Pov Putri Di malam takbiranGema takbir kian ramai terdengar. Riuhnya orang menabuh bedug dan berkeliling menyuarakan takbir, hilir mudik di jalan depan rumah. Beberapa rombongan berpawai dengan berjalan kaki, dan masing-masing membawa obor yang menyala. Beberapa rombongan yang lain berkonvoi dengan sepeda motor dan kendaraan beroda empat."Berarti benar dia pelakunya?" tanya Bang Adnan pada Irpan.'Pelaku? Apa yang mereka tengah bicarakan?' tanyaku dalam hati."Benar, dan orang di balik dalang semua ini adalah Bu Dahlia" jawab Irpan."Bu Dahlia?" tanya Bang Adnan dengan raut wajah bingung."Bu Dahlia. Emaknya si ulat bulu itu, ternyata mereka yang selama ini sudah memakan setengah gaji para karyawan" ucap Irpan.Aku lihat kilatan amarah terdapat di kedua mata Bang Adnan. Pria itu mengepalkan kedua tangannya menandakan dia benar-benar marah."Sejak kapan mereka melakukan ini? Berapa banyak uang gaji karyawan yang mereka makan setiap bulannya?" Tanya Bang Adnan penuh dengan penekanan.
Setelah menyelesaikan shalat subuh berjamaah. Aku dan Mbak Puspa segera memanaskan masakan yang sudah kami buat kemarin sore. Kami juga menyiapkan hampers yang isinya perkuehan dan bahan sembako untuk di bagikan kepada warga setelah shalat idul Fitri nanti.Kebetulan rumahku memang tidak jauh juga dari masjid, hanya butuh sepuluh menit berjalan kaki dari sini ke sana. Jadi setelah bubar nanti pastinya para warga melewati rumahku.Setelah memanaskan masakan, dan membersihkan rumah. Aku dan Mbak Puspa bersiap-siap mengambil wudhu lagi sementara Ayah, Irpan, dan Bang Adnan sudah rapi dengan sarung, peci, dan kokoh-nya masing-masing."Pak Ridwan, itu hampers banyak banget mau ada banyak tamu ya?" tanya Ibu-ibu yang sudah mengenakan mukena untuk melaksanakan sholat idul Fitri."Ah enggak ada tamu. Ini hampers untuk di bagi-bagi sama warga habis shalat idul Fitri Bu" jawab Ayah."Wah!" Seru ibu-ibu itu dengan mata berbinar."Mari ibu-ibu kita segerakan ke masjidnya" ajak Ayah.Kami semua ber
"Putri" tiba-tiba suara seorang pria paruh baya memanggilku dari belakang."P-pak Nano" cicitku."Loh ngapain kamu di sini?" Tanyanya sambil melirik Irpan dan Ayah dengan tatapan meremehkan."S-saya hanya--" "Wah jangan-jangan kamu mengikuti saya sampai kesini. Nyesel ya! Kemarin-kemarin nolak tawaran saya" goda Pak Nano dengan senyuman yang menjijikan.Dalam hati aku langsung amit-amit tujuh turunan, tanjakan dan tikungan.Pak Nano adalah seorang bos pabrik garmen di kampungku, beliau memang terkenal memiliki banyak simpanan dan suka mempermainkan wanita. Aku juga tidak tahu kenapa Tuhan menciptakan makhluk jenglot sepertinya apalagi sekarang pria bandot itu malah mengincarku untuk di jadikan sebagai wanita simpanannya."Maaf Pak Saya--" belum selesai aku melanjutkan ucapanku, pria paruh baya itu dengan geernya menujukan bahwa aku mau menjadi wanita simpanan."Gak usah sok jual mahal lagi Put.
