Share

SALING RINDU

Penulis: bonanzalalala
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-22 13:28:40

Malam harinya, Jordie menelepon Aster. Dia duduk di balkon sambil menikmati angin malam.

Lokasi apartemen ini sangatlah indah. Karena berada di lantai yang cukup tinggi, Jordie bisa menyaksikan pemandangan kerlap-kerlip lampu kota dari ketinggian.

Dia mengulas senyuman sambil menunggu Aster menjawab panggilan video darinya. Dia berharap suatu saat nanti bisa menyaksikan pemandangan seperti ini bersama dengan Aster.

“Halo,” jawab Aster. Wajahnya cemberut tapi masih menyiratkan kebahagiaan. Ya, Aster senang akhirnya Jordie mau meneleponnya.

Semenjak Jordie jarang menghubunginya, Aster merasa dirinya tengah di-ghosting oleh Jordie. Sebagai seorang perempuan, dia cemas jika mendadak ditinggalkan Jordie. Karena itulah, dia terkesan mengejar-ngejar Jordie selama tiga bulan terakhir ini.

“Aster Cintaku,” balas Jordie dengan senyuman lebarnya. “Aku rindu kamu.”

Jordie tidak berbohong jika dia merindukan Aster. Hatinya selalu gelisah dan bersalah karena selama ini jarang menghubungi Aster. “Kamu sedang apa, Sayang?”

“Baru selesai cek video buat unggahan mingguan di akun instagramku,” jawab Aster. “Tumben telepon aku. Kukira kamu udah nggak peduli lagi sama aku.”

“Jangan bicara gitu dong. Aku beneran sibuk kok,” ujar Jordie.

“Sibuk sama gebetan baru?” ucap Aster setengah menuduh.

Jordie menatap sedih Aster. Dia bisa mengerti perasaan cemburu Aster mengingat selama tiga bulan ini dia memang mengurangi komunikasi dengan Aster. Namun, Jordie melakukannya karena sedang fokus menata kehidupannya yang tengah berantakan.

“Aster, sudah kukatakan padamu kalau aku hanya mencintaimu,” terang Jordie.

“Kalau gitu lamar aku,” cicit Aster merajuk. “Kita kelamaan pacaran Jordie. Udah waktunya nikah, kan? Pacaran terlalu lama itu nggak bagus. Bisa putus malah.”

“Kamu jangan mikir putus dong,” balas Jordie lembut. “Kita bisa saling mencintai sampai usia kita menua. Nggak boleh putus. Ya?”

“Ke Bandung tapi,” pinta Aster. Dia konsisten mengutarakan syarat agar hubungan mereka tetap lanjut. “Aku pengen kita nikah dan bisa hidup bahagia bersama. Aku bosan dideketin cowok-cowok lain terus. Kamu nggak pernah mau muncul di publik juga. Aku tuh kayak punya pacar rasa jomlo tapi.”

Aster mengeluarkan semua keluhan di dalam hatinya. Jordie tersenyum dalam diam. Dia mendengarkan semua ucapan Aster hingga tak terasa satu jam telah berlalu.

“Jordie, kamu ngantuk ya? Kok nggak ngomong apapun sih?” tanya Aster heran. Dia baru sadar bahwa sedari tadi yang ngomong terus adalah dia. Jordie hanya diam sambil sesekali menganggukkan kepala atau minta maaf.

“Nggak. Aku dengerin kamu,” tutur Jordie lembut. “Aku seneng denger semua celotehanmu.”

“Kamu kira aku burung beo?” timpal Aster masih sedikit jutek.

Tawa kecil Jordie terdengar. Dia senang karena Aster masih mau bicara padanya. Artinya, Aster memang tidak marah padanya.

“Aku ke Bandung weekend ini,” ujar Jordie. “Tunggu aku ya?”

“Serius? Beneran mau ke Bandung?” bola mata Aster membelalak lebar. Dia kira Jordie hanya sekadar menenangkan hatinya saja tadi.

“Aku sudah beli cincin. Nggak mahal. Tapi, aku harap cukup buat jadi cincin lamaran kita,” ungkap Jordie dengan jujur.

Aster tersenyum senang. “Nggak apa-apa, Jordie. Kan yang penting itu niatannya, bukan berapa jumlahnya. Aku nggak minta banyak kok. Cukup keseriusanmu aja,” terang Aster dengan hati tulusnya.

Inilah sisi yang Jordie sukai dari Aster. Kekasihnya itu tidak terlalu banyak meminta dan mandiri. Selama ini Aster tak pernah meminta hadiah ataupun traktiran dari Jordie. Bahkan, Asterlah yang berinisiatif memberikan hadiah atau mentraktir Jordie.

