“A-aku bisa jelaskan ini semua .... Tadi, Gerald terbangun saat aku datang, lalu,-”“Lalu kalian menghancurkan kamar ini? Begitu? Ya Tuhan, Luis ... Gerald! CEPAT BERSIHKAN SEMUA INI, DAN KAMU GERLAD ... KELUAR DARI BAK EMBER ITU!”Tak ada pergerakan dari bocah laki-laki itu di sana, Gerald justru tersenyum lebar dengan tubuh kecil sedikit meringkuk di dalam bak plastik berisi air dengan bola-bola plastik berwarna-warni mengambang.“... GERALD, KAMU DENGAR MOMMY? KE.LU.AR DA.RI SA.NA!” Dengan menekan suara melengkingnya, barulah bocah laki-laki itu menurut dengan bibir mengerucut merajuk, dibantu turun oleh Luis yang juga tak berani menatap mata galak Alice.Nyali kejam Luis seketika menciut.“Ya Tuhan, apa kalian tak tahu ini sudah malam?” Tambah Alice dengan mendesah lelah.Alice benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan Luis dan sang putra. Mereka berdua membuat ubun-ubun kepala Alice berdenyut panas. Seharusnya ini waktunya semua orang tertidur, tetapi anak dan ayah itu
Mobil Rolls-Royce Phantom baru saja berhenti di halaman luas kediaman keluarga Pietro. Beberapa pelayan terlihat berlarian menyambut. Dua di antara mereka penuh hormat membukakan pintu mobil untuk sang pewaris Pietro.Dengan sikap dingin yang sama, Luis nyelonong keluar begitu saja. Diikuti Frans yang mengoceh sejak di perjalanan hingga detik ini yang tak dipedulikan Luis.“Tuan Luis, tunggu saya!” Setelah ikut berlari tergopoh-gopoh menyusul sang tuan muda, tubuh Frans langsung berbalik, dengan berjalan bergaya mundur. Frans lantas menyebar pandangan galaknya ke seluruh pelayan yang tampak terkesiap beberapa detik melihat apa yang mereka lihat saat ini.“Semua menundukkan kepala! Jangan sampai kepala kalian dipenggal!”“... Tuan Luis, pantat Anda bolong. Kenapa tidak menunggu saya? Semua pelayan melihat Tuan Muda,” sambung berbisik lirih Frans.Sang asisten pribadi Luis berbalik, Frans berjalan tepat di belakang punggung panjang sang tuan. Terus meniru gerakan tubuh tuannya,
“Kalian sedang membicarakan apa?” Pandangan Hugo dan Rose sontak teralih cepat pada suara lembut Alice, yang terdengar kian dekat, “beri salam, Gerald.”Gerald mengangguk bersemangat, sembari tersenyum menggemaskan. Tangan kiri mungilnya yang tak digandeng sang mommy melambai riang di udara.“Hai, Mommy Rose .... Hai, Daddy Hugo! Gerald sudah datang!”Mendengar perkataan Gerald, Alice seketika menggeleng gemas dengan senyum simpul mengembang di bibir. Selalu saja, ada tingkah Gerald yang membuat hari kacau Alice terobati kembali.Apalagi saat mengingat betapa kacaunya dapur rumah Hugo karena Luis tadi pagi.“Alice?” Rose berdesis terhenyak, tak sadar bibirnya memanggil sang sahabat, setelah perdebatan sengit antara dirinya dan Hugo. Apakah Alice sempat mendengar apa yang mereka berdua bicarakan?Tiba-tiba pandangan Rose yang membeku sesaat, jatuh pada punggung tangan kanannya yang diselimuti telapak tangan hangat Hugo.Sorot mata itu perlahan naik, hingga bertemu dengan Hugo,
