DIKIRA KANG CENDOL BIASA TERNYATA MILIARDER Hari ini adalah hari dimana acara resepsi tujuh bulanan Mbak Puspa sekaligus resep pernikahanku dan Kang Irpan.Di laksanakan di gedung hotel bintang lima. Saat ini aku tengah berada di kamar untuk di dandani."Assalamualaikum" ucap Mbak Puspa saat masuk kedalam kamar ini."Waalaikumsalam" sahutku."Aduh cantik banget ini mantennya. Kayaknya si irpan kebagusan punya istri kaya kamu Put" puji mbak Puspa."Ah bisa aja, Mbak juga cantik banget." pujiku."Fan, lu pake pelet apaan sampe si Putri kesirep jadi bini lu?" tanya Mbak Puspa."Semar mesem Mbak" ceplosnya."Put, besok mbak anterin ke ustadz. Biar kamu nanti di ruqiyah di sana," ucap Mbak Puspa, aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya."Astaghfirullah, Mbak kayaknya udah ketularan resek sama si cempek." Cibir Irpan." Irpan, Bang Adnan bukan cepmek" perintah mbak Puspa."Gak mau ah, kalau mbak resek aku bakalan bilang cepmek" kekeh irpan."Sayang, kok ada di sini?" tanya Bang Adnan yang
"Telur mata sapi lagi, Dek?." Tanyaku pada Aisyah~istriku." Iya, Mas."Jawabannya."Apa tidak ada lauk yang lain?.""Tidak ada. Mas, hanya ada telur itu saja, yang bisa kita makan untuk sehari-hari." Jawab Aisyah dengan menundukkan kepala-nya, namun masih dapat ku lihat binar air mata berkaca-kaca di pelupuk matanya.Melihat itu. Aku jadi merutuki kebodohan ku sendiri, suami macam apa aku ini, menginginkan makanan yang enak, tapi tidak bisa memberikan nafkah yang cukup untuk istrinya."Maaf, Syah. Aku terlalu banyak menuntutmu, sedangkan kamu saja tidak pernah protes, dan marah dengan nafkah 20 ribu/sehari yang ku berikan.""Tidak apa-apa, Mas. Aku mengerti kamu pasti bosan dengan makan telur mata sapi ini setiap hari." Ucap Aisyah. Dia adalah sosok istri yang soleha bagiku.Namaku Ryan. Sudah 10 tahun lamanya. Aku menikah dengan Aisyah. Namun kami masih belum juga di anugerahi seorang anak.Tuhan, mungkin belum bisa memercayainya pada kami, untuk memiliki seorang mahluk kecil, sedang
Pov Aisyah"Apa ibu sudah tak waras, Ryan ini sudah punya istri, Bu.""Ibu tahu, ibu tak akan meminta kamu menceraikan Aisyah, tapi dalam agama laki-laki boleh memiliki istri lebih dari satu bukan, maka ibu ingin kamu menikahi Marni. Demi ibu, Ryan" Bujuk Bu Harti, yang terus merayu putranya, untuk mau menikahi Marni, ia tidak akan menyerah sebelum keinginannya terpenuhi."Aisyah kamu izinkan dan rayu, Ryan. Untuk menikahi Marni" Ujar Ibu mertua. Tak salahkah ia meminta ku untuk membujuk suami sendiri menikahi wanita lain.Aisyah menatap ibu mertuanya, terpana atas apa yang baru saja ia dengar dari mulut wanita paruh baya itu, dadanya seperti di hujam oleh seribu pedang, begitu sesak ia tidak bisa menahan lagi air mata yang sedari tadi ingin di kelurkan.Tanpa sadar kedua kakinya melangkah membawa tubuhnya meninggalkan suami dan ibu mertua yang masih terpaku di tempat.***"Lihat istrimu Ryan. Aisyah sudah tidak lagi menghargai ibu." Ujar Ibuku kesal, aku yang baru masuk ke dalam kama
Namaku Siti Aisyahrani. Aku terlahir dari keluarga sederhana kedua orang tua ku sudah tiada sepuluh tahun yang lalu, tepat di hari pernikahan ku dan Mas Ryan.Mas Ryan bekerja sebagai kuli bangunan di sebuah proyek, gajinya sehari hanya 120 ribu yang selalu di bayar dalam satu minggu sekali, namun aku hanya menerima 140 ribu dari gaji suamiku, lalu sisanya kalian tahu sendiri, uang itu sudah di kuasai oleh Ibu mertuaku. Mas Ryan adalah anak tunggal dari ibunya, dia yang menjadi tulang punggung.Ibu mertua yang sudah menikah lagi, dengan duda anak dua juga menjadi tanggung jawab suamiku, dia harus memenuhi kebutuhan keluarga baru ibunya.Maka dari itu ibu mertua selalu terlebih dahulu menguasai gaji putranya, untuk kebutuhan suami serta anak tirinya.Sementara suamiku hanya di beri 140 ribu dari gajinya, dan uang itu selalu di berikan semua padaku untuk makan kami selama seminggu."Maaf. Dek, ini sisa gaji mas, ibu sudah mengambilnya terlebih dahulu. Mas hanya di beri oleh ibu 140 rib