Namun, karena Jordie sudah beranjak dewasa, Jordie merasa dia tak bisa bergantung pada Aster. Dia seorang laki-laki dan memiliki harga diri. Karena itulah, Jordie berusaha menata hidup dan karirnya dengan rapi agar bisa menjadi laki-laki tepat untuk Aster.

“Udah nggak marah kan berarti?” balas Jordie. Dia ingin mendengar ucapan Aster bahwa Aster sudah memaafkannya.

“Buruan dateng ke rumahku ya? Bunda sama Ayahku udah kangen sama kamu. Yang lainnya juga,” tutur Aster.

“Oke. Nanti aku masakin kerak telor deh,” ujar Jordie.

“Dih, nggak usah masak. Biar pembantu aja yang masak. Aku pengen ajak kamu liburan di vila di Lembang juga,” terang Aster.

“Eh? Liburan di vila?” Jordie terkaget mendengarnya. Dia kira Aster hanya butuh kedatangannya untuk momen lamaran saja. Ternyata, Aster malah mengajak Jordie pergi ke vila keluarga di Lembang.

“Iya, Jordie. Kamu kalau ke Bandung kan bisa sampai satu minggu. Sekalian gitu kita liburan. Mau ya?” ajak Aster dengan penuh semangat.

“Ah, itu, Aster, sebenarnya—“

Telepon terputus. Jordie bingung menatap ponselnya yang mati karena kehabisan daya. “Argh! Sial!” teriak Jordie penuh kekesalan.

“Kenapa, Die?” tegur Hakim. Kebetulan Hakim baru dari dapur dan mengambil sebotol jus dan makanan di kulkas.

Jordie menoleh ke hakim. Dia menghela napas resah. “Aster malah ngajak aku liburan ke vila, gimana nih?” balas Jordie kacau. “Kan aku nggak bisa lama-lama di Bandung.”

“Waduh, perkara sulit ini,” ucap Hakim ikut bimbang. “Ayo, Die. Bahas di depan TV aja.”

“Iya,” Jordie mengikuti langkah Hakim. Mereka duduk di sofa depan televisi layar datar yang berukuran jumbo dan tergantung di dinding itu.

Hakim mengambil remote TV. Dia menurunkan volume dan menggantinya dengan acara kartun agar bisa fokus mengobrol dengan Jordie.

“Gimana sebenarnya? Tadi kamu telepon Aster?” tanya Hakim. Dia ingin tahu detailnya.

Jordie mengangguk. Dia menceritakan detail percakapannya dengan Aster barusan. Kepalanya menggeleng tak percaya.

“Aster kira aku bisa liburan lama di Bandung. Padahal, aku ke Bandung aja penuh perjuangan,” terang Jordie.

“Kan udah kubilang. Mending nurut sama Pak Michael. Kamu sih susah dikasih tempe!” timpal Hakim kesal.

“Argh, jangan nambah runyam, Kim. Aku harus bisa yakinin Aster kalau aku cuma bisa sebentar di Bandung. Aku nggak mau ikutan ke vila,” tutur Jordie.

“Kalau mau sih bikin surat tugas palsu, Die,” usul Hakim.

“Heh, ngawur. Kan kita udah nggak kerja di kantor penerbangan lagi. Kalau nanti Aster beneran nyari gimana?” balas Jordie tak setuju. Dia ingin ide lain yang tidak membahayakan. Dia tak mau terjerat kasus pemalsuan.

“Halah, siapa sih yang terlalu senggang sampai ngecek ke kantor? Aster nggak kayak gitu deh kayaknya,” ucap Hakim. “Kamu kirimnya sepotong aja. Biar nggak kelihatan pakai kop surat kantor.”

Hakim bangun dari duduknya. Dia menoleh ke segala arah.

“Mau ngapain kamu?” tanya Jordie heran.

“Cari laptop sama printer,” tutur Hakim.

“Oh, aku lihat tadi. Deket ruang latihan rekaman,” terang Jordie. Dia ikut bangun dari duduknya dan melangkah ke ruangan rekaman.

Di bagian luar ruang rekaman, ada sebuah meja dengan laptop, komputer, printer, hingga speaker. Sepertinya, pemilik lawasnya memang terbiasa melakukan kerja di dekat ruangan rekaman.

“Wah, wah, emang beneran superstar ya,” komentar Hakim.

