KEKASIH IMPIAN DOA 34"Tapi ada yang Ayah takutkan, jika mengadakan acara buka bersama Put" ucap Ayah padaku."Takut? Maksudnya Yah?" tanyaku."Ayah takut jika nanti saat semua orang berkumpul, menunggu azan magrib nanti dengan ghibah.""Ghibah?" tanyaku kebingungan."Jauhkan mulut dengan mulut. Jauhkan telinga dengan mulut. Jauhkan mata dengan mulut. Artinya jika sudah berkumpul, kemungkinan besar akan adanya ghibah, karena iblis akan mencari cara bagaimana caranya supaya puasa kita menjadi rusak tanpa sadar, dan pahala kita terkikis habis semua""Tapi 'kan niat kita untuk--" belum selesai aku melanjutkan ucapanku. Ayah langsung memotongnya."Selain ghibah, banyak juga orang demi berbuka bersama sampai tak sholat magrib, dan perbuatan ini tidak di ridho Allah subhanahu wa ta'ala"ucap Ayah."Ayah benar" timpal Irpan setuju dengan ucapan Ayah."Tapi bagaimana kalau kita minta Pak ustadz Wahyu, untuk membimbing acara ini Yah?" tanyaku."Dan cara menghindari dari ghibah. Bagaimana kalau
Pov Putri Di malam takbiranGema takbir kian ramai terdengar. Riuhnya orang menabuh bedug dan berkeliling menyuarakan takbir, hilir mudik di jalan depan rumah. Beberapa rombongan berpawai dengan berjalan kaki, dan masing-masing membawa obor yang menyala. Beberapa rombongan yang lain berkonvoi dengan sepeda motor dan kendaraan beroda empat."Berarti benar dia pelakunya?" tanya Bang Adnan pada Irpan.'Pelaku? Apa yang mereka tengah bicarakan?' tanyaku dalam hati."Benar, dan orang di balik dalang semua ini adalah Bu Dahlia" jawab Irpan."Bu Dahlia?" tanya Bang Adnan dengan raut wajah bingung."Bu Dahlia. Emaknya si ulat bulu itu, ternyata mereka yang selama ini sudah memakan setengah gaji para karyawan" ucap Irpan.Aku lihat kilatan amarah terdapat di kedua mata Bang Adnan. Pria itu mengepalkan kedua tangannya menandakan dia benar-benar marah."Sejak kapan mereka melakukan ini? Berapa banyak uang gaji karyawan yang mereka makan setiap bulannya?" Tanya Bang Adnan penuh dengan penekanan.
Setelah menyelesaikan shalat subuh berjamaah. Aku dan Mbak Puspa segera memanaskan masakan yang sudah kami buat kemarin sore. Kami juga menyiapkan hampers yang isinya perkuehan dan bahan sembako untuk di bagikan kepada warga setelah shalat idul Fitri nanti.Kebetulan rumahku memang tidak jauh juga dari masjid, hanya butuh sepuluh menit berjalan kaki dari sini ke sana. Jadi setelah bubar nanti pastinya para warga melewati rumahku.Setelah memanaskan masakan, dan membersihkan rumah. Aku dan Mbak Puspa bersiap-siap mengambil wudhu lagi sementara Ayah, Irpan, dan Bang Adnan sudah rapi dengan sarung, peci, dan kokoh-nya masing-masing."Pak Ridwan, itu hampers banyak banget mau ada banyak tamu ya?" tanya Ibu-ibu yang sudah mengenakan mukena untuk melaksanakan sholat idul Fitri."Ah enggak ada tamu. Ini hampers untuk di bagi-bagi sama warga habis shalat idul Fitri Bu" jawab Ayah."Wah!" Seru ibu-ibu itu dengan mata berbinar."Mari ibu-ibu kita segerakan ke masjidnya" ajak Ayah.Kami semua ber
"Putri" tiba-tiba suara seorang pria paruh baya memanggilku dari belakang."P-pak Nano" cicitku."Loh ngapain kamu di sini?" Tanyanya sambil melirik Irpan dan Ayah dengan tatapan meremehkan."S-saya hanya--" "Wah jangan-jangan kamu mengikuti saya sampai kesini. Nyesel ya! Kemarin-kemarin nolak tawaran saya" goda Pak Nano dengan senyuman yang menjijikan.Dalam hati aku langsung amit-amit tujuh turunan, tanjakan dan tikungan.Pak Nano adalah seorang bos pabrik garmen di kampungku, beliau memang terkenal memiliki banyak simpanan dan suka mempermainkan wanita. Aku juga tidak tahu kenapa Tuhan menciptakan makhluk jenglot sepertinya apalagi sekarang pria bandot itu malah mengincarku untuk di jadikan sebagai wanita simpanannya."Maaf Pak Saya--" belum selesai aku melanjutkan ucapanku, pria paruh baya itu dengan geernya menujukan bahwa aku mau menjadi wanita simpanan."Gak usah sok jual mahal lagi Put.