DIKIRA KANG CENDOL BIASA TERNYATA MILIARDER Hari ini adalah hari dimana acara resepsi tujuh bulanan Mbak Puspa sekaligus resep pernikahanku dan Kang Irpan.Di laksanakan di gedung hotel bintang lima. Saat ini aku tengah berada di kamar untuk di dandani."Assalamualaikum" ucap Mbak Puspa saat masuk kedalam kamar ini."Waalaikumsalam" sahutku."Aduh cantik banget ini mantennya. Kayaknya si irpan kebagusan punya istri kaya kamu Put" puji mbak Puspa."Ah bisa aja, Mbak juga cantik banget." pujiku."Fan, lu pake pelet apaan sampe si Putri kesirep jadi bini lu?" tanya Mbak Puspa."Semar mesem Mbak" ceplosnya."Put, besok mbak anterin ke ustadz. Biar kamu nanti di ruqiyah di sana," ucap Mbak Puspa, aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya."Astaghfirullah, Mbak kayaknya udah ketularan resek sama si cempek." Cibir Irpan." Irpan, Bang Adnan bukan cepmek" perintah mbak Puspa."Gak mau ah, kalau mbak resek aku bakalan bilang cepmek" kekeh irpan."Sayang, kok ada di sini?" tanya Bang Adnan yang
DIKIRA KANG CENDOL BIASA TERNYATA MILIARDER Hari ini adalah hari dimana acara resepsi tujuh bulanan Mbak Puspa sekaligus resep pernikahanku dan Kang Irpan.Di laksanakan di gedung hotel bintang lima. Saat ini aku tengah berada di kamar untuk di dandani."Assalamualaikum" ucap Mbak Puspa saat masuk kedalam kamar ini."Waalaikumsalam" sahutku."Aduh cantik banget ini mantennya. Kayaknya si irpan kebagusan punya istri kaya kamu Put" puji mbak Puspa."Ah bisa aja, Mbak juga cantik banget." pujiku."Fan, lu pake pelet apaan sampe si Putri kesirep jadi bini lu?" tanya Mbak Puspa."Semar mesem Mbak" ceplosnya."Put, besok mbak anterin ke ustadz. Biar kamu nanti di ruqiyah di sana," ucap Mbak Puspa, aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya."Astaghfirullah, Mbak kayaknya udah ketularan resek sama si cempek." Cibir Irpan." Irpan, Bang Adnan bukan cepmek" perintah mbak Puspa."Gak mau ah, kalau mbak resek aku bakalan bilang cepmek" kekeh irpan."Sayang, kok ada di sini?" tanya Bang Adnan yang
"Telur mata sapi lagi, Dek?." Tanyaku pada Aisyah~istriku." Iya, Mas."Jawabannya."Apa tidak ada lauk yang lain?.""Tidak ada. Mas, hanya ada telur itu saja, yang bisa kita makan untuk sehari-hari." Jawab Aisyah dengan menundukkan kepala-nya, namun masih dapat ku lihat binar air mata berkaca-kaca di pelupuk matanya.Melihat itu. Aku jadi merutuki kebodohan ku sendiri, suami macam apa aku ini, menginginkan makanan yang enak, tapi tidak bisa memberikan nafkah yang cukup untuk istrinya."Maaf, Syah. Aku terlalu banyak menuntutmu, sedangkan kamu saja tidak pernah protes, dan marah dengan nafkah 20 ribu/sehari yang ku berikan.""Tidak apa-apa, Mas. Aku mengerti kamu pasti bosan dengan makan telur mata sapi ini setiap hari." Ucap Aisyah. Dia adalah sosok istri yang soleha bagiku.Namaku Ryan. Sudah 10 tahun lamanya. Aku menikah dengan Aisyah. Namun kami masih belum juga di anugerahi seorang anak.Tuhan, mungkin belum bisa memercayainya pada kami, untuk memiliki seorang mahluk kecil, sedang
Pov Aisyah"Apa ibu sudah tak waras, Ryan ini sudah punya istri, Bu.""Ibu tahu, ibu tak akan meminta kamu menceraikan Aisyah, tapi dalam agama laki-laki boleh memiliki istri lebih dari satu bukan, maka ibu ingin kamu menikahi Marni. Demi ibu, Ryan" Bujuk Bu Harti, yang terus merayu putranya, untuk mau menikahi Marni, ia tidak akan menyerah sebelum keinginannya terpenuhi."Aisyah kamu izinkan dan rayu, Ryan. Untuk menikahi Marni" Ujar Ibu mertua. Tak salahkah ia meminta ku untuk membujuk suami sendiri menikahi wanita lain.Aisyah menatap ibu mertuanya, terpana atas apa yang baru saja ia dengar dari mulut wanita paruh baya itu, dadanya seperti di hujam oleh seribu pedang, begitu sesak ia tidak bisa menahan lagi air mata yang sedari tadi ingin di kelurkan.Tanpa sadar kedua kakinya melangkah membawa tubuhnya meninggalkan suami dan ibu mertua yang masih terpaku di tempat.***"Lihat istrimu Ryan. Aisyah sudah tidak lagi menghargai ibu." Ujar Ibuku kesal, aku yang baru masuk ke dalam kama
Namaku Siti Aisyahrani. Aku terlahir dari keluarga sederhana kedua orang tua ku sudah tiada sepuluh tahun yang lalu, tepat di hari pernikahan ku dan Mas Ryan.Mas Ryan bekerja sebagai kuli bangunan di sebuah proyek, gajinya sehari hanya 120 ribu yang selalu di bayar dalam satu minggu sekali, namun aku hanya menerima 140 ribu dari gaji suamiku, lalu sisanya kalian tahu sendiri, uang itu sudah di kuasai oleh Ibu mertuaku. Mas Ryan adalah anak tunggal dari ibunya, dia yang menjadi tulang punggung.Ibu mertua yang sudah menikah lagi, dengan duda anak dua juga menjadi tanggung jawab suamiku, dia harus memenuhi kebutuhan keluarga baru ibunya.Maka dari itu ibu mertua selalu terlebih dahulu menguasai gaji putranya, untuk kebutuhan suami serta anak tirinya.Sementara suamiku hanya di beri 140 ribu dari gajinya, dan uang itu selalu di berikan semua padaku untuk makan kami selama seminggu."Maaf. Dek, ini sisa gaji mas, ibu sudah mengambilnya terlebih dahulu. Mas hanya di beri oleh ibu 140 rib