Jordie duduk di depan komputer dan menyalakannya. “Jangan banyak bicara, Kim. Di sini tuh apartemennya orang yang udah meninggal lho,” tutur Jordie mengingatkan Hakim.

Sesaat Hakim langsung mengusap-usap lengannya. “Duh, merinding. Jangan ngomong gituanlah, Die,” ucap Hakim takut. “Kalau nanti muncul penampakan gimana?”

“Emangnya kamu nggak mikir soal penampakan tadi? Kan udah jelas kalau Pak Michael bilang Reynold itu udah mati DO gara-gara kebanyakan pakai sabu-sabu,” jelas Jordie.

“Ya, mana mikir sampai ke situ, Die. Kan isi apartemen ini terlalu memukau. Ya, lebih banyak mikir senengnya,” terang Hakim jujur. “Kan meski kita pilot, hidup kita belum beneran sukses. Kita baru kerja bentar. Gaji juga masih pas-pasan kalau buat tinggal di Jakarta.”

“Iya juga sih,” Jordie membuka file microsoft words. Lantas, dia mulai membuat surat tugas palsu seperti yang tadi diusulkan oleh Hakim.

Suasana jadi hening. Jordie serius saat bekerja.

Hakim menyenggol-nyenggol lengan Jordie. Membuat Jordie jadi terganggu.

“Apaan sih? Jangan ganggu, Kim!” tegur Jordie. Dia sedang konsentrasi sekarang.

“Kamu nggak denger sesuatu, Die?” ucap Hakim setengah berbisik.

“Denger apa?” balas Jordie. “Nggak denger apa-apa aku.”

Jordie buru-buru menyelesaikan surat tugas palsu itu. Lantas, dia menyalakan printer dan mencetak surat itu.

“Kayak ada suara air ngalir gitu,” ucap Hakim.

“Kamu kali lupa matiin air,” timpal Jordie. “Nggak usah mode alay ya? Nggak ada setan. Kalaupun ada setan, aku juga nggak takut. Soalnya aku butuh uang. Setan biarin aja di pojokan. Nggak usah ganggu hidup orang hidup.”

Hakim memukul punggung Jordie. “Nggak gitu konsepnya,” tutur Hakim. “Yuk, Die. Cek-cek dulu abis ini. Serem nih denger suara air ngalir.”

Hakim terus membujuk Jordie. Dia tak berani pergi keliling apartemen sendirian usai Jordie mengatakan bahwa pemilik apartemen sudah meninggal.

“Bentar. Ini aku selesaiin cetakannya dan matiin semuanya,” balas Jordie. “Lebih ngeri kebakaran, daripada kebanjiran.”

“Ngeri ada setan,” Hakim kembali mengusap-usap lengannya karena ketakutan.

Jordie menggelengkan kepala. Dia kadang sering heran dengan tingkah laku Hakim. Di satu sisi, Hakim itu orangnya sangat baik dan bisa dewasa. Namun, pada saat-saat tertentu, Hakim juga bisa begitu kekanakan dan rewel seperti bocah.

Tangan Jordie mencabut semua kabel. Dia memastikan tidak ada saluran yang tertancap ke lubang listrik. Setelah itu, dia memotret surat tugas palsu itu dan mengirimkannya kepada Aster.

“Aster, maaf ya? Aku ada tugas dadakan ini. Penerbangan ke Papua. Aku di Bandung cuma bentar,” Jordie mengirimkan pesan itu pada Aster.

Setelahnya, Jordie menemani Hakim keliling apartemen. Mereka menyalakan lampu dan mengecek apakah ada sisi yang mengalami kebocoran pipa air.

Hingga akhirnya, mereka tiba di kamar mandi di dalam kamar. Jordie masuk duluan ke dalam dan mengecek. Hakim menunggu di luar karena takut tiba-tiba muncul hantu wanita berambut panjang seperti kuntilanak.

“Kim, sini deh,” panggil Jordie.

“Apa? Takut nih. Kasih tahu dulu ada apa?” balas Hakim. Dia mengintip ke dalam kamar mandi. Perasaannya sudah diliputi rasa ngeri karena takut hantu.

“Kamu ya yang nyalain kran air hangat di bathup sini?” tanya Jordie. “Ini udah kepenuhan airnya. Bikin nggak hemat listrik tahu.”

Hakim terdiam. Dia mengingat-ingat apa yang baru saja dia lakukan. Ternyata, dia tadi ke ruang tengah untuk menonton TV sambil menunggu bathup kamar mandi terisi air hangat. Dia memang berniat untuk berendam dengan bath bomb biar seperti orang kaya.

