"Apa-apaan ini? Dekor, gaun pengantin. Ngapain Bang Adnan pesan- pesan kayak gini? Masa iya dia mau nikah lagi,' batinku bertanya-tanya.'Ini tidak boleh terjadi. Mana sanggup nanti aku di madu. Walaupun pernikahan ini tak ada cinta. Tapi, hatiku gak rela pokoknya titik segede kelapa!"Dek in--"Aku langsung mengambil ponselku tanpa menghiraukan Bang Adnan. Terlihat pria itu mengerutkan keningnya bingung, mungkin dia merasa aneh dengan sikapku.'Ah, bodo amat yang jelas sakit banget hati ini tak mau di madu.'"Dek kamu kenapa?" tanyanya."Gak apa-apa," jawabku."Dek, ada yang mau Abang sampaikan. Kita ngobrol bertiga sama ibu," pintanya.Aku memanggil ibu di kamarnya. Lalu kami berkumpul di ruang tamu."Ini ada apa?"tanya ibu kebingungan.Aku menggelengkan kepala saat ibu menatapku."Maaf jika saya menganggu waktu istirahat ibu. Dek, besok Abang di minta untuk pulang kerumah. Tadi irpan bilang penyakit ibuku kambuh lagi,"jelasnya.Aku tercekat mendengar apa yang di sampaikan Bang Adna
Aku menampar, dan menjambak rambut Wulan kuat. Lalu mendorong tubuhnya yang lebih besar dariku samapi wanita itu terjungkal ke belakang.Brugh!"S i a l a n!"teriaknya.Wulan langsung bangkit. Lalu bersiap menyerang ku balik.Aku yang akan menerima serangannya. Langsung memasang jurus kucing j a b l a y."Hayahhhh! Maju lu," tantangku.Wulan yang merasa tertantang lalu menjambak rambutku. Aku yang tidak mau kalah ikut mejambak rambut sampai beberapa helai rambut itu rontok."Argggggggg ..." teriaknya.Bi Ning yang menyadari anaknya babak belur olehku sigap mengeroyoki, dan membantu anaknya.Wanita paruh baya itu menarik tubuhku, dan mencoba melepaskan genggaman tangan ini. Supaya tanganku tidak menyakiti anaknya."Lepaskan putriku!" teriaknya sambil menendang b o k 0 n gku dengan kakinya.Aku yang kesakitan melepas tangan ini dari rambut, dan wajah Wulan. Entah kekuatan dari mana atau memang ini adalah amarahku yang selama ini terpedam. Aku segera bangkit, dan berlari menindih tubuh
Eh ibu Suketi, mau belanja apa?" ujarku. Aku tak menggubris pertanyaannya."Suketi? Kamu kira saya sinder bolong?" sengitnya."Emang! Lagian set*n kok muncul tengah bolong, gak takut sam matahari apa." jawabku."Puspa mulut kamu semakin lama semakin tajam," ucap Bu Dewi."Loh, bukannya ibu yang mulutnya lebih. Tiap hari itu di asah di mana tuh, Bu?" ledekku.Wajah Bu Dewi memerah. Wanita itu menatapku garang.Dari arah jauh rombongan ibu-ibu yang di pimpin oleh Bi Ning, dan Wulan sepertinya akan menuju kesini.Di sana Bi Ning seperti memperlihatkan sebuah gambar pada para ibu-ibu. Entah itu gambar apa."Wah, mewah banget pelaminan-nya si Wulan."puji Ibu-ibu."Acaranya di gedung hotel lagi." "Makanannya pasti enak, dan lezat, Bu Ning?"tanya mereka."Ya, jelas 'lah. Kami gak bakalan pesan makanan abal-abal. Kami pesan makanan yang bintang lima, kalian pasti gak akan kecewa nantinya," jawab Bi Ning sombong."Baru kali ini, di kampung kita ada yang hajatannya sampai nyewa gedung hotel.
