Home / Romansa / PUTRI MAFIA YANG MANJA / Keluarga Anderson

Share

Keluarga Anderson

Author: Gita
last update Last Updated: 2024-03-05 23:06:25

"..apa maksudmu?" William bertanya.

"Lilian, hargaku 10 milyar." Hazel menjawab, mengangkat kedua tangannya lagi. "Apa lebih banyak, dari ini?" Dia mengulang pertanyaannya dengan kalimat yang patah-patah.

William mengangguk dengan bingung. Dia bertanya-tanya sistem perhitungan di kepala kecilnya.

"..kau tidak sedih?" William bertanya heran.

Hazel menatap William dengan mata besarnya. Ketika dia akan menangis lagi, gadis itu bertanya sesuatu yang tidak bisa dibayangkan olehnya.

"Kenapa aku harus sedih?" Hazel bertanya balik. "Ayah akan menjemputku, kan?"

William menghela nafas. Gadis kecil itu jelas gagal memahami situasi yang sedang terjadi.

"Ayahmu menjualmu padaku." William menjelaskan. "Dia tidak akan pernah menemuimu lagi."

"Menjual?" Hazel mengulangi kalimat William. "Apa itu?"

William terdiam seketika. Dia merasa bahwa bernegosiasi mengenai kesepakatan kerja sama akan lebih mudah dibanding dengan ini.

"Menjual itu berarti suatu barang ditukar dengan harga yang senilai."

William menjelaskan. Begitu dia melihat gadis itu masih menatapnya, dia tahu bahwa Hazel belum memahami kalimatnya. "Itu berarti ayahmu memberikanmu kepadaku dan aku memberinya uang." William bahkan menggunakan tangannya untuk menunjuk, supaya Hazel lebih mudah memahami kalimatnya.

Albert diam-diam merasa lucu. Semua orang akan bilang bahwa William adalah seseorang yang begitu berpengalaman dalam bidang bisnis, mafia yang ditakuti oleh seluruh dunia hitam, juga seseorang yang bisa meruntuhkan suatu perusahaan dalam sekejap.

Namun saat ini, William justru sedang berjongkok untuk menenangkan seorang gadis kecil, mencoba menjawab seluruh pertanyaannya.

"Ayah, menjualku, kepadamu." Hazel menunjuk dirinya, lantas menunjuk William. Gadis itu menutup mulutnya seketika, menyadari suatu fakta yang mengejutkan dirinya. "Ja, jadi aku, dimakan?" Pupil matanya bergetar ketakutan. "Jangan makan aku, aku tidak enak, wuwuwu..." Dia memegangi kepalanya dan tubuhnya mulai bergetar.

William merasa dia seperti melihat pangsit putih.

"Hazel, dengarkan aku." William mendekati Hazel. "Aku tau ini mungkin terlalu tiba-tiba untukmu. Tapi sejak ayahmu menawarkanmu padaku, aku tidak pernah terpikir untuk menjadikanmu selain sebagai anakku. Aku dan Janette sudah lama menginginkan seorang putri, Gavin dan Athan juga setuju. Jadi Janette memutuskan untuk segera mendekorasi kamar untukmu."

"Saat itu aku tak banyak berkomentar,menyerahkan semua keputusan kepada Janette. Bagaimanapun dia lebih berpengalaman. Namun dihari ketika aku pertama melihatmu melalui rekaman cctv, aku berpikir bahwa aku bahkan dapat memberikan semua hal di dunia ini untukmu."

"Kamu telah mengalami terlalu banyak hal yang tak perlu kamu tanggung, Hazel. Kamu sudah berusaha. Jadi mulai dari sini kamu akan menjadi anggota keluargaku dan aku akan mengurus semua hal untukmu."

Ketika Hazel telah duduk dengan tenang dan menatapnya dengan mata bulat nan besar, William tersenyum. "Jadi apakah sekarang aku bisa menggendong anakku?"

Meski Hazel tidak begitu mengerti kalimat William, namun dia masih memahami beberapa kata sederhana. Terutama ketika melihat mata William.

Mata itu sedikit memancarkan aura dingin, namun bagi Hazel itu adalah mata paling hangat untuknya.

Jadi dia merentangkan tangannya, menerima gendongan dari William.

Ketika William menggendongnya, dia merasa tubuh Hazel terlalu ringan.

