[Apakah kau ingin menyalin kemampuan ini Tuan Muda?] tanya Ara setelah Rama selesai menyerap energi dari jantung pusat kehidupan monster sulur yang berhasil Rama kalahkan.[Iya/Tidak] kotak copy-paste kembali hadir, tentu saja seperti biasa Rama mengklik [Iya]Kemampuan dari monster sulur dalam hal hipnotis dan meregenerasi kini terserap kedalam tubuh Rama, bersatu bersama kemampuan lainnya yang bergabung pada pusaka Naga. Membuat pusaka Naga kembali memperkuat diri serta tubuh Rama itu sendiri. Bahkan otot-otot ditubuh Rama mulai membentuk dengan sempurna, memperkuat tubuhnya. "Geeerrrrkkk!" Kini pintu gua tingkat 5 telah terbuka. Ruangan itu terlihat seperti ruangan biasa, terdapat banyak patung-patung yang memakai baju zirah berbahan besi dengan berbagai senjata di tangan mereka. Berjejer di tepian ruang dengan kondisi seperti beristirahat. Patung-patung itu terlihat diam tak berkutik, namun Rama merasakan perasaan yang tidak biasa. Seperti aura mendominasi yang sangat kuat. Bahk
"Cepat jalan!!" Adipati dan anggotanya ditangkap oleh bangsa Jien yang dikomandoi panglima Ruwo. Tangan mereka diikat, tubuh mereka dirantai dan saling berkaitan dengan yang lainnya, agar tidak bisa kabur. Bahkan Adipati Dan anggotanya dipasangi alat untuk tidak bisa mengaktifkan kekuatannya."Dimana kita ini?" tanya Alin. Mereka kini memasuki sebuah kota di alam Jien. Kota yang terlihat lebih canggih ketimbang alam manusia. Ada beberapa mobil terbang, motor terbang yang tidak terlihat seperti motor. Bangunan-bangunan tinggi, sedangkan di bagian bawah ada pohon-pohon yang dijaga asri, danau-danau yang terlihat indah. Adipati dan anggotanya tidak menyangka alam Jien akan seindah ini penampakannya."Apa kita benar-benar di tangkap di alam Jien?" tanya Jamil memastikan pemandangan di depannya. "Kau pikir?!" sahut Alin dengan nada marah. "Lihatlah tempat ini bahkan lebih modern dari alam manusia, bagaimana bisa mereka membuat kota jadi secanggih ini?" sahut Jamil lagi. Adipati menggel
Adipati dan anggotanya dibawa masuk ke sebuah rumah yang terlihat seperti kantin besar."Manusia yang pertama kali datang dan belum bekerja akan makan di kantin ini," jelas Bram, ia mengajak Adipati dan anggotanya untuk mengantri bersama manusia lainnya, mengantri makanan. Hal yang belum pernah Adipati lakukan. Bahkan ia tak yakin apakah makanan itu bisa dimakan. "Apa makanan ini bisa dimakan?" tanya Haris, ia bahkan memasang ekspresi jijik saat melihat makanan di depan mereka. "Bisa dimakan, karena kita juga yang membuatnya." jelas Bram lagi dengan senyum maklum."Makanan ini bahkan terlihat sangat tidak biasa bukan?" sahut Alin dengan enggan menatap ke arah makanan yang kini berada di piringnya."Lebih baik kau mencoba untuk memakannya, rasanya tidak seburuk tampilannya." jelas Bram lagi.Adipati menatap makanan itu, kini mereka duduk berjejer masih dengan kondisi menatap makanan di piring masing-masing. "Hap!! Nyum... Nyum..." Jamil mencoba untuk memberanikan diri mengunyah maka
"Crash!!" Penyihir tengkorak terpelanting cukup jauh. Tongkat sihir berbatu merahnya terjatuh, dengan mudah Rama mengambilnya dan memainkan tongkat itu ditangannya. "Lihatlah, benar bukan! aku telah mengalahkanmu!" kata Rama dengan senyuman di wajahnya."Kekekekek...!" penyihir tengkorak terkekeh,"Aku mengaku kalah, kau cukup hebat ketika melawanku, tapi apa kau mampu melawan pemilik asli gua terkutuk ini nanti?!"kata penyihir tengkorak lagi."Aku bahkan belum menaiki semua tingkat, mengapa aku harus pusing memikirkan hasil akhirnya?""Hahaha...! Kau unik, kau benar-benar unik! Mungkin pemilik gua ini akan menyukaimu nanti!"Penyihir tengkorak lalu menghilang, bagai debu karena telah mengakui kekalahannya. Rama terpaku, menatap tongkat sihir ditangannya. "Apa aku menang dengan mudah kali ini?" kata Rama. [Benar, kau telah menang Tuan Muda][Penyihir tengkorak putih mengakui kekalahannya, kini apakah kau mau menyalin kemampuan penyihir tengkorak putih?][Iya/Tidak]"Apa kemampuan pe