DIKIRA KANG CENDOL BIASA TERNYATA MILIARDER Hari ini adalah hari dimana acara resepsi tujuh bulanan Mbak Puspa sekaligus resep pernikahanku dan Kang Irpan.Di laksanakan di gedung hotel bintang lima. Saat ini aku tengah berada di kamar untuk di dandani."Assalamualaikum" ucap Mbak Puspa saat masuk kedalam kamar ini."Waalaikumsalam" sahutku."Aduh cantik banget ini mantennya. Kayaknya si irpan kebagusan punya istri kaya kamu Put" puji mbak Puspa."Ah bisa aja, Mbak juga cantik banget." pujiku."Fan, lu pake pelet apaan sampe si Putri kesirep jadi bini lu?" tanya Mbak Puspa."Semar mesem Mbak" ceplosnya."Put, besok mbak anterin ke ustadz. Biar kamu nanti di ruqiyah di sana," ucap Mbak Puspa, aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya."Astaghfirullah, Mbak kayaknya udah ketularan resek sama si cempek." Cibir Irpan." Irpan, Bang Adnan bukan cepmek" perintah mbak Puspa."Gak mau ah, kalau mbak resek aku bakalan bilang cepmek" kekeh irpan."Sayang, kok ada di sini?" tanya Bang Adnan yang
DIKIRA KANG CENDOL BIASA TERNYATA MILIARDER Hari ini adalah hari dimana acara resepsi tujuh bulanan Mbak Puspa sekaligus resep pernikahanku dan Kang Irpan.Di laksanakan di gedung hotel bintang lima. Saat ini aku tengah berada di kamar untuk di dandani."Assalamualaikum" ucap Mbak Puspa saat masuk kedalam kamar ini."Waalaikumsalam" sahutku."Aduh cantik banget ini mantennya. Kayaknya si irpan kebagusan punya istri kaya kamu Put" puji mbak Puspa."Ah bisa aja, Mbak juga cantik banget." pujiku."Fan, lu pake pelet apaan sampe si Putri kesirep jadi bini lu?" tanya Mbak Puspa."Semar mesem Mbak" ceplosnya."Put, besok mbak anterin ke ustadz. Biar kamu nanti di ruqiyah di sana," ucap Mbak Puspa, aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya."Astaghfirullah, Mbak kayaknya udah ketularan resek sama si cempek." Cibir Irpan." Irpan, Bang Adnan bukan cepmek" perintah mbak Puspa."Gak mau ah, kalau mbak resek aku bakalan bilang cepmek" kekeh irpan."Sayang, kok ada di sini?" tanya Bang Adnan yang
"Telur mata sapi lagi, Dek?." Tanyaku pada Aisyah~istriku." Iya, Mas."Jawabannya."Apa tidak ada lauk yang lain?.""Tidak ada. Mas, hanya ada telur itu saja, yang bisa kita makan untuk sehari-hari." Jawab Aisyah dengan menundukkan kepala-nya, namun masih dapat ku lihat binar air mata berkaca-kaca di pelupuk matanya.Melihat itu. Aku jadi merutuki kebodohan ku sendiri, suami macam apa aku ini, menginginkan makanan yang enak, tapi tidak bisa memberikan nafkah yang cukup untuk istrinya."Maaf, Syah. Aku terlalu banyak menuntutmu, sedangkan kamu saja tidak pernah protes, dan marah dengan nafkah 20 ribu/sehari yang ku berikan.""Tidak apa-apa, Mas. Aku mengerti kamu pasti bosan dengan makan telur mata sapi ini setiap hari." Ucap Aisyah. Dia adalah sosok istri yang soleha bagiku.Namaku Ryan. Sudah 10 tahun lamanya. Aku menikah dengan Aisyah. Namun kami masih belum juga di anugerahi seorang anak.Tuhan, mungkin belum bisa memercayainya pada kami, untuk memiliki seorang mahluk kecil, sedang