"Benar itu, kalian dapat apa kalo mungut si buruk rup@ itu?"tanya Bu Dewi.Wanita paruh baya itu yang tadi tengah pokus melihat gambar dekorasi pelaminan Wulan. Kini menatap bingung ke arah koper Bang Adnan."Loh, mana suamimu?" tanya Bu Dewi bingung."Memang si b u r*k itu tadi di sini?" tanya Wulan pada Bu Dewi."Iya, tadi dia di samping si Puspa. Kenapa sekarang hanya ada kopernya saja?" yanya Bu Dewi padaku."Hah! Bawa koper? Suami jeleekmu mau pergi ninggalin kamu?" tanya Uwa Rosid."Tidak! Dia akan pulang hari ini, dan kembali lagi." Jawabku.Sedari tadi aku terus mengatur napas untuk menahan emosi karena perkataan mereka."Hahahaaa ... Duh kasihan banget nasib kamu, Pus. Sudah di jodohkan sama orang m i s k i n, jelekkk sekarang malah di tinggal suamimu." Ledek Bi Ning."S i * l banget emang nasib si Puspa," ucap Ibu Dewi."Udah di ambil ke per*wanannya malah di tinggal.""Sebentar lagi jadi janda dong, Neng Puspa." ledek Ibu-ibu yang lain."Eh, tapi ibu ibu. Sebelum kalian ke
"Bisa jadi Bu Ning malu ngakuin saudaranya yang modelnya kaya begini," ejek Bu Dewi.Semua ibu-ibu tertawa mengejek padaku."Bu, mau tanya boleh?" ujarku."Apa?" ujar mereka dengan wajah meremehkan."Kalo boleh tahu ibu-ibu ini, mau pada ngelenong dimana?"tanyaku sambil terkekeh.Raut wajah ibu-ibu yang tadi merasa menang langsung masam. Aku tertawa terbahak-bahak saat melihat wajah mereka misuh-misuh dengan dandanan seperti lenong."Heh Puspa, kami ini mau datang keacara pernikahan yang mewah. Mana ada yang ngelenong di sana" ucap Bu Dewi sengit."Abis itu muka merah-merah kaya abis di gebukin. Jadi saya pikir kalian pada mau ngelenong," ucapku."Assalamualaikum, selamat pagi Bu." tiba-tiba seorang pria berpakaian ala ala bodyguard datang ke rumahku."Waalaikumsalam, s-iang juga." ujarku, dan ibu yang lain terlihat tercengang atas ke hadiran kedua orang ini.'Ini dua orang mau ngapain kesini ya?' tanya batinku."Apa benar ini dengan Non, Puspa?" yanya mereka."Non?" sentak para ibu-
Saat ini wajahku mungkin begitu merah karena malu, sama halnya seperti ibu."Penjaga! Tolong tendang mereka keluar dari sini," titah Bi Ning.Bi Ning yang merasa terganggu dengan ke hadiranku langsung menyuruh orang untuk mengusiriku. Aku di dorong, dan di tarik oleh pria itu hingga keseimbangan tubuhku yang kurang sehingga akan terjatuh. Namun, dengan cepat seseorang datang. Seorang pria tampan, menangkap tubuhku yang akan terjatuh dari belakang.Tatapan kami beradu, mata elang itu seperti pernah aku lihat. Tapi dimana."Siapa itu?!"tanya para tamu."I-tu bukankah Tuan Khaizan," bisik para tamu.Para tamu pun riuh, mereka bersorak memanggil nama Tuan Khaizan."Maaf aku terlambat," Ucap Pria itu."Siapa kamu?" tanyaku. Pria itu langsung melepaskan tubuhku, dan berjalan ke depan lalu mengambil pengeras suara di sana."Perkenalkan saya Adnan Khaizan, suami dari bidadari cantik bernama Puspasari." ujarnya, membuat semuanya terkejut sama seperti aku.Degh!Apa yang di katakan."Tuan K-k