“Ah, bener-bener! Itu aku,” Hakim masuk ke dalam kamar mandi. Dia tertawa cengengesan dan menatap malu Jordie.

Jordie menghela napas mafhum. Dia sudah terbiasa dengan tingkah Hakim yang memang super penakut itu.

Tangan Jordie bergerak mematikan kran air. “Udah sana buruan mandi. Abis itu, aku juga mau mandi,” ucap Jordie.

“Nggak mandi bareng aja, Die?” tawar Hakim dengan wajah yang masih menyiratkan ketakutan.

“Aku pukul nih kamu lama-lama,” Jordie menunjukkan kepala tangan kanannya. “Udah tua juga. Homo!”

“Dih, enak aja! Aku masih normal ya? Cewek cantik juga lebih legit ketimbang sama batang kayak kamu!” timpal Hakim senewen.

“Makanya mandi sana. Jangan ribut mulu,” balas Jordie jutek. Dia menutup pintu kamar mandi dari luar dan membiarkan Hakim menyelesaikan mandinya.

Jordie memilih mengisi daya ponselnya. Tadi ponselnya sempat bisa dia hidupkan. Namun, sekarang ponselnya kembali mati.

Dia menatap ponselnya yang memang sudah tua dan harus segera diganti dengan yang baru karena baterainya seringkali bermasalah. Namun, Jordie belum ada keinginan untuk menggantinya karena ada kenang-kenangan indah di dalam ponsel itu. Ya, ponsel itu adalah hadiah dari Aster. Aster membelinya untuk Jordie dengan uang kerja dari menjadi seorang youtuber.

Jordie senang dan berjanji akan selalu menjaganya. Karena itulah, sampai sekarang, Jordie tetap menggunakannya.

Senyuman Jordie merekah. Dia tersenyum mengingat masa lalunya bersama Aster. Hari-harinya selalu indah setiap kali dia bersama Aster. Jordie selalu berpikir bahwa Aster adalah berkah terbaik dalam hidupnya.

“AAA!” terdengar teriakan Hakim dari kamar mandi.

Jordie terkaget dan segera bangun dari duduknya di tepian kasur. Dia berlari ke arah kamar mandi. “Ada apa, Kim?” balas Jordie cemas.

Bab terkait

  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   TAK SEPERTI BIASANYA

    Tanpa banyak kata, Jordie langsung menerobos masuk ke dalam kamar mandi. Dia melihat Hakim jatuh terduduk menghadap ke arah rak kamar mandi yang digantung rapi di dinding.“Kenapa, Kim?” Jordie mendekat. Dia membantu Hakim yang hanya mengenakan handuk dan kaos hitam.“I-itu, Die. Tadi jatuh dari rak,” Hakim menunjuk ke arah rambut warna hitam yang ada di lantai. Suara Hakim gemetaran karena takut.Jordie mendekati rambut warna hitam itu. Dia mengambilnya tanpa ragu untuk mengecek. “Ini itu wig, Kim,” ucap Jordie. Lantas, dia terkekeh jenaka. “Heh, ada-ada aja sih. Masa’ takut sama wig hitam. Bocil lu!”“Bukan gitu, Die. Tadi tuh benda itu jatuh pas aku buka rak buat cari alat cukur,” terang Hakim. “Emangnya kamu nggak bakal kaget kalau lihat kayak gitu?”“Nggak seheboh kamu kali,” balas Jordie. “Halah, kamu itu penakut banget. Nggak hantu di sini. Nggak usah paranoid. Nanti susah tidur kamu.”Hakim berdecak kesal. Dia tetap merasa seram dengan apartemen yang penghuninya sudah meningga

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   MERUWAT DIRI

    Jordie merinding demam secara mendadak gara-gara ulah Dewi. Dia langsung mendorong Dewi menjauh dari dirinya. Suara batuk-batuk terdengar dari mulutnya.“Aku sedang tidak enak badan. Tolong jangan ganggu aku,” tolak Jordie tegas dan dingin. Tangannya bergerak mematikan kran air.“Eh, tapi—“Jordie tak memedulikan reaksi Dewi. Dia mendorong Dewi keluar dari dapur. Lantas, dia berlari melesat ke dalam kamar dan menutupnya.“Rey! Reynold!” teriak Dewi kencang.Perempuan itu tetap melangkah mengejar Jordie. Bahkan, dia tak peduli jika ada Hakim dan Setya di apartemen itu. Tangan Dewi tetap mengetuk-ngetuk pintu kamar Jordie dengan niatan membukanya.Hakim dan Setya yang berada di ruang tengah terkaget mendengarkan teriakan Dewi. Buru-buru mereka berlari ke arah Dewi berada. Mereka tercengang melihat Dewi tampak berusaha keras masuk ke dalam kamar Jordie.Hakim berlari menghampiri Dewi. Dia menarik Dewi dan membentaknya. “Kamu kenapa melakukan tindakan yang merusak properti seperti ini?” a