Pov Aisyah"Apa ibu sudah tak waras, Ryan ini sudah punya istri, Bu.""Ibu tahu, ibu tak akan meminta kamu menceraikan Aisyah, tapi dalam agama laki-laki boleh memiliki istri lebih dari satu bukan, maka ibu ingin kamu menikahi Marni. Demi ibu, Ryan" Bujuk Bu Harti, yang terus merayu putranya, untuk mau menikahi Marni, ia tidak akan menyerah sebelum keinginannya terpenuhi."Aisyah kamu izinkan dan rayu, Ryan. Untuk menikahi Marni" Ujar Ibu mertua. Tak salahkah ia meminta ku untuk membujuk suami sendiri menikahi wanita lain.Aisyah menatap ibu mertuanya, terpana atas apa yang baru saja ia dengar dari mulut wanita paruh baya itu, dadanya seperti di hujam oleh seribu pedang, begitu sesak ia tidak bisa menahan lagi air mata yang sedari tadi ingin di kelurkan.Tanpa sadar kedua kakinya melangkah membawa tubuhnya meninggalkan suami dan ibu mertua yang masih terpaku di tempat.***"Lihat istrimu Ryan. Aisyah sudah tidak lagi menghargai ibu." Ujar Ibuku kesal, aku yang baru masuk ke dalam kama
Dulu ia selalu menyakiti wanita yang begitu tulus dan menghormatinya, ia bahkan tak memikirkan perasaan wanita itu saat meminta sang putranya menikah lagi.'Ya aku pantas untuk mendapatkan ini semua'batin bu Harti."Sudah pak bawa mereka!"Titah Bu Nina."Mikeee! Tolong abang Mikee."Mohon Pan Anton."Bang, seperti aku sudah ga bisa jadi istrimu lagi. Kita berpisah saja"Ucap Mikee wanita itu malah pergi meninggalkan Pan Anton, yang mematung.Wajah melas itu sekarang kembali menatap Bu Harti."Bu. Tolong bapak, bu. Tolong lepaskan bapak nanti ya"Pinta Pan Anton."Tadi kau menghinaku dan memiliki wanita j a l a n g itu, sekarang dengan tak tahu malu mau ku bebaskan. Jangan harap!"Ucap Bu Harti."Jangan kebanyakan drama. Sudah bawa sana pak.___Assalamualaikum...Buat sahabat Novel Lutviana, terimakasih sudah bergabung, salam kenal ya, boleh tuker nomor WA 085772683317 japri ya n
Wajah Rani yang ketakutan seketika cerah kembali, ia mencoba melawan rasa takutnya."Silahkan laporkan saja. Saya juga akan melaporkan suami ibu"Ujar Rani dengan angkuhnya.Ruan menggeleng kepalanya, tak mengira adik tirinya yang selama ini di anggap polos, ternyata seperti orang yang sudah banyak pengalaman melawan para istri dari lelaki bersuami."Kalau sampai kami di penjara, suami ibu juga akan masuk penjara. Apa ibu mau jadi janda, hah?" Timpal Rini."Kalian mau ngancam saya? Hahaaa saya mana perduli, dengan suami bej@t yang sudah meniduri kalian. Saya lebih baik menjanda dari pada hidup dengan pria samp@h seperti itu" Tegas Bu Nina."Bagaimana ini kak?" lirih Rini pada Rani."Kakak juga ga tahu"Jawab Rani."Aku ga mau masuk penjara" Rini ketakutan setengah mati saat membayangkan dirinya di dalam penjara nanti."Ini semua gara-gara bapak" Ucap Rani.Kedua gadis itu memandang bapaknya dengan pe