Biarkan mereka masuk, Sandi. Aku masih punya kejutan untukmu, "ucap Bang Adnan dengan senyuman tipis di bibirnya.Wanita dengan perut buncit serta anak perempuan yang di gandengan tangganya itu masuk."Sulis, Susan! Kalian kenapa bisa kesini?" tanya Sandi. Ya, itu nama putri Sandi adalah Susan, itu singkatan dari Sulis dan Sandi."Aku yang membawa mereka ke sini!" ujar Bang Adnan sambil mengangkat dagunya."Jadi begini kelakuanmu selama ini. Pantas saja kamu betah di sini, dan tak mau pernah pulang untuk menengok perkembangan anak kita. Ternyata kamu di sini tengah bersenang-senang menggelar acara dengan wanita m u r * h a n ini," ujar Sulis menatap wajah suaminya."Tu-an." wajah Sandi pias. D ia menatap wajah Bang Adnan dengan melas."Sandi kamu tahu, Pria ini?" tanya Bang Adnan sambil memperlihatkan sebuah poto dirinya yang tengah menyamar.Sandi menggelengkan kepalanya tanda tak tahu siapa orang yang di dalam poto itu."Orang ini adalah aku!" Mata Sandi membulat lebar, jelas dia
"Emang kalau dalaman ayah di jual. Kita bakalan dapat uang yang banyak, Mah?" tanya Susan dengan polosnya."Pasti Sayang. kita nanti bisa beli rumah mobil, dan banyak mainan untukmu." jawab Sulis."Asikkkkkk! Beli mainan. Bapak ayo cepetan kalah Susan mau beli mainan banyak!" teriak gadis kecil itu.Aku menepuk jidatku kencang. ' Ini emaknya bukan sih? Kok ngajarin anak sadis bener.' "Kenapa kamu menikahi putri saya, jika kamu sudah punya istri dan anak, hah? Kamu mau mempermainkannya brengs*k!" sengit Uwa Rosid. Bi Ning yang sedari tadi diam saja ingin melerai perkelahian mereka. Karena di rasa wajah Sandi sudah penuh dengan darah, dan memar. Bi Ning takut jika menantunya itu mati karena ulah suaminya. Dia takut nanti Uwa Rosid akan di penjara, jika sampai membunuh pria yang sudah menipu mereka."Sudah, Pak. Jangan di pukul lagi nanti dia bisa mati, Bapak mau masuk penjara, enggakan?" ujar Bu Ning.Uwa Rosid langsung melepaskan, dan menenangkan dirinya."Sekarang saya minta kamu ta
Dulu ia selalu menyakiti wanita yang begitu tulus dan menghormatinya, ia bahkan tak memikirkan perasaan wanita itu saat meminta sang putranya menikah lagi.'Ya aku pantas untuk mendapatkan ini semua'batin bu Harti."Sudah pak bawa mereka!"Titah Bu Nina."Mikeee! Tolong abang Mikee."Mohon Pan Anton."Bang, seperti aku sudah ga bisa jadi istrimu lagi. Kita berpisah saja"Ucap Mikee wanita itu malah pergi meninggalkan Pan Anton, yang mematung.Wajah melas itu sekarang kembali menatap Bu Harti."Bu. Tolong bapak, bu. Tolong lepaskan bapak nanti ya"Pinta Pan Anton."Tadi kau menghinaku dan memiliki wanita j a l a n g itu, sekarang dengan tak tahu malu mau ku bebaskan. Jangan harap!"Ucap Bu Harti."Jangan kebanyakan drama. Sudah bawa sana pak.___Assalamualaikum...Buat sahabat Novel Lutviana, terimakasih sudah bergabung, salam kenal ya, boleh tuker nomor WA 085772683317 japri ya n
Wajah Rani yang ketakutan seketika cerah kembali, ia mencoba melawan rasa takutnya."Silahkan laporkan saja. Saya juga akan melaporkan suami ibu"Ujar Rani dengan angkuhnya.Ruan menggeleng kepalanya, tak mengira adik tirinya yang selama ini di anggap polos, ternyata seperti orang yang sudah banyak pengalaman melawan para istri dari lelaki bersuami."Kalau sampai kami di penjara, suami ibu juga akan masuk penjara. Apa ibu mau jadi janda, hah?" Timpal Rini."Kalian mau ngancam saya? Hahaaa saya mana perduli, dengan suami bej@t yang sudah meniduri kalian. Saya lebih baik menjanda dari pada hidup dengan pria samp@h seperti itu" Tegas Bu Nina."Bagaimana ini kak?" lirih Rini pada Rani."Kakak juga ga tahu"Jawab Rani."Aku ga mau masuk penjara" Rini ketakutan setengah mati saat membayangkan dirinya di dalam penjara nanti."Ini semua gara-gara bapak" Ucap Rani.Kedua gadis itu memandang bapaknya dengan pe