Dengan aku yang meninggalkan mereka seperti ini pasti ibu mertua akan marah, tapi hatiku pun sudah tak kuat mendengar apalagi sampai membayangkan hal itu terjadi."Lihat istrimu Ryan. Aisyah sudah tidak lagi menghargai ibu." Ujar Ibu mertua dengan nada begitu emosi.Kedua ibu dan anak itu terus berdebat. Ibu mertua tetap kekeh ingin putranya menikahi janda kaya itu, namun suamiku menolak dengan tegas, sehingga ibu malah menyalahkan aku, gara-gara menantu miskinnya ini putranya menjadi durkaha padanya.'Apakah? aku harus mengalah lagi, dan lagi, membiarkan suamiku menikah dengan wanita lain.'Apakah aku akan kuat atau justru malah tersiksa dan akhirnya mundur.Tak mau di anggap suamiku menjadi durhaka karena istrinya, dengan berat hati, aku mengizinkannya untuk menikah lagi, ini demi bakti dan untuk kebahagiaannya.Wajah ibu mertua langsung berseri, ia tersenyum penuh kemenangan, alasan penolakan dari Mas Ryan sudah tak bisa
Pernikahan Ryan pun berjalan dengan lancar. Aisyah tersenyum getir saat menyaksikannya, sungguh sebenarnya, ia tidak kuat menghadapi kenyataan bahwa dia bukan lagi satu-satunya istri dari suaminya."Akhirnya kamu jadi menantu ibu juga. Marni," Ujar Ibu Harti. Ia begitu bahagia saat ini."Selamat ya. Bu Harti roman-romannya sebentar lagi jadi orang kaya nih" Ucap Ibu-ibu yang tengah menyalami pengantin serta kedua keluarga nya."Ibu-ibu bisa aja. Marni ini menantu nantinya bakal menjadi kesayangan saya. Bu," Ujar Bu Harti.Marni yang mendengarnya hanya tersenyum sipu, dia menatap Ryan yang di sampingnya, dengan tatapan memuja, melihat itu ada rasa cemburu di hati Aisyah."Terus Aisyah gimana? Dia kan sudah banyak berkorban untuk kalian, kasihan loh Bu. Si Aisyah nga di anggap,""Halah dia itu menantu tidak berguna, tidak bisa ngasih apa-apa sama mertuanya, nih lihat menantu saya yang ini, baru nikah saja. Marni sudah kas
"Kok malah asyik ngobrol?. Kapan selesainya? Itu juga tamu-tamu besar di depan, kasih kue atau aoa?," Ucap Bu Harti. Ia sengaja kebelakang untuk memantau pekerjaan Aisyah."I-ya, Bu." Aisyah langsung dengan cekatan mencuci semua bekas piring dan gelas kotor di wastafel, sementara Alifah sahabatnya terus memandang Bu Harti tajam, lalu berlalu pergi.Aisyah beranjak mengambil satu persatu jenis kue-kue, lalu di tarus di atas beberapa piring, dengan segera dia mengantarnya ke depan sana, untuk di suguhkan pada para undangan.Aisyah berjalan ke depan, semua mata tamu undangan menyaksikan dengan menatapnya iba.Ryan yang melihatnya merasa geram. Dia menatap tajam ka arah ibu serta bapak dan saudara tirinya, Wajah mereka sama sekali tidak ada rasa bersalah, manusia macam apa mereka ini?."Aisyah. Apa yang kamu lakukan, hah?" Tanya Ryan. Ia turun dari pelaminan dan mengahampiri istri pertamanya."Mas. A-ku, "
"Ryannnnnn!Teriak Ibu Harti pada putranya."Lancang, kenapa kamu ada di sini?"Tanyanya."Kenapa? Kenapa aku ada di kamar bersama istriku sendiri? Pertanyaan macam apa itu, Bu." Tanya balik Ryan."Aisyah memang istri kamu, tapi kamu juga memiliki istri yang lain, apalagi kalian baru menikah. Apa kamu tidak kasihan? Meninggalkan Marni sendirian di malam pertama kalian" Saat Ryan akan membatah ucapan ibunya Aisyah menggenggam tangan suaminya untuk diam, dan menurut."Mas. Benar apa yang di katakan ibu," Ucap Aisyah.Ryan semakin tak percaya, bahwa istrinya malah mendukung ibunya yang meminta suaminya untuk tidur dengan wanita lain.Apakah istrinya sudah tak mencintainya? Apakah setelah ini dia akan merencanakan untuk meninggalkannya? Ryan bisa gila jika terus memikirkannya.Lagi-lagi Ryan harus menuruti keinginan ibunya, padahal Ryan sudah beberapa kali menolak dan membantah, namun istri malah mendukung untuk Ryan turuti kemauan ibunya.Ryan kembali ke kamar pengantin, tanpa ia sadar M