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   SI PENGGILA BARANG HARAM

    “Wah, gila sih,” ujar Hakim tak percaya.Pandangannya masih menatap nanar barang-barang tak terduga hasil bersih-bersih apartemen milik Reynold. Di antara semua kerapian apartemen itu, ada tempat rahasia bagi Reynold untuk menyembunyikan barang-barang haramnya secara rapi. Bahkan, masih ada sisa serbuk narkotika yang dibungkus rapi dan disimpan di dalam kotak mainan catur.“Kita harus buang ini secepatnya,” ucap Jordie. “Barang-barang seperti berbahaya dan akan menimbulkan kerusuhan kalau sampai ketahuan pihak berwajib.”Jujur saja Jordie cemas dengan kondisi apartemen ini. Dia saat ini sedang berperan menggantikan Reynold yang sudah mati. Sayangnya, track record Reynold memang lebih buruk dari yang Jordie kira.“Mau kita buang ke tempat sampah?” usul Hakim. “Buangnya pas malam hari aja.”“Jangan dibuang,” larang Jordie. “Sekarang kan canggih. Kalau ada yang nemu terus dibawa ke kantor polisi gimana? Sidik jari kita pasti bakal kena.”Jordie memandangi sisa koleksi barang haram Reynol

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   DICURIGAI POLISI

    “Anda Pak Reynold. Benar begitu?” sapa salah satu polisi intel.“Iya, benar,” jawab Jordie.Ekor mata Jordie melirik ke arah saku celana pria di depannya. Dia melihat ada pistol listrik menyembul dari sana.“Ada perlu apa ya, Pak?” tanya Jordie kemudian.Dia menunjukkan wajah polos dengan senyuman ringan. Meski tahu bahwa dirinya dicurigai, Jordie mencoba tetap tenang. Apalagi, dia tak melakukan hal buruk apapun.“Tidak. Kami hanya ingin melakukan patroli keamanan,” terang si polisi intel itu. “Ada kabar santer bahwa daerah ini sering terjadi pembobolan pintu.”“Oh, saya malah baru tahu,” ujar Jordie. Dia melangkah mendekati pintu apartemennya dan membukanya. “Mari, Pak. Silakan masuk.”Jordie sengaja bersikap ramah pada intel itu. Semuanya dia lakukan dengan tujuan agar dirinya tak dicurigai lebih dalam.Si intel akhirnya ikut masuk ke dalam. Mereka duduk di sofa ruang tamu sesuai dengan ucapan Jordie.“Mau minum apa, Pak?” tanya Jordie. “Biar asisten manajer saya yang menyiapkan.”D

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   MENUNGGU WAKTU TEPAT

    Michael menoleh ke arah Hakim. Dia menepuk tangan Hakim yang malah sibuk menikmati makanan.Hakim tergeragap kaget. “Gimana, Pak?” tanya Hakim spontan.“Bujuk temanmu agar tidak melakukan hal aneh,” ujar Michael. Dia masih tak bisa menerima ide gila Jordie yang terlalu riskan itu.Hakim mengambil gelas minumnya dan meneguknya. Dia menatap Michael dengan pandangan pasrah. “Percayalah padaku, Pak. Semalam aku sudah membujuk Jordie,” tutur Hakim. “Dia sama sekali tidak peduli dengan ucapanku. Makanya, aku memanggilmu ke sini.”Michael menghela napas resah. Ternyata Jordie memang tak bisa dia kendalikan sepenuhnya meskipun kepribadian Jordie dia akui bagus.“Jordie, meski aku menyetujui ide gilamu, aku tidak bisa memberikanmu izin sekarang,” terang Michael. “Aku harus berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan itu butuh waktu satu minggu paling cepat. Ya, kamu tahu kan kalau aku harus memikirkan kemungkinan-kemungkinan negatif dari masalah ini. Tapi, aku benar-benar berterima kasih padamu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   BIAR CEPET NIKAH