Kulit putih porselennya begitu lembut dan akan memerah karena hal-hal kecil. Dia begitu kecil dan rapuh hingga takut dia akan menghancurkannya jika mengerahkan terlalu banyak kekuatan.

"Jadi ayahku, kamu?" Hazel bertanya.

Dia masih berusia empat tahun dan belum tahu mengenai kata sopan.

"Bagaimana kalau kamu memanggilku papa?" William bertanya.

"Papa? Apa itu?" Hazel bertanya balik.

"Papa itu.." William berpikir, "papa itu orang yang paling kamu sayangi."

"Pfftt..!" Albert berusaha mati-matian untuk menahan tawanya. Dia menemukan sisi baru dari tuannya hari ini.

William yang mendengar suara Albert ingin memarahinya habis-habisan, namun dia segera mendengar suara jernih yang kekanakan.

"Papa!" Hazel berseru memanggilnya, tersenyum cerah, dan kedua matanya menyipit.

Entah kenapa hal itu membuat William merasa dirinya dapat memberikan semuanya hanya untuk Hazel memanggilnya seperti itu.

"Ya, Hazel?" William tersenyum.

Reaksi William yang terlihat menyukai panggilannya membuat hati Hazel menghangat.

Dia tak banyak memanggil ayah kandungnya. Mungkin dia memanggilnya ketika sedang disiksa. Namun Edward mengangguk justru melihatnya seolah dia lebih hina dibanding kotoran.

Namun William justru memintanya memanggil "papa" di pertemuan pertama mereka.

Brak!

"Papa! Aku sama Mama mau ke mall-- oh, siapa dia?" Lelaki bermata biru yang membanting pintu dan berseru penuh semangat segera menyadari kehadiran Hazel.

Lelaki tersebut melangkah mendekati Hazel, mengamati gadis itu dengan mata birunya.

"Dia siapa, Pa?" Dia bertanya lagi, menatap Hazel yang balas menatapnya dengan mata bulatnya.

"Dia.." William berusaha merangkai kata-katanya, "..dia akan segera menjadi adikmu, Than."

"Adik?" Lelaki yang dipanggil Athan itu bergumam, lantas segera berseru ketika menyadari sesuatu. "Hah?! Pa, Papa selingkuh?!" Lelaki itu menatap William tak percaya.

"Bukan, maksud Papa--" William berusaha menjelaskan.

"Mama! Kakak! Papa selingkuh!" Dia berseru. "Sekarang Papa bawa anak selingkuhannya ke rumah!"

"Papa selingkuh?" Tidak lama setelah seruan tersebut, seorang lelaki dengan mata hitam masuk.

"Iya! Coba lihat anak Papa!" Athan menunjuk Hazel yang berada di pelukan William.

Lelaki dengan mata hitam tadi menatap Hazel, mengamatinya sejenak.

"Dia harusnya umur empat tahun, kan, Pa? Papa selingkuh mulai kapan?" Dia mengajukan pertanyaan.

"Papa ngga--"

"William selingkuh?!" Seorang wanita berseru tak percaya. Dia mendekati sang anak dengan langkah terburu.

Pada saat itu, Hazel merasa bahwa semuanya sudah selesai. Istri dan dua anak kandung William tidak menyukainya dan mungkin dia akan segera diusir dengan cara yang paling buruk.

Namun dia tidak pernah dapat membayangkan kalimat wanita tersebut selanjutnya.

"Kamu yakin papa kamu bisa selingkuh? Siapa yang mau sama dia coba ?"

"Ih, tapi Papa seriusan bawa anak." Dia menunjuk Hazel.

Wanita tersebut akhirnya melihat ke arah William. Seketika matanya berbinar. " Aduh, kamu lucu banget!" Dia tak bisa menahan diri untuk tidak langsung menggendong Hazel.

Wanita itu menggendong Hazel dengan antusias, berputar pelan di udara. " Mama awalnya kasihan sama anak ini kalau dia beneran anak William. Soalnya kan gen William jelek. Tapi karena dia lucu banget, dia nggak mungkin anak William." Janette mendekatkan Hazel ke wajahnya, "malah dia lebih mirip Mama, kan?" Dia menaik-turunkan alisnya.

"Bagaimana bisa dia mirip denganmu? Itu penghinaan untuk Hazel karena disamakan denganmu." William menghembuskan nafas.

"Kalau begitu, kau juga tidak bisa dibandingkan dengannya." Janette berseru kesal, memutar bola matanya.