“Daddy!”Hap!Tubuh kecil Gerald yang berlari kencang seketika ditangkap Luis, yang langsung menggendong bocah laki-laki itu.Dengan naluri sebagai ayah, Luis tak segan memberi kecupan lembut di pipi gembul Gerald.Dan apa yang terjadi, tak lepas dari pandangan Alice. Yang kebetulan ada di belakang punggung Gerald yang berlari tadi.“Wah, jagoan Daddy! Apa kabarmu hari ini?”“Sangat baik, Daddy. Gerald tidak lagi sering pusing, juga Gerald makan banyak hari ini. Di rumah, dan rumah sakit,” adu antusias bocah laki-laki itu yang bercerita tentang kesehatannya hari ini, “lihatlah perut Gerald yang besar. Hehehe.”“Rumah sakit? Apa kau sakit?” Todongan pertanyaan itu langsung mendapat gelengan dari Gerald, dengan jari kokoh Luis membenarkan letak kerah pakaian sang putra yang terselip, “lalu siapa yang sakit? Apa itu teman mommy-mu?”“Tidak, Dad, tapi Daddy Hugo.”“Hugo? Jadi Alice masih sempat menjenguk pria lemah itu? CK! Kenapa waktu itu, tidak aku pukul sampai mati saja,” den
Sudah berhari-hari Alice disibukkan di ruang penelitian bagian teknologi MNK GROUP tanpa Hugo untuk sementara waktu. Tujuan wanita itu hanya satu, ingin segera pergi dari negara ini.Alice tiba-tiba berbalik, saat sebuah tangan menyentuh bahunya.“Ya?”“Miss Alice, ini saya. Tuan Besar Levon dan Direktur Luis ingin kita pergi ke ruang rapat sekarang.”“... dan juga beberapa tim. Tuan Besar ingin melihat sudah jauh apa progres proyek kita.” Lanjut Sisca sembari tersenyum ramah memberitahu Alice yang sempat terpaku sesaat, “kedatangan Tuan Besar sangat langka. Kita jangan sampai membuat Tuan Levon kecewa.”“Ha? Kenapa mendadak sekali?”Sisca mengangkat bahu, lantas menjawab lagi, “Saya tidak tahu, Miss.”Setelah pertemuan untuk pertama kali antara Alice dan Kakek Levon di kediaman utama keluarga Pietro, hubungan di antara mereka menjadi sangat canggung.Jelas sekali raut wajah kecewa masih hadir di guratan tua keriput di wajah Kakek Levon yang belum juga pudar, seperti kala Alic
“Ini akan menjadi drama terpanjang tahun ini dari Tuan Jamie. Kalian setuju?”“Wanita muda itu lumayan juga. Dia pintar, tapi apa dia belum tahu kalau, yang dihadapi Jamie? Si kucing bernyawa sembilan? Tuan Levon saja tak berkutik.”“Kau bisa saja, Tuan. Hahaha.... Dia memang selalu beruntung, seperti kucing. Apa gunanya memiliki status sebagai mantan istri tuan muda, kalau pada akhirnya kalah juga dengan Jamie? Seru sekali.”Bisik-bisik dari beberapa petinggi perusahaan yang melewati ambang pintu tertangkap telinga Alice.Entah sengaja atau tidak, kini kredibilitas pekerjaan Alice dan Hugo sedang dipertaruhkan dan berada di ambang jurang kematian.“Sistem keamanan yang akan ada di ponsel pintar perusahaan kita sudah pasti lebih menjamin kerahasiaan data jutaan pengguna, apalagi ditambah dengan kecerdasan buatan milik saya, bukankah Tuan Besar Levon sudah melihat?Enkripsi di level tertinggi yang saya buat, tidak akan sama dengan keamanan sistem yang dibuat perusahaan HG Group
“Paman Frans, apa Daddy dan Mommy sedang bertengkar?”Frans dan sang tuan muda kecil sama-sama saling membungkuk bersembunyi di sisi tembok jalan lorong, tampak memperhatikan gerakan bibir di antara mantan suami istri di sana.“Bertengkar? Haha, ti-tidak mungkin, Tuan Muda Kecil. Tidak mungkin.” Frans dengan wajah panas dingin menjawab bohong, disertai derai tawa terpaksa.“Daddy dan mommy Tuan Muda Kecil hanya sedang membicarakan pekerjaan. A-yo, kita kembali saja, Tuan Muda. Saya ... kan yang bilang mau ke toilet. Kebelet. Kenapa, Tuan Gerald juga ikut keluar?”Frans sudah menipiskan jarak antara kedua belah pahanya. Dengan sepasang telapak tangan di tekan di kantung kemih. Bibir lelaki itu pun tak henti-hentinya komat-kamit, agar tak mengompol di sini.“Sebentar, Paman. Sebentar. Gerald masih belum dengar.”“A—ayoo kembali, Tuan Muda. Bisa bahaya kalau daddy tuan muda tahu kita di sini sedang mengintip.”Wajah memerah Frans mulai terangkat, dengan bahu bergetar dan seketika