Sampainya Ryan di rumah Aisyah yang dulu. Di sana sudah ada kejadian ribut-ribut, seorang ibu paruh baya menjambak kasar rambut Rani, wanita itu membabi buta memukul dan menghantam tubuh kecil Rani.."Boneka kecil j a l a n g!"Teriak Wanita itu yang ternyata bermana Bu Nina."Arrggg lepaskan"Ujar Rani kesakitan. ia mencoba melepaskan genggaman tangan Bu Nina dari rambutnya.Ryan segera berlari menghampiri mereka."Ada apa ini, Bu?"Tanya Ryan, yang langsung melerai keduanya.Bu Nina melepaskan genggamannya, napasnya turun naik"J a l a n g s i a l a n, masih muda sudah m u r a h a n. Dasar wanita ga laku "Ucap Bu Nina menggebu-gebu.Rani yang tak terima langsung membalas ucapan pedas Bu Nina."Heh, Bu. Jangan salahkan saya dong, harusnya ibu ngaca, body ibu ini sudah seperti karung beras, dekil dan kumel. Ya jelas suami ibu kecantol sama saya yang masih muda"Ejek Rani.Wanita paruh baya itu semakin kesal, ia
Saat Rama membawa masuk Ryan ke dalam rumahnya. Lelaki itu terpaku, pada saat menatap apa yang tengah di lihatnya sekarang."Aisyah.."Panggil Ryan.Semua yang berada di meja itu m yadengan, termasuk Aisyah.Ryan tersenyum, menatap wajah Aisyah yang hari ini begitu sangat-sangat cantik.Ia menyadari seberapa bodohnya dia, sudah meninggalkan mantan istrinya itu.Rama yang menyadari tatapan itu tak suka. "Cepat, apa yang mau kamu sampaikan pada istriku? "Bolehkah aku hanya berdua dengannya? Sungguh aku tak akan berbuat macam-macam"Ucap Ryan.Rama yang merasa geram. Ia hampir menonjok pipi Ryan, namun di cegah oleh teriakan Aisyah."Mas, jangan...."Cegah Aisyah lalu beralih menatap Ryan"Dan kamu. Maaf saya tidak bisa jika hanya berbicara berdua, karena kita bukan muhrim. Kalau mau berbicara denganku maka ucapkan di sini, di hadapan suami dan keluarga baruku, atau tidak sama sekali."Tegas Aisyah.
Selamat pagi Kio tampan" Sapa Aisyah saat melihat bocah gembul itu, baru saja keluar dari kamarnya."Ayo makan sarapannya dulu, sayang"Seru Aisyah.Kio yang sudah rapi dengan pakaian seragamnya, berjalan ke arah meja makan."Papa sama nenek belum keluar, Mah?"Tanya Kio."Sebentar lagi" Jawab Aisyah.Tak lama Rama, dan Bu Puspa keluar dari kamar mereka masing-masing."Aduh, cucu nenek sudah tampan"Ucap Bu Sarah."Aduh bidadari surganya Rama, cantik banget hari ini."Goda Rama. Semejak menikah dengan Aisyah hidupnya begitu berwarna, tak ada hari tanpa gombalan dan godaan untuk istrinya itu."Papa nih, pagi-pagi sudah gemblong"Ucap Kio dan itu membuat Aisyah dan Puspa tertawa."Bukan gemblong sayang, tapi gombal" Larat Aisyah. Lalu mereka duduk di kursinya yang seperti biasa, semua sudah mulai memakan makanannya dengan lahap, kecuali Aisyah. Wanita itu tak makan bahkan tak minum sama sekali hari i