    “A-Aster?!” Jordie terperanjat kaget. Dia langsung bangun dari posisi rebahannya.Jordie mengucek-ucek matanya. Dia masih menatap kaget Aster yang ada di hadapannya itu.“Ka-kamu kenapa bisa masuk kamarku?” tanya Jordie gugup. Dia menoleh ke arah pintu dan sedikit bersyukur karena pintu kamar tertutup rapat.“Kenapa? Kan biasanya aku ke sini juga,” ujar Aster. Wajahnya sedikit cemberut. Dia merasa kesal karena Jordie tak tampak senang melihat kehadirannya. Padahal, dia senang sampai bangun sepagi mungkin agar bisa menemui Jordie.“Nanti kalau orang tuamu tahu gimana?” timpal Jordie dengan nada bicara sedikit tinggi.“Ya bagus dong,” ucap Aster santai. “Kamu kan udah kerja. Kalaupun ketahuan, kita tinggal nikah aja, Jordie. Gimana sih kamu? Kayak remaja aja deh. Gampang gugup.”Aster beringsut mendekati Jordie. Kedua tangannya membentang dan langsung memeluk erat tubuh Jordie.“Sayang, aku kangen kamu. Kangen banget!” Aster memejamkan mata dan menikmati momen berpelukan dengan Jordie.

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   MELANGGAR JANJIMU PADA KAMI

    Jordie langsung tersedak oleh minumnya. Dia terbatuk-batuk karena ucapan Aster yang terlalu blak-blakan.Galen pun berhenti makan. Dia menatap serius ke arah Jordie dan Aster. “Apa tadi? Kalian mau menikah? Memangnya kalian pacaran?” cerocos Galen dengan berondongan pertanyaan.Pandangan tajam Galen langsung mengarah ke Jordie. Tentu saja Jordie menyadari hal itu. Seiring dengan menegangnya suasana, dada Jordie berdegup kencang. Dia tak terbiasa dengan tatapan tajam dan galak Galen.“Jordie, jelaskan maksud ucapan Aster!” perintah Galen tegas.Jordie menghentikan batuknya. Memang tenggorokan dan hidungnya terasa tak nyaman sekarang karena tersedak. Namun, Galen sepertinya tak mau menolerir kondisi Jordie saat ini.“Ayah, jangan marahin Jordie dong,” pinta Aster. Dia takut jika Galen marah besar dan malah tidak merestui hubungannya dengan Jordie.“Aster, kamu diam saja. Ini urusan Ayah dengan Jordie,” timpal Galen dingin.“Tapi aku ikut melakukannya juga,” cicit Aster.Lirikan mata Gal

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   MEMOHON RESTU

    “Jordie, gimana?” tanya Aster saat melihat Jordie keluar dari ruang kerja Galen.Belum sempat Jordie menjawab, Galen dan Lisa sudah keluar dari kamar. Mereka menatap tegas ke arah Aster.“Aster, masuk kamar!” perintah Galen.“Ayah, aku kan mau ngobrol bentar sama Jordie. Masa’ nggak boleh sih?” protes Aster. Dia menatap sedih ke arah Galen dan Lisa. “Bunda, apa salahnya sih hubunganku sama Jordie? Kami kan sudah dewasa. Nggak ada salahnya, kan?”Aster merengek pada Galen dan Lisa. Bahkan, dia nyaris duduk bersimpuh di depan kedua orang tuanya.“Aster, jangan begini,” Jordie membantu Aster bangun dari duduknya. Dia tak tega melihat Aster merengek sedih seperti itu.“Ada apa, Ayah? Kok ribut dari dapur?” tegur Gala, kakak sulung Aster.Pria itu melangkah keluar bersama sang istri yang bernama Nana. Mereka sudah siap sarapan pagi bersama yang lainnya.“Aster sama Jordie kenapa lagi?” tanya Nana. “Ributnya kedengeran sampai dapur.”“Mereka pengen nikah!” celetuk Sakura. Dia memang diam-di

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04

Bab terbaru

  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   SEPERTI PAKAIAN BEKAS

    Seharian Hakim dan Jordie hanya mengurusi packing barang untuk dibawa konser ke Bali dan memantau perkembangan berita di media sosial. Sampai malam hari, tidak ada berita apapun tentang Aster dan Reynold. Artinya, tidak ada yang tahu tentang kejadian saat Jordie dan Aster berciuman.“Sementara waktu kita aman,” ujar Hakim. “Aku cuma berani menyimpulkan hal ini saja karena memang nggak ada berita tentang kamu.”Jordie mengangguk paham. Hatinya lega karena memang tak ada yang mengekorinya. Dia lega karena Aster tidak akan diganggu oleh para fans garis keras Reynold.“Sekarang kamu bisa istirahat tenang, Die. Besok kita langsung ke Bali,” terang Hakim.“Iya,” sahut Jordie.Dia kembali ke kamarnya. Tangan Jordie mengambil ponselnya. Dia mencari nomor Aster. Hatinya ingin s