Sampainya Ryan di rumah Aisyah yang dulu. Di sana sudah ada kejadian ribut-ribut, seorang ibu paruh baya menjambak kasar rambut Rani, wanita itu membabi buta memukul dan menghantam tubuh kecil Rani.."Boneka kecil j a l a n g!"Teriak Wanita itu yang ternyata bermana Bu Nina."Arrggg lepaskan"Ujar Rani kesakitan. ia mencoba melepaskan genggaman tangan Bu Nina dari rambutnya.Ryan segera berlari menghampiri mereka."Ada apa ini, Bu?"Tanya Ryan, yang langsung melerai keduanya.Bu Nina melepaskan genggamannya, napasnya turun naik"J a l a n g s i a l a n, masih muda sudah m u r a h a n. Dasar wanita ga laku "Ucap Bu Nina menggebu-gebu.Rani yang tak terima langsung membalas ucapan pedas Bu Nina."Heh, Bu. Jangan salahkan saya dong, harusnya ibu ngaca, body ibu ini sudah seperti karung beras, dekil dan kumel. Ya jelas suami ibu kecantol sama saya yang masih muda"Ejek Rani.Wanita paruh baya itu semakin kesal, ia
Saat Rama membawa masuk Ryan ke dalam rumahnya. Lelaki itu terpaku, pada saat menatap apa yang tengah di lihatnya sekarang."Aisyah.."Panggil Ryan.Semua yang berada di meja itu m yadengan, termasuk Aisyah.Ryan tersenyum, menatap wajah Aisyah yang hari ini begitu sangat-sangat cantik.Ia menyadari seberapa bodohnya dia, sudah meninggalkan mantan istrinya itu.Rama yang menyadari tatapan itu tak suka. "Cepat, apa yang mau kamu sampaikan pada istriku? "Bolehkah aku hanya berdua dengannya? Sungguh aku tak akan berbuat macam-macam"Ucap Ryan.Rama yang merasa geram. Ia hampir menonjok pipi Ryan, namun di cegah oleh teriakan Aisyah."Mas, jangan...."Cegah Aisyah lalu beralih menatap Ryan"Dan kamu. Maaf saya tidak bisa jika hanya berbicara berdua, karena kita bukan muhrim. Kalau mau berbicara denganku maka ucapkan di sini, di hadapan suami dan keluarga baruku, atau tidak sama sekali."Tegas Aisyah.
Selamat pagi Kio tampan" Sapa Aisyah saat melihat bocah gembul itu, baru saja keluar dari kamarnya."Ayo makan sarapannya dulu, sayang"Seru Aisyah.Kio yang sudah rapi dengan pakaian seragamnya, berjalan ke arah meja makan."Papa sama nenek belum keluar, Mah?"Tanya Kio."Sebentar lagi" Jawab Aisyah.Tak lama Rama, dan Bu Puspa keluar dari kamar mereka masing-masing."Aduh, cucu nenek sudah tampan"Ucap Bu Sarah."Aduh bidadari surganya Rama, cantik banget hari ini."Goda Rama. Semejak menikah dengan Aisyah hidupnya begitu berwarna, tak ada hari tanpa gombalan dan godaan untuk istrinya itu."Papa nih, pagi-pagi sudah gemblong"Ucap Kio dan itu membuat Aisyah dan Puspa tertawa."Bukan gemblong sayang, tapi gombal" Larat Aisyah. Lalu mereka duduk di kursinya yang seperti biasa, semua sudah mulai memakan makanannya dengan lahap, kecuali Aisyah. Wanita itu tak makan bahkan tak minum sama sekali hari i
"Bapak!..."Jerit Rani dan Rini."Kamu pembunuhan!" Mereka menatap tajam wajah Ryan."Sudah lebih baik kita obati dulu. Ayo bantu ibu, kita bawa ke kamar"Titah Bu Harti.Marni yang mendengarnya langsung mencegah mereka" Ett... Mau ke kamar? Tidak bisa, kalian harus segera pergi dari rumahku."Ujar Marni."Dasar kakak ipar jahan@m! Tak punya hati kau mengusir kami, dengan kondisi yang bapak seperti ini"Umpat Rani dan Rini."Bodo amat. Aku tidak perduli dengan tua bangk@ itu, yang jelas kalian harus keluar sekarang!"Ucap Marni dengan angkuh.Ryan langsung mendekat pada sang istri, ia memenangkannya."Sayang, biarkan mereka mengobatinya terlebih dahulu. Jika dia mati aku pasti akan di penjara, dan tak bisa bersama kamu lagi"Ucap Ryan, sebenarnya ia juga takut jika kejadian ini di laporkan pada polisi, ia memang salah, karena sudah lepas kontrol tubuhnya."Baiklah. Aku beri waktu kalian 3 jam dari sekar