"Bapak!..."Jerit Rani dan Rini."Kamu pembunuhan!" Mereka menatap tajam wajah Ryan."Sudah lebih baik kita obati dulu. Ayo bantu ibu, kita bawa ke kamar"Titah Bu Harti.Marni yang mendengarnya langsung mencegah mereka" Ett... Mau ke kamar? Tidak bisa, kalian harus segera pergi dari rumahku."Ujar Marni."Dasar kakak ipar jahan@m! Tak punya hati kau mengusir kami, dengan kondisi yang bapak seperti ini"Umpat Rani dan Rini."Bodo amat. Aku tidak perduli dengan tua bangk@ itu, yang jelas kalian harus keluar sekarang!"Ucap Marni dengan angkuh.Ryan langsung mendekat pada sang istri, ia memenangkannya."Sayang, biarkan mereka mengobatinya terlebih dahulu. Jika dia mati aku pasti akan di penjara, dan tak bisa bersama kamu lagi"Ucap Ryan, sebenarnya ia juga takut jika kejadian ini di laporkan pada polisi, ia memang salah, karena sudah lepas kontrol tubuhnya."Baiklah. Aku beri waktu kalian 3 jam dari sekar
Tanpa aba-aba Ryan langsung berlari, ia tak ingin terjadi sesuatu di antara keluarganya.Walaupun saat ini ia berat untuk melangkah, karena nantinya akan sulit sekali bertemu kembali dengan mantan istrinya.Namun yang terpenting saat ini adalah keluarga, sebab Ryan tak ingin hidupnya hancur untuk kedua kalinya."Hentikan! " Teriak Ryan. Saat ia sampai di kediaman Marni.Di sana Rani dan Rini, rambut mereka begitu terlihat kusut, tak jauh beda dengan Marni, penampilannya sekarang begitu kacau."Sebenarnya ada apa, ini? Kenapa kalian bisa ribut-ributan kaya gini?""Adik tirimu yang tidak tahu diri itu, telah mencuri perhiasanku."Ucap Marni."Kami tidak mencurinya, kami hanya meminjamnya sebentar, tapi mbak marni langsung menuduh kami pencuri"Jelas Rani dan Rini."Benar itu, lagian sekarang apa yang kamu miliki, itu juga milik kami, karena kami sebagai keluarga dari suamimu, jadi sah-sah saja, kalau kami
Pagi harinya Rama keluar kamar dengan rambut basahnya."Bagaimana tadi malam?" Tanya Bu Puspa. Membuat tubuh Aisyah menegang."Puas, Bu. Mengerjai anak ibu sendiri" Jawab Rama membuat Aisyah merona."Ibu doakan semoga Aisyah segera cepat mengandung""Aamiin" Sahut Rama. Namun Aisyah hanya menjawab dengan suara lirih."Papa..." Panggil Kio.Anak itu berlari memeluk Papanya."Papa, semalam kata nenek. Papa mau bikin adek buat Kio ya? Terus sekarang mana adeknya?" Tanya bocah itu."Kan butuh proses sayang. Nanti Papa usahakan lebih giat lagi, sama mamah?" Ucap Rama sambil mengedipkan satu matanya oada Aisyah."Mamah? Jadi tante Aisyah sekarang jadi mamah aku?. Asyik!!" Teriak Kio kesenangan."Iya sekarang Kio panggilnya jangan tante lagi, tapi mamah. Kio juga harus jadi anak mamah yang baik ya" Tutur lembut Bu Pusp dan Adnan pada cucunya.____________"Ayo jagoan kita b
"Bu...." Panggil Ryan menghampiri sang ibu yang menangis di dalam kamarnya."Ngapain kamu kesini? Jangan perdulikan ibu lagi, kamu urus aja istrimu itu "Sentak Bu Harti, Ia masih kecewa pada putranya."Bu, aku minta maaf. Kalau aku sudah menyakiti hatimu, tapi ibu juga salah, seharusnya ibu jangan menampar Marni. Dia tengah mengandung cucu ibu. Ibu jangan kasar sama dia" Ujar Ryan.Bu Harti semakin kecewa mendengar ucapan ulang putranya. Ternyata anaknya lebih percaya kepada istrinya daripada ibunya sendiri.Kamu masih mengira ibu berbohong. Dasar anak durhaka! Bagaimana bisa kamu tidak mempercayai ibumu sendiri, dan lebih mempercayai istri licikmu" Tuding Bu Harti."Kenapa ibu bilang seperti itu? Padahal selama ini aku selalu menuruti semua keinginan ibu, bahkan aku juga rela kehilangan aisyah, gara-gara ibu yang menginginkan marni untuk menjadi menantu ibu satu-satunya, ibu yang memaksa aku menikah dengan marni, jadi aku tak i