"Papa, Mama, jangan berteriak di dekat adikku." Seorang anak lelaki dengan mata hitam segera mengulurkan tangan, mengambil Hazel dari gendongan Janette.

"Benar! Papa Mama lanjut berantem aja! Aku sama Kak Gav yang bakal tunjukin kamar Hazel."

"Jangan!" William langsung berseru, menghentikan perdebatannya dengan Janette. "Maksudku, Gavin, Athan, kalian masih terlalu muda. Akan berbahaya untuk kalian jika menggendong Hazel."

"Berikan pada Mama. Mama yang lebih berpengalaman." Janette hendak mengambil Hazel, namun Gavin menghindarinya.

"Nggak, aku belum puas menggendong adikku." Gavin bersikeras.

Sedangkan Albert yang menyaksikan pertengkaran mereka dari sudut ruangan menghela nafas.

Setelah bertahun-tahun aku melihat keluarga Anderson selalu menyerahkan sesuatu dengan sukarela, mungkin ke depannya mereka akan memiliki sesuatu untuk diperebutkan.

To be continue...

Related chapters

  • PUTRI MAFIA YANG MANJA   Kamar Baru Hazel

    Pada akhirnya mereka sepakat untuk menunjukkan kamar Hazel bersama-sama.Meskipun mansion tersebut sangat luas, namun kamar yang disiapkan untuk Hazel merupakan kamar yang paling dekat dengan ruang kerja William.Jadi mereka tidak banyak menghabiskan waktu.Mereka sampai pada sebuah ruangan dengan pintu ganda berwarna putih. Ada ukiran rumit di sisi pintu dan bahkan gagang pintunya berwarna emas.Namun bukan itu yang dipentingkan Hazel sekarang.Ada kata "Hazel Anderson" di pintu tersebut, diukir dengan warna emas dan memiliki ukuran yang cukup besar, seolah dengan bangga menyatakan pemilik kamar tersebut.Meski Hazel tidak begitu pandai membaca, namun dia tau bahwa ada namanya disana."Nah, ayo kita masuk!" Janette berseru riang, mendorong pintu ganda tersebut.Seketika wangi cologne bayi tercium. Hazel melotot melihat kamarnya. Dia tidak menyangka kamarnya akan memiliki dekorasi yang berkali-kali lipat lebih mewah dibanding dekorasi kamar Lilian.Seluruh permukaan lantai kamar tertu

    Last Updated : 2024-03-06
  • PUTRI MAFIA YANG MANJA   Insiden Makan Malam

    Janette berseru. Bukan seruan kaget seperti yang dipikirkan Hazel, namun lebih seperti kekhawatiran yang memuncak."Bagaimana bisa seperti ini?" Janette berkata dengan suara serak. Tangannya yang gemetar meraih luka-luka Hazel, namun takut untuk menyentuhnya. " Tunggu sebentar, oke?"Dia segera bangkit dan menggeledah laci di lemari sudut ruangan. Janette segera mengeluarkan kotak P3K dari sana, berlutut di depan Hazel.Ketiksa satu per satu luka Hazel diobati dengan hati-hati, Janette menangis sambil menggumamkan sesuatu."Apakah itu sakit?" Janette bertanya setelah selesai mengobati.Melihat kecemasan dan kekhawatiran Janette, Hazel merasa hangat dalam hatinya. Dia memilih untuk jujur, mengangguk, lantas berkata "sakit" dengan pelan."Sakit sekali, ya?" Janette terisak, mengusap lukanya dengan hati-hati. "Pasti sakit sekali." Lelehan air matanya semakin banyak.Hazel tidak tau harus melakukan apa.Ketika luka-lukanya masih baru, itu sangat sakit dan dia bahkan tak nyaman untuk melaku

