Home / Romansa / PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia) / 08. Bersembunyi Di Balik Rahasia

Share

08. Bersembunyi Di Balik Rahasia

Author: Psychopath Tender
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

    Melupakan itu mudah, yang sulit itu membiasakan diri dengan hal yang berbeda. Mengubah sandaran kemudian beradaptasi untuk menemukan zona nyaman. Berjuang memang tidak pernah semudah yang direncanakan.

***

Perjalanan dilanjutkan dengan berdoa ke kuil, seperti yang selalu Lisa lakukan, dia akan memasukan beberapa koin, menepuk tangannya tiga kali dan mulai berdoa secara khidmat. Banyak keinginan yang ia panjatkan pada tuhan, karena dia ingin semuanya berjalan baik-baik saja.

Jika tak sesuai dengan keinginannya, setidaknya Lisa tahu, kalau yang ia panjatkan itu tepat di sisi Tuhan. Lisa masih terdiam cukup lama, meski doa yang ia tujukan pada Kami-sama telah selesai hampir lima belas menit yang lalu. Kemudian dia pun menyingkir ke pohon besar dekat kuil yang menawarkan kesegaran di bawah terik matahari yang bisa membakar siapa saja dan duduk bersandar pada batangnya.

Si pemilik lensa mata cokelat itu merogoh ponsel merah di saku rok seragamnya, melihat sebentar pada wallpaper ponsel yang menampilkan sesosok wajah dari seorang pemuda yang sedang membaca buku dengan raut wajah serius. Saat itu, dia mengambil foto ini secara diam-diam di perpustakaan.

"Aku sangat menyukaimu, Dino-kun," ucap sang gadis sambil menahan napas. Kesadarannya mulai melayang jauh, gadis itu terbaring sendirian di bawah pohon dekat kuil karena kelelahan. "Aku sangat ... menyukaimu."

    ***

    "Apa tak apa-apa jika aku pulang bersama denganmu, Dino-kun? Bagaimana dengan Lisa?"

    Si gadis bersurai hitam memandang ragu pada pemuda yang ada di depannya, pada pemuda yang tengah menunggunya dengan sepeda yang berada di samping ia berdiri.

    "Kau selalu memikirkan dia," geram Dino tak suka. Ia berdecak lidah beberapa kali dengan ekspresi kesal. "Memangnya aku perlu izin dia dulu untuk membawamu pulang?"

    "T-tapi, aku rasa ini terlalu ...." Rosa berhenti sebentar sebelum melanjutkan, "salah."

    Tatapan gadis itu menatap lurus ke langit sore yang hampir menggelap karena menjelang malam. Pulang dengan kekasih orang lain tanpa sepengetahuannya adalah tindakan dosa, dan Rosa sedang melakukan dosa.

    "Toh, Lisa sendiri sudah tahu, 'kan? Berhenti memikirkan dia saat sedang bersamaku," jelas Dino pada akhirnya. Pemuda itu mendapati keraguan di wajah Rosa, ia pun memutar matanya bosan. Entah sudah berapa kali ia merasa kesal dengan pertanyaan itu.

    Rosa masih menunjukkan keraguannya melalui tatapan mata yang ia arahkan kepada Dino. Jelas dia tak bisa menampik perasaan bahagianya saat ini, sebab bisa pulang berduaan dengan pemuda yang dicintainya, tapi seperti yang sempat ia katakan tadi, ini terlalu salah.

    Bukanlah suatu kebenaran jika pulang bersama dengan kekasih sahabatmu. Kekasihnya yang sangat kau cintai, kekasihnya yang juga sangat mencintaimu.

    Tapi, apa yang salah dengan ini? Mereka sama-sama mencintai.

    Rosa tertunduk sebentar, menggumamkan permintaan maaf dari lubuk hatinya yang paling dalam untuk Lisa dan berharap tak akan ada keraguan lagi setelah ini. "Untuk kali ini saja, Lisa-chan. Maafkan aku yang telah meminjam Dino-kun walau hanya sebentar," bisiknya bagai melafalkan mantra.

    Sesaat kemudian, Rosa mengangguk mantap, ia lalu mendudukkan dirinya pada boncengan sepeda Dino, mengalungkan lengan mungilnya ke pinggang pemuda Leckner itu, dan kali ini tak terlihat adanya penolakan. Tak ada tepisan untuk menjauh.

    Ah, berbeda jauh dengan keadaan yang didapat oleh gadis yang menjadi kekasih resmi pemuda itu.

