kalau begini caranya bisa-bisa Rama akan kembali ke tingkat awal. Rama harus mencari cara untuk mengalahkan Raja manusia batu. Entah mengapa Rama melihat batu merah darah yang memancar di kepala Raja manusia batu, apa ia harus menghancurkan itu? [Benar, sepertinya kekuatan memulihkannya berpusat dari batu merah darah yang berada di kepalanya Tuan Muda] Ara menjawab seakan membaca pikiran Rama. "Apakah aku harus menghancurkan batu merah darah itu?" tanya Rama. Ara mengangguk tanpa ekspresi. "BERANINYA KAU MEMALINGKAN WAJAH!! APA KAU TIDAK TAKUT AKU AKAN MELUMAT TUBUH RINGKIHMU ITU?" Raja manusia batu mulai kembali mendekat ke arah Rama dengan geram, Rama dengan cepat menghindar.Kini Rama mulai menaiki tubuh Raja
"HIIIAAAATTTT!!" Rama melompati sulur-sulur yang ditembakkan monster sulur, Rama berlari diantara sulur menuju jantung kehidupan monster sulur. "Crash!! Crash!! Crash!!" Beberapa kali Rama memotong sulur yang mencoba menghalanginya. Sulur-sulur itu bertambah banyak, bahkan hampir mengepung Rama. Rama melompat tinggi agar terlepas dari kepungan sulur-sulur. "Hiaaattt...! Crash!!" Rama melompat kemudian memotong sulur di bawahnya. Rama kembali berlari, beberapa sulur yang melukainya sangat tidak berguna, karena disamping Rama memiliki kekuatan penyembuh dari Raja manusia batu, ia juga memiliki blood swing yang melindunginya. Sehingga sulur-sulur itu bahkan kesulitan untuk melukai Rama."Tap! Tap! Tap! Hiaaattt!! Crash!! Crash!! Crash!!" Rama kembali berlari, melompat dan memotong sulur-sulur yang mencoba menghalanginya menuju jantung kehidupan monster sulur."MANUSIA BIAD*B!! AKU HANCURKAN DIRIMU!!" Monster sulur semakin emosi dan mengerahkan semua sulurnya untuk menyerang Rama. "Kau
[Apakah kau ingin menyalin kemampuan ini Tuan Muda?] tanya Ara setelah Rama selesai menyerap energi dari jantung pusat kehidupan monster sulur yang berhasil Rama kalahkan.[Iya/Tidak] kotak copy-paste kembali hadir, tentu saja seperti biasa Rama mengklik [Iya]Kemampuan dari monster sulur dalam hal hipnotis dan meregenerasi kini terserap kedalam tubuh Rama, bersatu bersama kemampuan lainnya yang bergabung pada pusaka Naga. Membuat pusaka Naga kembali memperkuat diri serta tubuh Rama itu sendiri. Bahkan otot-otot ditubuh Rama mulai membentuk dengan sempurna, memperkuat tubuhnya. "Geeerrrrkkk!" Kini pintu gua tingkat 5 telah terbuka. Ruangan itu terlihat seperti ruangan biasa, terdapat banyak patung-patung yang memakai baju zirah berbahan besi dengan berbagai senjata di tangan mereka. Berjejer di tepian ruang dengan kondisi seperti beristirahat. Patung-patung itu terlihat diam tak berkutik, namun Rama merasakan perasaan yang tidak biasa. Seperti aura mendominasi yang sangat kuat. Bahk
"Cepat jalan!!" Adipati dan anggotanya ditangkap oleh bangsa Jien yang dikomandoi panglima Ruwo. Tangan mereka diikat, tubuh mereka dirantai dan saling berkaitan dengan yang lainnya, agar tidak bisa kabur. Bahkan Adipati Dan anggotanya dipasangi alat untuk tidak bisa mengaktifkan kekuatannya."Dimana kita ini?" tanya Alin. Mereka kini memasuki sebuah kota di alam Jien. Kota yang terlihat lebih canggih ketimbang alam manusia. Ada beberapa mobil terbang, motor terbang yang tidak terlihat seperti motor. Bangunan-bangunan tinggi, sedangkan di bagian bawah ada pohon-pohon yang dijaga asri, danau-danau yang terlihat indah. Adipati dan anggotanya tidak menyangka alam Jien akan seindah ini penampakannya."Apa kita benar-benar di tangkap di alam Jien?" tanya Jamil memastikan pemandangan di depannya. "Kau pikir?!" sahut Alin dengan nada marah. "Lihatlah tempat ini bahkan lebih modern dari alam manusia, bagaimana bisa mereka membuat kota jadi secanggih ini?" sahut Jamil lagi. Adipati menggel