    Last Updated : 2024-03-06
  • PUTRI MAFIA YANG MANJA   Pagi Pertama

    "Nah, ini dia!" Athan muncul dengan boneka kelinci di tangannya.Boneka itu kecil, hanya seukuran tangan orang dewasa. Dia menggunakan hoodie berwarna krem yang juga membungkus kakinya.Mata Hazel berbinar. Dia menerima boneka yang diulurkan Athan."Boneka!" Dia berseru senang, menggosokkan pipinya ke bonekanya dan menyadari bahwa boneka tersebut lembut dan empuk. "Boneka, tuing tuing!"Hazel pikir dia menemukan sesuatu yang luar biasa, jadi dia ingin berbagi hal itu."Tuing tuing?" Gavin tak mengerti."Bocah, apa maksudmu?" Athan juga tidak memahami kalimat Hazel."Tuing tuing, boneka." Dia menyodok boneka tersebut berulang kali, berusaha menunjukkan hal yang ingin dia kataan.Gavin ikut meremas boneka kelinci tersebut. "Apakah maksudmu empuk?" Dia bertanya.Hazel mengangguk cepat. "Mpuk!""Bagaimana empuk bisa berubah menjadi tuing tuing?" Athan bertanya, namun Gavin memukulnya."Jangan katakan itu di depannya. Dia akan tersinggung." Gavin berbisik."Dia bahkan tidak paham maksudku."

    Last Updated : 2024-03-06
  • PUTRI MAFIA YANG MANJA   10 MILYAR

    Sebuah mobil mewah berhenti di depan gerbang. Kepala keluarga Wright, Edward Wright menoleh ke belakang untuk memastikan keadaan.Dia menatap putrinya yang berambut cokelat tengah duduk tanpa rasa gelisah sama sekali. Dialah orang yang akan menjadi tokoh utama kali ini."Kau yakin akan baik-baik saja untuk membiarkannya berpakaian seperti itu?" Edward bertanya kepada sang istri, Kaitlyn Hutton.Dia bertanya mengenai pakaian putri bungsunya, Hazel. Dia hanya mengenakan gaun putih sederhana berlengan bishop dan tulle skirt. Rambut cokelat tuanya diurai dan terlihat sedikit berantakan. Matanya yang bulat besar megerjap polos, terlihat menggemaskan.Sedangkan putri sulungnya, Lilian mengenakan gaun biru langit yang dipenuhi dengan renda putih dan taburan mutiara, menonjolkan keanggunan luar biasa yang dimiliki oleh anak berusia delapan tahun. Rambut kepangnya jatuh di atas bahu dan poninya dijepit dengan jepit rambut mutiara.Bahkan orang awam pun akan tahu ada kesenjangan diantara keduan

    Last Updated : 2024-03-05

Latest chapter

  • PUTRI MAFIA YANG MANJA   Pagi Pertama

    "Nah, ini dia!" Athan muncul dengan boneka kelinci di tangannya.Boneka itu kecil, hanya seukuran tangan orang dewasa. Dia menggunakan hoodie berwarna krem yang juga membungkus kakinya.Mata Hazel berbinar. Dia menerima boneka yang diulurkan Athan."Boneka!" Dia berseru senang, menggosokkan pipinya ke bonekanya dan menyadari bahwa boneka tersebut lembut dan empuk. "Boneka, tuing tuing!"Hazel pikir dia menemukan sesuatu yang luar biasa, jadi dia ingin berbagi hal itu."Tuing tuing?" Gavin tak mengerti."Bocah, apa maksudmu?" Athan juga tidak memahami kalimat Hazel."Tuing tuing, boneka." Dia menyodok boneka tersebut berulang kali, berusaha menunjukkan hal yang ingin dia kataan.Gavin ikut meremas boneka kelinci tersebut. "Apakah maksudmu empuk?" Dia bertanya.Hazel mengangguk cepat. "Mpuk!""Bagaimana empuk bisa berubah menjadi tuing tuing?" Athan bertanya, namun Gavin memukulnya."Jangan katakan itu di depannya. Dia akan tersinggung." Gavin berbisik."Dia bahkan tidak paham maksudku."

  • PUTRI MAFIA YANG MANJA   Insiden Makan Malam

    Janette berseru. Bukan seruan kaget seperti yang dipikirkan Hazel, namun lebih seperti kekhawatiran yang memuncak."Bagaimana bisa seperti ini?" Janette berkata dengan suara serak. Tangannya yang gemetar meraih luka-luka Hazel, namun takut untuk menyentuhnya. " Tunggu sebentar, oke?"Dia segera bangkit dan menggeledah laci di lemari sudut ruangan. Janette segera mengeluarkan kotak P3K dari sana, berlutut di depan Hazel.Ketiksa satu per satu luka Hazel diobati dengan hati-hati, Janette menangis sambil menggumamkan sesuatu."Apakah itu sakit?" Janette bertanya setelah selesai mengobati.Melihat kecemasan dan kekhawatiran Janette, Hazel merasa hangat dalam hatinya. Dia memilih untuk jujur, mengangguk, lantas berkata "sakit" dengan pelan."Sakit sekali, ya?" Janette terisak, mengusap lukanya dengan hati-hati. "Pasti sakit sekali." Lelehan air matanya semakin banyak.Hazel tidak tau harus melakukan apa.Ketika luka-lukanya masih baru, itu sangat sakit dan dia bahkan tak nyaman untuk melaku