Berhari-hari berlalu begitu cepat. Pekerjaan kian menumpuk di bahu Alice seorang diri. Dan ia terpaksa hanya berhubungan dengan sang putra lewat panggilan video.Begitu pun dengan malam ini. Alice saat ini tengah mengangkat panggilan telepon dari Hugo, dengan ponsel yang diapit di salah satu bahu. Dan jemari lentik wanita itu tengah sibuk mencoret-coret serius pada sebuah desain gambar robot.“Aku sepertinya akan pulang lebih malam lagi, Hugo. Kamu dan Rose tak perlu menungguku ikut makan malam. Kamu jangan lupa minum obat.” Alice menghela napas lelah, saat ekor matanya menangkap beberapa layar komputer yang menyala.“Kau tahu, aku sudah sangat merindukan pekerjaan.”Hugo yang sudah pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu, kini tampak bersandar di sandaran tempat tidur. Dia mengangguk kecil mendengar suara Alice di seberang sana.Namun, tiba-tiba tubuhnya terlonjak kaget saat mendengar pintu kamarnya yang dibuka kasar. Dan seketika membuat ekspresi tenang lelaki itu berubah
Tiga bulan berlalu.Rintik hujan yang semakin deras meninggalkan genangan di tanah luar rumah sakit, membuat Alice menggigit bibir bawahnya dengan kepala menunduk dalam.Meski bulan demi bulan telah berganti, tapi perasaan sedih masih memenuhi hati dan tak pernah bisa diobati dengan cara apa pun. Banyak orang kehilangan nyawa dalam peperangan antara keluarga Pietro dan Delano saat kematian Dokter Nelson.Dua marga itu terlalu besar dan kuat. Namun, bisnis kotor yang dijalani keluarga Delano selama beberapa dinasti menjadikan keluarga itu benar-benar lenyap setelah kalah dalam pertempuran berdarah dengan keluarga Pietro.Pihak kepolisian telah menangkap seluruh keluarga Delano, termasuk Tuan Hendrick dan Nyonya Hanni.“Alice ....” Kepala Alice terangkat. Ia menoleh pada pusat suara lemah yang memanggil namanya lirih. Di detik itu juga seutas garis lengkung terbentuk di bibir merah Alice, “bagaimana keadaan putra kita? Apa dia baik-baik saja?”Tubuh Alice berbalik sempurna. Ia m
“Luis!” Suara panggilan itu membuat sang pemilik nama dengan cepat menoleh. Wajah pucat Luis terpampang jelas saat ditatih oleh Frans ketika akan memasuki mobil. “Lepaskan aku!” “Luis, aku sudah menemukan Gerald!” Suara Alice begitu jelas masuk ke telinga dan hati Luis. Luis memberontak dan begitu saja lepas dari penjagaan Frans, lantas mencoba berlari ke arah sang pemilik suara. Namun, langkah lelaki itu seketika terhenti saat melihat siapa yang ada di belakang punggung Alice dan sang putra. “Alice, Gerald!” “Aghh!” jerit Alice tertahan. “Da-Daddyy!” Hugo mencekik leher Alice dengan sebuah lengan dari belakang, sedang Gerald dicekik oleh anak buah Hugo. “Brengsek, lepaskan mereka!” berang Luis dengan menatap penuh aura membunuh. Ia kembali menyeret kakinya untuk mendekati Hugo, dan berusaha mengembalikan kesadaran yang seharusnya sudah lenyap sejak tadi. “Lu-Luis ... jangan mendekat! Hugo menodongkan pistol ke arahmu dari balik punggungku!” kata Alice penuh peringatan di san