    ***

    Lisa menggerakkan kelopak matanya, tubuhnya pegal semua, tak nyaman tidur dengan posisi duduk bersandar pada sebuah pohon seperti ini, lehernya menjadi kaku. Ditambah lagi, ada semut merah yang menggigit tengkuk belakangnya. Akan menjadi pelajaran bagi Lisa ke depannya, bahwa tidak baik tidur bersandar di sebuah pohon. Karena tidur di bawah pohon dalam kehidupan nyata tidak seperti di anime.

    Tepat ketika gadis pemalu itu membuka mata, yang ia lihat pertama kali adalah wajah seorang pemuda bertampang berandalan yang berjarak sekitar satu meter saja darinya. Pemuda itu tengah asyik mengamati Lisa yang masih bersandar pada pohon beringin di belakangnya. Pikiran Lisa jelas belum terkumpul sepenuhnya, sang gadis masih berusaha mengais sisa-sisa kesadaran yang tercecer karena jatuh tertidur tadi.

    Butuh waktu semenit penuh untuk Lisa menyadari jika wajah laki-laki di depannya ini bukanlah bagian dari mimpi. Lisa langsung memekik kaget, membuat pemuda di depannya refleks menutup telinga karena merasa terganggu dengan suara keras yang Lisa sebabkan.

    "HEH! Hentikan! Kau buat gendang telingaku pecah tahu! Suaramu itu jelek, tak usah pamer nada tinggi segala denganku!" sungutnya jengkel.

    Lagi-lagi hanya umpatan yang Lisa terima, jelas menjadikan ekspresi kesal tercetak jelas di wajah cantik gadis itu. Rasanya Lisa mengenal pemuda yang masih sibuk menggerutu padanya ini.

    Ah, memorinya seketika membawanya pada kejadian tabrakan tiba-tiba yang ia alami sesaat sebelum ia mengunjungi makam Mogi Leckner beberapa saat yang lalu. Kenapa Lisa harus bertemu dengan pemuda berandalan itu lagi, sih?

    Sepertinya dunia tak cukup luas untuk membiarkan Lisa menjauh dari si pemuda aneh yang selalu berkata kasar. Lisa mengerling pada langit biru yang kini berubah warna menjadi jingga. Oh, sudah senja hari, tampaknya sang matahari akan dijemput oleh dewi malam dalam beberapa saat lagi.

    Yang Lisa lakukan selanjutnya adalah mengecek arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, terkejut melihat jarum pendek yang hampir melewati angka lima. Ah, sudah terlalu sore, pastilah ayahnya khawatir jika dia pulang terlambat. Lagipula, tak baik tidur di bawah pohon beringin, yang ada dia hanya akan ditempeli makhluk halus.

    Tanpa menghiraukan pemuda yang masih berjongkok dengan tatapan aneh seraya mengikuti tiap gerakan yang Lisa lakukan, sang pemilik surai panjang kecokelatan itu pun pergi begitu saja seolah tak pernah ada orang yang mengumpatnya tadi.

    Pemuda itu tercengang di tempat. "Dasar tak tahu berterima kasih," komentar sang pemuda seraya memandangi punggung Lisa yang berjalan menjauh darinya. "Padahal aku sudah mau repot-repot menunggunya yang bodohnya malah tertidur di tempat sepi seperti ini. Dasar gadis ceroboh."

    Ucapan itu menguap begitu saja bersamaan dengan kepergian Lisa yang tak menoleh sama sekali ke belakang.

    ***

    Kita datang pada dunia yang sama, menjalani hidup seperti saudara, tapi seberapa kerasnya pun aku mencoba, takdirku tak akan pernah bertemu denganmu. Kita berdampingan, dan yang paling kusesali adalah kita tak bisa berakhir pada satu titik yang sama.

    ***

    Remaja perempuan yang mempunyai surai panjang sepinggang melangkah dengan berani, berjalan pelan menyusuri jalan kecil di tengah-tengah pagar tinggi rumah warga di desanya.

    Sesekali dia akan bersenandung lembut, suaranya mengalun pelan, menyanyikan semua melodi yang mungkin saja bisa mewakili suasana hatinya saat ini. Sampai kemudian dia terdiam ketika sebuah sepeda dengan dua orang penumpang melewatinya begitu saja. Tanpa memedulikan sekitar, sepeda itu terus melaju dan membiarkan Lisa terdiam di jalan itu.