Adipati dan anggotanya dibawa masuk ke sebuah rumah yang terlihat seperti kantin besar."Manusia yang pertama kali datang dan belum bekerja akan makan di kantin ini," jelas Bram, ia mengajak Adipati dan anggotanya untuk mengantri bersama manusia lainnya, mengantri makanan. Hal yang belum pernah Adipati lakukan. Bahkan ia tak yakin apakah makanan itu bisa dimakan. "Apa makanan ini bisa dimakan?" tanya Haris, ia bahkan memasang ekspresi jijik saat melihat makanan di depan mereka. "Bisa dimakan, karena kita juga yang membuatnya." jelas Bram lagi dengan senyum maklum."Makanan ini bahkan terlihat sangat tidak biasa bukan?" sahut Alin dengan enggan menatap ke arah makanan yang kini berada di piringnya."Lebih baik kau mencoba untuk memakannya, rasanya tidak seburuk tampilannya." jelas Bram lagi.Adipati menatap makanan itu, kini mereka duduk berjejer masih dengan kondisi menatap makanan di piring masing-masing. "Hap!! Nyum... Nyum..." Jamil mencoba untuk memberanikan diri mengunyah maka
Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke
Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me
"Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang
Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj
Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k
Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Bakrie kepada Danang, Danang mengangguk dengan mantap. "Aku tidak akan melupakan tempat ini, di sinilah aku melihat siluman itu kak Bakrie!!" kata Danang tanpa keraguan. Bukan Bakrie tak percaya, hanya saja titik lokasi pertemuan antara ketuanya dan siluman Harimau juga berada di rumah ini. "Apakah mungkin orang itu adalah siluman Harimau?" gumam Bakrie ragu. "Maksudmu apa kak Bakrie?" tanya Danang bingung, jelas ia mendengar Bakrie mengatakan soal siluman Harimau tadi. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Cacao ketika Bakrie akan menyahut. Padahal Bakrie dan Danang sudah berada di tempat paling tersembunyi dan tak terlihat. "Wush!!" Danang sudah akan menyerang Cacao, namun gerakan pemuda itu sangat cepat dan tak terbaca mata biasa. "Wush!!" "Tap!!" "Brught!!" Dengan cepat Danang dijatuhkan oleh Cacao. "Tuan Cacao!! Maafkan kami!!" Bakrie yang mengetahui siapa Cacao langsung berlutut. "Kau mengenalku rupanya?" Cacao m
"Bagaimana dengan persiapan kalian?" tanya Raja Iblis terhadap Badara, pelayannya yang merupakan siluman harimau itu menunduk. "Tuan, kami sedang merencanakan perampokan upeti dari beberapa desa, setelah upeti terkumpul, kita bisa membeli beberapa barang untuk melakukan ritual besar pembangkitanmu!!" jelas Badara."Jangan kecewakan aku Badara, dulu kalian telah gagal melakukan pembangkitanku, cukup satu kali aku memaafkan kecerobohan kalian!!" tegas Raja Iblis, ia mengibas jubahnya dengan kasar. "Tuan, kali ini kami tidak akan membiarkan ritual pembangkitanmu gagal!!" janji siluman Harimau. Mata Raja Iblis berkilat merah, jika marah ia akan semakin lapar, seharusnya ia akan makan 3 hari lagi, namun rasa laparnya semakin hari semakin besar. "Cacao!!" panggil Raja Iblis. Dengan secepat angin Cacao muncul di depan Raja Iblis dengan bersujud. "Tuan!!""Aku merasa lapar, carikan gadis untukku!!" Cacao terkejut, belum ada waktu seminggu dari hari terakhir Raja Iblis makan, ia sudah mu
Rizal menunggang kudanya dengan cepat, ia harus segera menyampaikan informasi ini kepada Rama. Rizal hanya membawa bekal seadanya, ia akan memangkas waktu istirahat, karena begitu sampai dan bertemu Rama akan mudah untuk kembali. *** "Alan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pejabat Huang saat mendapati Alan membaca buku yang tidak biasa, buku itu dari masa depan dan diberikan oleh Rama. Alan menutup buku itu dengan tenang, ia sudah membuat sampul pada bagian buku sehingga orang lain tidak akan curiga, namun Alan tidak tau kalau Raja Iblis aka pejabat Huang, telah melihat sebagian isi buku yang Alan baca. "Hanya mengisi waktu sebelum masuk ke kelas, Tuan sendirian?" tanya Alan sopan. Ia selalu menatap takjub pejabat Huang, entah mengapa pejabat Huang selalu bisa membuat orang lain untuk senang berada di dekatnya. Karena pejabat Huang memang menggunakan kemampuan sihirnya agar orang lain menyukainya. "Benar, aku menerima undangan makan dari Raja Baskara. Apa kau mau ikut? Ak