Karena jadwal makan tak teratur dan selama satu minggu Luis tak tidur mencari keberadaan Alice dan Gerald, pula melakukan penghancuran di mana-mana, membuat tubuh lelaki itu mendadak menjadi lemah saat ini. Luis merasakan kram yang begitu menyakitkan di perutnya ketika mendapat pukulan dari Tuan Hendrick.Keringat dingin Luis seketika mengucur deras memenuhi wajah. Ia benar-benar merasa sekujur tubuhnya kesakitan saat ini. Apa benar Luis akan dikalahkan hanya dengan beberapa pukulan saja?Terlihat Tuan Hendrick kembali berlari kencang, tanpa mempedulikan darah yang keluar dari luka tembak di kaki. Lelaki itu mengangkat kaki kanan ke depan, lantas memusatkan ke arah dada Luis. “Mati kau, Luis!”“... kupastikan kau tak akan lagi bisa bertemu dengan istri dan putramu!” pekik Tuan Hendrick penuh dendam.Namun, dengan cepat, tubuh Luis mengguling. Ia memaksa tubuhnya bergerak berdiri, lantas mengubah posisi menjadi di belakang punggung Tuan Hendrick kemudian mengayun lengan untuk
“Hendrick!” “Wow, putra Ken Pietro datang lagi ke kediaman keluarga Delano. Kali ini kau ingin menghancurkan apa lagi? Biar aku pribadi yang memberi bukti pada tetua keluarga Pietro, dan memperlihatkan siapa yang memulai peperangan,” tanggap Tuan Hendrick dengan suara mengejek.Lelaki yang lebih muda dari Tuan Hendrick itu memang selalu terlihat garang dan menakutkan, dengan rahang tinggi serta sorot mata tajam melurus mematikan bak busur panah diselimuti api yang diluncurkan pada sasaran target.Terlihat dengan jelas, jika Alice dan Gerald memang kelemahan paling fatal dari seorang Luis Pietro. Tapi, ternyata, kekuatan lelaki muda itu masih saja begitu kuat meski dia seperti kehilangan setengah sayap.Tuan Hendrick tak bisa lagi berpikir, bagaimana jika di samping Luis ada istri dan putranya? Sudah pasti Tuan Hendrick akan dengan mudah dimusnahkan oleh Luis. Tidak, itu tidak boleh terjadi. Nelson harus segera menikahi Alice.“Kau membuat istriku sekarat. Dia sekarang seperti ma
Glock diturunkan perlahan, dengan tatapan dingin Luis melurus ke dada wanita di depannya, yang kini telah benar-benar tersungkur jatuh dengan dada berlumuran darah. “Katakan pada suamimu, dan juga putra doktermu itu, kalau dia tak akan bisa mengeluarkan peluru khususku yang sebentar lagi akan menghancurkan dadamu.” “A-APA?! I-INI TIDAK MUNGKIN. KA-KAMU SANGAT KEJAM, LUIS PIETRO!” *** Satu minggu berlalu. Keadaan bukan bertambah baik, kota Berlin justru sedang dilanda kekhawatiran. Para pebisnis mengalami kemunduran serta kekalahan telak atas kekejaman Luis, yang terus mendapatkan proyek besar serta mengalahkan para rival perusahaan raksasa. Termasuk mendapatkan tender besar yang tengah diperebutkan perusahaan di bawah naungan keluarga besar Delano. Tak hanya orang luar yang kelimpungan, tapi karyawan perusahaan induk dan para pelayan rumah Luis sudah kelelahan dengan sistem kerja gila Luis. Luis tak tidur dan tak makan teratur hanya demi mencari keberadaan Alice dan Gerald yang
“Gerald, ini Daddy! Gerald!” “... kau di mana, Gerald?” “GERALD!” Sejauh apa pun Luis bergerak menghancurkan seisi rumah tua terbengkalai ini dan berteriak sekencang apa pun, nyatanya sang putra kandung tak ada di mana pun. Para anak buah Tuan Hendrick sudah lebih dulu mengamankan Gerald dan Aline, setelah mendapat laporan jikalau salah satu anak buah yang diperintah memata-matai Luis telah ditangkap. “Gerald, ... Ini Daddy, kau ada di mana? Daddy, mohon jawab Daddy!” ulang Luis yang berteriak kian lemah, penuh nada kefrustrasian. Ia merasa tak berdaya sebagai seorang ayah, yang lagi dan lagi, harus gagal menyelamatkan darah dagingnya. “Tuan Luis, saya menemukan ini ... pensil elektrik milik Tuan Kecil!” Kepala tertunduk Luis langsung terangkat saat mendengar suara sang asisten pribadi, “sepertinya Tuan Kecil sengaja menjatuhkan pensil ini untuk memberitahu kita, kalau Tuan Kecil memang sempat disekap di tempat ini.” Frans berhenti tepat di depan Luis. Lelaki itu menyerahkan pe