    Gadis itu mendadak panas dan dadanya terasa sesak, napasnya sedikit demi sedikit mulai memburu tak terkendali. Panas di hatinya lama-lama merambat naik ke tenggorokan, membuat ia sulit menelan ludahnya sendiri, sulit mengeluarkan suaranya sendiri.

    Dia mengenal sepeda itu, dia mengenal siapa si pembonceng yang duduk di depan, dia juga mengenali surai hitam yang selalu beraromakan sampo Rejoice sachetan itu.

    Walau Lisa bertekad untuk berubah, ia tetaplah seorang gadis biasa yang tak luput dari kesalahan dan penyesalan. Ia tak kuasa menolak saat rasa panas itu beralih pada kedua matanya, membuat cairan-cairan bening kembali memenuhi kelopak mata, menggantung di pelupuknya, siap terjun kapan saja dengan bebas ke pipi mulus yang ia miliki.

    Kenapa? Kenapa dia harus melihat keduanya bersama-sama? Di saat dia sedang berusaha meneguhkan hati dan pikirannya, mengapa Lisa harus melihat tangan sang gadis yang memeluk erat kekasihnya?

    Tangan Lisa mengepal erat, kemudian ia mendongakkan wajah, ia tak boleh menangis sekarang. Kini dia sudah berubah, dia berbeda, jadi tak ada gunanya ia menangis seperti yang sudah-sudah.

    Setelah dirasa cukup mampu menahan air mata yang ia yakini tak akan mengalir turun, Lisa kembali memandang pada dua sosok di depan sana. Keinginan untuk memakan sesuatu yang manis kembali menghampiri. "Mau es krim lagi," bisiknya lirih.

    Dengan membeli es krim, mungkin hatinya akan sedikit lebih dingin, setidaknya dapat mengurangi panas yang muncul hatinya. Semoga saja.

    ***

    Gadis yang baru saja menginjakkan kakinya ke lantai rumahnya dibuat terheran-heran saat mendengar suara yang ia pikir nyanyian seseorang jika ia abaikan nada salah di mana-mana. Lantunan tembang lama era 70-an dinyanyikan oleh seorang pria dengan sumbang.

    Lisa menghampiri sumber suara dan yang pertama ia temukan adalah sosok sang ayah yang tengah sibuk memasak di dapur rumah mereka. Sepertinya Doran tak menyadari kehadiran anak sulungnya itu karena disibukkan dengan memotong sayuran—entah apa—di atas talenan.

    "Tadaima*, Tou-san," sapa Lisa ketika ia sudah berada di dekat sang ayah. Doran berbalik badan, menoleh dan menatap anak gadisnya yang sedang mengamati apa yang sedang dia lakukan. Mendadak pria itu terlihat salah tingkah, meski sudah berusaha untuk setenang sikapnya semula.

    "Okaerinasai*, baru pulang?" tanyanya sambil menaruh kembali pisau di pinggir talenan, dia akan melanjutkan eksperimen masaknya lagi nanti. "Bagaimana hubunganmu dengan Dino hari ini?"

    Lisa tersentak ketika nama itu disebutkan, menyunggingkan senyum sedih yang kemudian berganti dengan seulas garis tipis di bibirnya. "Emm, ya, baru saja. Hari ini sedikit terlambat karena aku harus pergi ke kuil dulu untuk berdoa. Tou-san sedang masak apa?"

    Lisa bukan anak tak tahu sopan santun yang enggan menjawab pertanyaan orang tuanya, tapi rasa penasaran lebih menguasai dirinya sehingga mendorong gadis itu menghiraukan sejenak pertanyaan tentang hubungannya dengan Dino itu. Apalagi ketika tahu Hogward Doran, sang ayah sedang sibuk mengolah sesuatu sendirian.

    "Entahlah, Tou-san juga bingung hendak masak apa," jawabnya lirih. Doran menatap bingung pada alat masak yang sedang di genggam tangannya. Anak gadisnya menggelengkan kepalanya prihatin, Lisa lalu mendekat, dan memandangi telur, daun bawang, sosis dan bahan makanan lainnya yang tergeletak tak beraturan di atas meja makan.

    "Apa Tou-san sedang mencoba membuat omelette?" tanya Lisa lagi setelah berhasil mengumpulkan.

    Doran terlihat ragu sebelum mengangguk. "Mungkin? Ayah pikir mudah membuat omelette saat melihat resepnya di iklan, tapi ternyata praktiknya jauh berbeda," jawab Doran dengan raut wajah yang tampak kecewa. "Ternyata sulit sekali menentukan isian yang pas."