  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   SEBUAH TAMPARAN KERAS

    Sebuah peluk erat merengkuh tubuh Aster dengan hangat. Ciuman yang menyentuh bibirnya semakin dalam. Hati Aster berdesir aneh. Rasanya seperti begitu dekat dengan Rey.Aster segera mendorong dada Rey menjauh darinya. Rasa bersalahnya muncul karena dia berciuman dengan pria lain selain Jordie.Buru-buru Aster mendorong dada Rey. Tangannya bergerak otomatis menampar pipi Rey sekeras mungkin untuk menyadarkan Rey.Jordie terkesiap kaget mendapatkan tamparan itu. Dia ternganga dan tersadar bahwa apa yang dia lakukan adalah salah.“Minggir!” Aster kembali mendorong Rey. Dia merasa jijik pada dirinya sekarang. Tangannya bergerak mengusap bibirnya yang baru saja dicium Rey.Sepasang mata Aster memanas. Dia bisa merasakan air yang menggenangi matanya. Dia segera bangkit dari duduknya dan berlari menuju tenda tem

  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   CIUMAN DADAKAN

    “Maaf ya! Kamu pasti udah lama nunggu ya?” sapa Jordie. Dia baru saja keluar dari hotel dan masuk ke dalam mobil Aster.“Nggak masalah kok,” jawab Aster. “Duduk sini. Mau sarapan bareng nggak? Kita cari yang anget-anget gitu.”Jordie duduk di kursi kemudi. Dia mengenakan seat belt-nya. “Yang anget-anget? Mau bubur ayam?” tawar Jordie. Dia mulai mengemudikan mobil Aster.“Boleh deh. Soto Bandung juga enak,” tutur Aster. “Gorengan, batagor, ketupat sayur, lotek. Enak semua tuh.”Tawa Jordie terdengar. Aster memang paling suka makan dan dia tak bisa menghentikan hobi Aster itu.“Kenapa ketawa?” Aster menoleh dan menatap Jordie dengan pandangan heran.“Pantes sih kalau kamu kerja di bidang kuliner. Soalnya kamu suka banget sama makanan,” tutur Jordie.“Oh, itu rupanya,” Aster tersenyum simpul. “Aku kira gara-gara aku malu-malu

  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   AKU MAU KITA PUTUS

    “Ruth, bangun, Ruth,” Hakim mengetuk-ngetuk pintu kamar Ruth.Dia berniat untuk mengajak Ruth jalan pagi. Mengingat, kemarin malam, mereka memang sudah berencana untuk jalan-jalan santai bersama.“Kim, kenapa ganggu si Teteh?” tanya Ibu Hakim. Dia mengerutkan keningnya menatap anak laki-lakinya mengetuk-ngetuk pintu kamar tamu dimana Ruth tidur pulas.“Ini, Bu. Kan kemarin janjian mau jalan-jalan pagi ke sungai deket rumah. Tapi, Ruth kayaknya belum bangun gitu,” terang Hakim pada sang ibu.“Kamu ini masa’ ngajak jalan-jalan si Teteh ke sungai. Apa nggak kasihan?” balas Ibu Hakim terheran. “Teteh kan nggak ada hobi mancing kayak kamu. Nanti bukannya seneng, malah kesurupan di sana.”“Bu, kan bisa mandi di sana. Airnya bagus lho. Nggak harus manc

  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   MAU MENJADI PACARMU

    “Gimana, Ruth?” Hakim menemani Ruth mengobrol di teras rumah saat usai makan malam.“Aku kenyang banget,” ujar Ruth. Dia mengusap-usap perutnya dengan senyuman lebar di wajahnya. “Ibumu pandai masak ya?”“Aku juga ikut masak tadi,” timpal Hakim. Dia sedikit pamer kemampuannya pada Ruth. Mungkin saja Ruth akan memujinya juga.“Benarkah? Eh, tapi kan kamu punya geprek ayam ya? Pasti masakanmu memang enak,” tutur Ruth. Dia tersenyum dan memuji kemampuan memasak Hakim juga.Hati Hakim berbunga-bunga mendengarkan pujian Ruth. Bahkan, Ruth memuji usaha geprek ayamnya.“Kamu udah mampir ke sana nggak?” tanya Hakim.Ruth menggelengkan kepala. “Aster dan Rey sibuk, kan? Aku nggak mungkin ajak Dio. Dia mana mau makan di tempat pinggiran seperti itu,” Ruth tersenyum getir. Dia menghela napas panjang dan berat. “Apa aku putus sama Dio aja ya?”Hakim te

  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   GIMANA CARANYA MANDI?