[Kau telah mendapatkan berkah dari peri penjaga][Berkah dari peri penjaga adalah kemampuan menciptakan tiruan][Apakah kau ingin menerima berkah peri ini?][Iya/Tidak]Melihat kemampuan Ara membuat peri penjaga melongo dan tercengang, bagaimana bisa sebuah sistem memberikan pilihan pada berkah yang ia berikan, selama ini manusia bahkan mengharapkan berkah peri yang mereka berikan. Tapi manusia bernama Rama itu mampu menerima maupun tidak kemampuan itu. Peri penjaga merasa sangat direndahkan. "Apa-apaan itu, mengapa kau ikut memberikan pilihan ketika aku dan dia mengajukan kontrak?" Peri penjaga terlihat tidak terima setelah mendengar penjelasan Ara. [Tuanku memiliki hak ingin menerima atau tidak kemampuan yang kau berikan] jawab Ara tanpa ekspresi dan itu membuat peri penjaga merengut kesal."Kalian berdua tenanglah, tentu saja aku akan menerima berkah dari peri penjaga, akan sangat tidak sopan jika menolak kemampuan luar biasa seperti itu," sahut Rama. Peri penjaga terlihat sena
"Ara, apakah harta di gua ini nyata atau hanya ilusi?" tanya Rama tanpa mengalihkan kewaspadaannya dari peri kekayaan. Peri itu memiliki tubuh seorang seperti seorang Raja, dengan aura yang elegan, bijak dan tegas.[Harta ini nyata Tuan Muda]"Kalau begitu, masukkan semua harta ini ke dalam kotak penyimpanan!"[Baik Tuan Muda]Ara mulai memasukkan semua harta yang ada di gua tingkat ke 8, tentu saja peri kekayaan langsung terlihat panik melihat hartanya terhisap suatu ruang hampa yang tidak nampak di matanya. 'Astaga!! Manusia ini memiliki penyimpanan seperti cincin ku, kalau begini bisa habis semua hartaku!'pikir peri kekayaan dengan sorot mata yang mulai panik. "Siapa kau sebenarnya?" tanya peri kekayaan. "Aku? Panggil saja Rama!" jawab Rama dengan santai dan senyuman mengejek ke arah peri kekayaan. "Sial*n!! Anak muda ini akan merampokku di depan mataku sendiri!!" umpat peri kekayaan, ia tak bisa tinggal diam. Kini peri kekayaan merapalkan sebuah mantra, tangannya bergerak mem
"Weerrr...!! Weerrr...!! Weeerrr...!!"Monster lebah emas bertebaran di segala penjuru, mulai mengarahkan racunnya kepada Rama."Hah!! Banyak sekali kalian?!" Rama berdiri dan memutar pedang suci kembarnya, segera menghalau monster lebah emas yang mulai mengarah kepadanya."Wush!! Wush!! Wush!! Crash!! Crash!! Crash!!" Rama mulai paham dengan gerak-gerik para monster, selain jumlah mereka yang banyak. Pola serangan mereka teratur, hingga Rama dengan mudah melancarkan serangan kepada monster lebah. "Wush!! Crash!!" Beruntung Rama mempunyai teleportasi dari Baxia, membuat Rama mudah menebas para monster lebah.[Tuan Muda, gunakan guardian healing agar tenagamu tetap terjaga] Ara memberikan sebuah baju rompi berwarna hijau keemasan. "Ara, warna rompi itu terlalu kuno ya?" komentar Rama, sebenarnya Rama hanya mengisi canda disaat ia harus bertarung. [Aku bisa mengubahnya menjadi warna merah muda]"Astaga, warna tadi saja!! Aku hanya bercanda Ara!!" Rama menyahuti Ara sembari menebas pa
Rama menatap Ular Naga raksasa yang berada di depannya. Ular Naga itu memiliki sisik berwarna putih tulang dengan kilau yang indah. Rama bahkan terlihat kecil di hadapan Ular Naga itu. "Apa aku harus melawan Ular Naga raksasa itu?" gumam Rama, namun tak ada jawaban dari Ara. Biasanya kelinci putih itu akan memberikan intruksi kepada Rama. Nyatanya Rama hanya sendirian bersama Ular Naga raksasa yang kini berada di hadapannya. Ular Naga raksasa itu mendekatkan dirinya, Rama bersiap dan waspada kalau-kalau diharuskan melawan Ular Naga raksasa. Meskipun Rama merasa nyalinya agak menciut saat ini."Akhirnya kita bertemu Rama," kata Ular Naga raksasa, sebelah matanya kini berada di depan Rama. Mata itu begitu indah, jernih dan murni. Rama bahkan hampir terhanyut pada tatapan Ular Naga raksasa. "Siapa kau?" tanya Rama. "Aku adalah jiwa dari pusaka Naga yang ada di tubuhmu," sahut Ular Naga."Saat ini kau melihat gambaran dari tubuhku, namun seperti yang kau tau, aku kini bersatu bersama j
Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke
Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me
"Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang
Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj
Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k
Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Bakrie kepada Danang, Danang mengangguk dengan mantap. "Aku tidak akan melupakan tempat ini, di sinilah aku melihat siluman itu kak Bakrie!!" kata Danang tanpa keraguan. Bukan Bakrie tak percaya, hanya saja titik lokasi pertemuan antara ketuanya dan siluman Harimau juga berada di rumah ini. "Apakah mungkin orang itu adalah siluman Harimau?" gumam Bakrie ragu. "Maksudmu apa kak Bakrie?" tanya Danang bingung, jelas ia mendengar Bakrie mengatakan soal siluman Harimau tadi. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Cacao ketika Bakrie akan menyahut. Padahal Bakrie dan Danang sudah berada di tempat paling tersembunyi dan tak terlihat. "Wush!!" Danang sudah akan menyerang Cacao, namun gerakan pemuda itu sangat cepat dan tak terbaca mata biasa. "Wush!!" "Tap!!" "Brught!!" Dengan cepat Danang dijatuhkan oleh Cacao. "Tuan Cacao!! Maafkan kami!!" Bakrie yang mengetahui siapa Cacao langsung berlutut. "Kau mengenalku rupanya?" Cacao m
"Bagaimana dengan persiapan kalian?" tanya Raja Iblis terhadap Badara, pelayannya yang merupakan siluman harimau itu menunduk. "Tuan, kami sedang merencanakan perampokan upeti dari beberapa desa, setelah upeti terkumpul, kita bisa membeli beberapa barang untuk melakukan ritual besar pembangkitanmu!!" jelas Badara."Jangan kecewakan aku Badara, dulu kalian telah gagal melakukan pembangkitanku, cukup satu kali aku memaafkan kecerobohan kalian!!" tegas Raja Iblis, ia mengibas jubahnya dengan kasar. "Tuan, kali ini kami tidak akan membiarkan ritual pembangkitanmu gagal!!" janji siluman Harimau. Mata Raja Iblis berkilat merah, jika marah ia akan semakin lapar, seharusnya ia akan makan 3 hari lagi, namun rasa laparnya semakin hari semakin besar. "Cacao!!" panggil Raja Iblis. Dengan secepat angin Cacao muncul di depan Raja Iblis dengan bersujud. "Tuan!!""Aku merasa lapar, carikan gadis untukku!!" Cacao terkejut, belum ada waktu seminggu dari hari terakhir Raja Iblis makan, ia sudah mu
Rizal menunggang kudanya dengan cepat, ia harus segera menyampaikan informasi ini kepada Rama. Rizal hanya membawa bekal seadanya, ia akan memangkas waktu istirahat, karena begitu sampai dan bertemu Rama akan mudah untuk kembali. *** "Alan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pejabat Huang saat mendapati Alan membaca buku yang tidak biasa, buku itu dari masa depan dan diberikan oleh Rama. Alan menutup buku itu dengan tenang, ia sudah membuat sampul pada bagian buku sehingga orang lain tidak akan curiga, namun Alan tidak tau kalau Raja Iblis aka pejabat Huang, telah melihat sebagian isi buku yang Alan baca. "Hanya mengisi waktu sebelum masuk ke kelas, Tuan sendirian?" tanya Alan sopan. Ia selalu menatap takjub pejabat Huang, entah mengapa pejabat Huang selalu bisa membuat orang lain untuk senang berada di dekatnya. Karena pejabat Huang memang menggunakan kemampuan sihirnya agar orang lain menyukainya. "Benar, aku menerima undangan makan dari Raja Baskara. Apa kau mau ikut? Ak