Tanpa aba-aba Ryan langsung berlari, ia tak ingin terjadi sesuatu di antara keluarganya.Walaupun saat ini ia berat untuk melangkah, karena nantinya akan sulit sekali bertemu kembali dengan mantan istrinya.Namun yang terpenting saat ini adalah keluarga, sebab Ryan tak ingin hidupnya hancur untuk kedua kalinya."Hentikan! " Teriak Ryan. Saat ia sampai di kediaman Marni.Di sana Rani dan Rini, rambut mereka begitu terlihat kusut, tak jauh beda dengan Marni, penampilannya sekarang begitu kacau."Sebenarnya ada apa, ini? Kenapa kalian bisa ribut-ributan kaya gini?""Adik tirimu yang tidak tahu diri itu, telah mencuri perhiasanku."Ucap Marni."Kami tidak mencurinya, kami hanya meminjamnya sebentar, tapi mbak marni langsung menuduh kami pencuri"Jelas Rani dan Rini."Benar itu, lagian sekarang apa yang kamu miliki, itu juga milik kami, karena kami sebagai keluarga dari suamimu, jadi sah-sah saja, kalau kami
Pagi harinya Rama keluar kamar dengan rambut basahnya."Bagaimana tadi malam?" Tanya Bu Puspa. Membuat tubuh Aisyah menegang."Puas, Bu. Mengerjai anak ibu sendiri" Jawab Rama membuat Aisyah merona."Ibu doakan semoga Aisyah segera cepat mengandung""Aamiin" Sahut Rama. Namun Aisyah hanya menjawab dengan suara lirih."Papa..." Panggil Kio.Anak itu berlari memeluk Papanya."Papa, semalam kata nenek. Papa mau bikin adek buat Kio ya? Terus sekarang mana adeknya?" Tanya bocah itu."Kan butuh proses sayang. Nanti Papa usahakan lebih giat lagi, sama mamah?" Ucap Rama sambil mengedipkan satu matanya oada Aisyah."Mamah? Jadi tante Aisyah sekarang jadi mamah aku?. Asyik!!" Teriak Kio kesenangan."Iya sekarang Kio panggilnya jangan tante lagi, tapi mamah. Kio juga harus jadi anak mamah yang baik ya" Tutur lembut Bu Pusp dan Adnan pada cucunya.____________"Ayo jagoan kita b
"Bu...." Panggil Ryan menghampiri sang ibu yang menangis di dalam kamarnya."Ngapain kamu kesini? Jangan perdulikan ibu lagi, kamu urus aja istrimu itu "Sentak Bu Harti, Ia masih kecewa pada putranya."Bu, aku minta maaf. Kalau aku sudah menyakiti hatimu, tapi ibu juga salah, seharusnya ibu jangan menampar Marni. Dia tengah mengandung cucu ibu. Ibu jangan kasar sama dia" Ujar Ryan.Bu Harti semakin kecewa mendengar ucapan ulang putranya. Ternyata anaknya lebih percaya kepada istrinya daripada ibunya sendiri.Kamu masih mengira ibu berbohong. Dasar anak durhaka! Bagaimana bisa kamu tidak mempercayai ibumu sendiri, dan lebih mempercayai istri licikmu" Tuding Bu Harti."Kenapa ibu bilang seperti itu? Padahal selama ini aku selalu menuruti semua keinginan ibu, bahkan aku juga rela kehilangan aisyah, gara-gara ibu yang menginginkan marni untuk menjadi menantu ibu satu-satunya, ibu yang memaksa aku menikah dengan marni, jadi aku tak i