Luis juga melepaskan tali yang mengikat tangan dua bocah yang sepertinya memang seumuran dengan sang putra.Tangan lelaki tampan itu mengusap lembut puncak kepala keduanya, yang seketika langsung menangis kencang.“Hiksss ... terima kasih, Paman Baik. Aku sangat takut pada paman-paman jahat tadi.”“Bokong kami terus dipukul oleh paman jahat tadi kalau kami sampai menangis dan bersuara. Jadi kami tidak berani menangis. Hiksss! Mamaaaa!”“Ya sama-sama, kalian sekarang sudah aman, sebentar lagi kalian akan bertemu orang tua kalian.”“... bawa dua anak ini ke mobil. Dan antar ke kantor polisi. Frans, seret tubuh anak buah Hendrick untuk menemui putraku. Pastikan dia tidak boleh mati, kalau mati aku akan membunuh seluruh keluarganya.” Lanjut Luis langsung membalik tubuh, dan berjalan tergesa ke arah mobil setelah Frans kembali mengangguk paham akan tugasnya.“Doa anti bujang lapuk apanya, kalian saja sudah jadi daging panggang!” cibir Frans sebelum meninggalkan tempat itu. Dia me
Dua penculik tadi telah bangkit berdiri, dan berjalan sembari sesekali mengerang bercampur desisan mendekati keberadaan para koper uang. Satu persatu koper uang mulai diperiksa dengan sorot mata penuh keserakahan. Begitu pun dengan tumpukan uang dolar dari atas ke tumpukan paling bawah, yang tanpa sadar mereka tengah berada dalam rencana Luis. Setelah lamanya memastikan seluruh uang-uang di sana, dua orang itu bangkit berdiri lantas kembali berjalan mendekati sang ketua. “Kita bisa segera pergi, Bos. Mereka ternyata menuruti perintah kita,” bisik salah satu dari dua orang itu. Tambahan anggukan dari mereka berdua membawa senyum sumringah sang ketua. Sebuah tepuk tangan tunggal membawa seorang dari komplotan mereka muncul dari sebuah mobil dengan memanggul dua tubuh anak kecil dengan kepala yang ditutupi kain hitam. “Katamu kau hanya tiga orang, hah?!” sengit Frans ingin maju mengayun kepalan tangan, tapi dengan cepat ditahan Luis, yang membuat Frans mau tak mau kembali melangkah
“Tuan Luis, mereka datang.” “Cepat keluar sesuai rencana.” Luis membalas dengan mata tajam tak berpindah sedikit pun dari kaca mobil sisi tubuhnya. Langit telah gelap, angin mendadak begitu kencang. Tiba-tiba hati Luis tak tenang. Entah karena apa, tapi fokusnya benar-benar sedang sedikit kacau saat ini. Frans menoleh cemas pada sang tuan yang mendadak terdengar menggeram dengan tangan menekan dada. “Apa yang terjadi pada, Tuan Muda? Apa perlu saya bawa Tuan ke rumah sakit?” “Bodoh! Istri dan putraku sekarang berada di bawah ancaman, dan kau memintaku bersantai di rumah sakit? Ingin kupenggal kepalamu?” “... dadaku tiba-tiba sesak. Kau keluarlah dulu. Aku akan menyusulmu sebentar lagi.” Perkataan dan omelan Luis membawa anggukan kepala takut-takut Frans yang bergerak patuh. Sebelum benar-benar dipenggal, lebih baik Frans memilih jalan aman. Kabur. Empat koper hitam sudah terlihat dibawa keluar oleh anak buah keluarga Pietro dari mobil lain. Frans pun ikut bergegas keluar. Lela