  • PUTRI MAFIA YANG MANJA   Kamar Baru Hazel

    Pada akhirnya mereka sepakat untuk menunjukkan kamar Hazel bersama-sama.Meskipun mansion tersebut sangat luas, namun kamar yang disiapkan untuk Hazel merupakan kamar yang paling dekat dengan ruang kerja William.Jadi mereka tidak banyak menghabiskan waktu.Mereka sampai pada sebuah ruangan dengan pintu ganda berwarna putih. Ada ukiran rumit di sisi pintu dan bahkan gagang pintunya berwarna emas.Namun bukan itu yang dipentingkan Hazel sekarang.Ada kata "Hazel Anderson" di pintu tersebut, diukir dengan warna emas dan memiliki ukuran yang cukup besar, seolah dengan bangga menyatakan pemilik kamar tersebut.Meski Hazel tidak begitu pandai membaca, namun dia tau bahwa ada namanya disana."Nah, ayo kita masuk!" Janette berseru riang, mendorong pintu ganda tersebut.Seketika wangi cologne bayi tercium. Hazel melotot melihat kamarnya. Dia tidak menyangka kamarnya akan memiliki dekorasi yang berkali-kali lipat lebih mewah dibanding dekorasi kamar Lilian.Seluruh permukaan lantai kamar tertu

  • PUTRI MAFIA YANG MANJA   Keluarga Anderson

    "..apa maksudmu?" William bertanya."Lilian, hargaku 10 milyar." Hazel menjawab, mengangkat kedua tangannya lagi. "Apa lebih banyak, dari ini?" Dia mengulang pertanyaannya dengan kalimat yang patah-patah.William mengangguk dengan bingung. Dia bertanya-tanya sistem perhitungan di kepala kecilnya."..kau tidak sedih?" William bertanya heran.Hazel menatap William dengan mata besarnya. Ketika dia akan menangis lagi, gadis itu bertanya sesuatu yang tidak bisa dibayangkan olehnya."Kenapa aku harus sedih?" Hazel bertanya balik. "Ayah akan menjemputku, kan?"William menghela nafas. Gadis kecil itu jelas gagal memahami situasi yang sedang terjadi."Ayahmu menjualmu padaku." William menjelaskan. "Dia tidak akan pernah menemuimu lagi.""Menjual?" Hazel mengulangi kalimat William. "Apa itu?"William terdiam seketika. Dia merasa bahwa bernegosiasi mengenai kesepakatan kerja sama akan lebih mudah dibanding dengan ini."Menjual itu berarti suatu barang ditukar dengan harga yang senilai."William

  • PUTRI MAFIA YANG MANJA   10 MILYAR

    Sebuah mobil mewah berhenti di depan gerbang. Kepala keluarga Wright, Edward Wright menoleh ke belakang untuk memastikan keadaan.Dia menatap putrinya yang berambut cokelat tengah duduk tanpa rasa gelisah sama sekali. Dialah orang yang akan menjadi tokoh utama kali ini."Kau yakin akan baik-baik saja untuk membiarkannya berpakaian seperti itu?" Edward bertanya kepada sang istri, Kaitlyn Hutton.Dia bertanya mengenai pakaian putri bungsunya, Hazel. Dia hanya mengenakan gaun putih sederhana berlengan bishop dan tulle skirt. Rambut cokelat tuanya diurai dan terlihat sedikit berantakan. Matanya yang bulat besar megerjap polos, terlihat menggemaskan.Sedangkan putri sulungnya, Lilian mengenakan gaun biru langit yang dipenuhi dengan renda putih dan taburan mutiara, menonjolkan keanggunan luar biasa yang dimiliki oleh anak berusia delapan tahun. Rambut kepangnya jatuh di atas bahu dan poninya dijepit dengan jepit rambut mutiara.Bahkan orang awam pun akan tahu ada kesenjangan diantara keduan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status