    “Namanya siapa?” tanya Ibu Hakim. Perempuan yang sudah beruban dan berambut pendek di bawah telinga itu memandangi Ruth dengan tatapan lamat-lamat.Pandangannya memang sudah mengabur karena faktor usia. Ditambah lagi, akhir-akhir ini dia juga sering sakit-sakitan sampai Hakim harus cuti kerja selama satu minggu.“Ruth, Tante,” jawab Ruth. Dia tersenyum tipis pada Ibu Hakim.“Cantik ya? Mirip sama orangnya,” puji Ibu Ruth. Dia tersenyum ramah pada Ruth.Hati Ruth lega mendengarkan ucapan Ibu Hakim. Dia pikir dia akan disambut dengan buruk. Nyatanya, semua itu hanyalah pikirannya yang terlalu overthinking.“Ayo masuk! Pasti capek. Makasih ya udah mau beliin banyak oleh-oleh,” Ibu Hakim menggandeng lengan Ruth. Dia mengajak Ruth masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi rua

  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   TAWARAN SYUTING LAGI

    “Ini minum dulu, Rey,” Aster duduk di sisi Reynold. Dia memberikan gelas teh jahe untuk pria itu.Jordie menerimanya. Dia tersenyum dan berterima kasih pada Aster. Dia memang ingin minum yang hangat-hangat karena Lembang masih tetap dingin meski sekarang sudah memasuki waktu tengah hari.“Makanannya belum dateng ya?” gumam Jordie sambil menyesapi teh jahenya.“Katanya ada macet gitu tadi pagi, jadinya bahan makanan di tempat catering sampai agak siang,” terang Aster. “Kayaknya ada kecelakaan gitu.”Wajah Aster tampak sendu. “Untung ya kita tadi aman-aman aja waktu jalan-jalan,” pungkas Aster penuh dengan kelegaan.“Kita kan jalan kaki. Lagian, aku bakal selalu jaga kamu kok,” balas Jordie. Dia tersenyum tipis pada Aster.“Makasih ya,” Aster tersenyum lega mendengarkan perkataan Reynold. “Oya, kamu tadi kocak banget waktu mau nangkep ayam. Kok bisa sih k

  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   MULAI ADA KETERTARIKAN

    “Sekarang kita udah sampai di penangkaran rusa,” tutur Hakim. Dia menggandeng Ruth melangkah masuk usai menyerahkan karcis.Mereka berhenti untuk membeli wortel. Setelah itu, mereka melangkah membagikan wortel-wortel di keranjang kecil pada para rusa yang hidup liar bebas di alam luas.“Rusa-rusanya besar ya!” seru Ruth. Dia agak takut jika nantinya disepak oleh rusa-rusa itu. Tanduk-tanduknya juga tajam.“Iya, kita habiskan dulu wortelnya di rute berpagar ini sambil aku fotoin kamu ya?” terang Hakim.“Kita foto berdua aja sih,” balas Ruth.Hakim sedikit terkaget dengan ucapan Ruth. Namun, dia senang mendengarnya karena Ruth mau berfoto dengannya.“Nggak apa-apa nih foto berdua?” tanya Hakim.Ruth menganggukkan kepala. Dia mengeluarkan

  • PURA-PURA JADI SUPERSTAR   KRITERIA SEMPURNA

    Senyuman Aster dan Jordie tak bisa berhenti meski mereka sudah masuk ke kamar masing-masing. Mereka menikmati momen olahraga bersama dan tiba di vila tepat waktu.Jordie memilih langsung mandi dang anti pakaian. Dia tak sabar ikut sarapan bersama dengan para kru. Bagaimanapun, saat sarapan dia bisa bersosialisasi seperti pesan Pak Michael dan bisa mengobrol akrab dengan Aster tanpa perlu takut ketahuan paparazzi. Ini seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlewati.“Aku nggak tahu Aster pakai pakaian apa hari ini,” gumam Jordie. Dia ingin kembali terlihat serasi saat berpakaian bersama dengan Aster. Namun, kali ini dia tak bisa mengintip dari jendela balkon seperti kemarin.Jordie memutuskan mengenakan pakaian bernuansa putih biru. Lagipula, syuting variety show memang selalu lebih santai secara outfit dibandingkan dengan syuting iklan atau film.Setelah berganti pakaian, Jordie berlari ke ruang makan dan menyapa para staff. Hal ini sudah me

DMCA.com Protection Status