    Lisa tersenyum, sebuah senyum bahagia yang baru hari itu bisa ia tunjukkan setelah berbagai perasaan sedih yang menerpa. "Kalau begitu, akan Lisa bantu. Apa ini ada hubungannya dengan Tante Melly?"

    Doran menolak menjawab, pria itu justru memalingkan wajahnya yang bersemu merah, tak berani menatap anak sulungnya. Tanpa suara, Lisa jelas mengerti apa maksud dari tindakan sang ayah yang terlihat salah tingkah, meski dia tak diberitahu sekalipun oleh ayahnya, tapi itu sudah cukup menjadi bukti jika memang benar ayahnya sedang berusaha membuatkan sesuatu untuk seorang wanita. Senangnya, ayahnya sudah menjadi seorang pria yang bahagia ketimbang dirinya di masa lalu.

    Suara bel rumah menginterupsi pelajaran masak yang sedang ayah dan anak itu lakukan.

    Bel kembali berbunyi dan membuat si gadis bersurai panjang kecokelatan dengan segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya, masih dengan celemek yang menempel di tubuhnya yang mungil. Begitu pintu terbuka lebar, alangkah terkejutnya Lisa.

    "Ah! Dino-kun! Sedang apa?" Pertanyaan bernada riang terlontar dari mulut gadis itu ketika mendapati yang tengah berdiri di balik pintu rumahnya dengan menampilkan wajah datar adalah sang pujaan hati, Dino Leckner. Pemuda itulah yang telah menekan bel rumahnya beberapa kali.

    "Hm, untukmu," ucap Dino sembari menyerahkan kotak berbungkus kain kepada Lisa, yang jelas diterima dengan sukacita oleh gadis cantik itu. Dino kembali melanjutkan, "Kue ini buatan Kaa-san."

    "Terima kasih—eh, maksudku arigatou gozaimasu*," ucap Lisa dengan tulus meski sempat salah mengucapkan. Sang gadis kemudian menatap Dino dengan tatapan penuh makna. Dino baru saja akan berbalik pergi saat tangan Lisa menarik cepat belakang kaosnya, membuat pergerakannya tertahan di tempat.

    "Em, itu ... tadi Dino-kun pulang dengan siapa?"

    Dino yang terhenti karena tarikan Lisa di punggungnya berbalik dan memandang kesal sang gadis. Ia menatap gadis yang sedang menatapnya dengan raut muka penasaran. Lisa yakin, pemuda itu tak akan bicara jujur berhubung lamanya suara yang keluar dari mulut si bungsu keluarga Leckner itu.

    Namun, dengan ketenangan yang selalu Dino tunjukkan di mana pun ia berada dan dengan siapa pun ia berhadapan, Dino memandang Lisa tepat di manik cokelatnya, seolah menantang sang gadis pemalu untuk membalas tatapannya.

    "Aku hari ini pulang dengan Rosa. Apa kau senang mendengarnya?"

    Dino tersenyum miring, tetapi malah terlihat seperti sebuah seringai tipis ketika dia menunggu reaksi yang Lisa tampilkan, berharap gadis itu akan tersentak karena kaget mendengarnya. Lisa tahu jika Dino sedang mencoba menghasut dan menggoyahkan perasaannya. Oleh karena itu, Lisa pun mempererat genggaman tangannya pada kotak berisi kue yang baru saja Dino berikan padanya.

    Kedua mata Lisa tak bisa ia alihkan sama sekali dari pemuda yang terkenal memiliki ekspresi yang minim itu. Lisa sebenarnya tak menduga jika Dino akan berkata sejujur ini padanya, tapi, tak apa. Toh, tak ada gunanya tersentak karena kaget sekarang, dia juga harus mengutarakan semua hal yang ada di pikirannya saat ini juga kepada Dino. Jika tidak hari ini, masih ada hari besok dan besoknya lagi.

    Keheningan yang biasa menyelimuti mereka berdua kembali menyapa, Lisa masih berkutat dengan pikirannya sendiri. Sementara Dino menunggu dengan perasaan sebal luar biasa, sebab absennya suara gadis di depannya ini membuatnya tak bisa pulang ke rumah secepat yang dia inginkan. Dia bosan menunggu apa yang hendak dilakukan oleh gadis Hogward yang masih saja diam membisu di tempat.

    "Kalau tak ada yang akan kau katakan lagi, aku mau pulang," imbuh Dino pada akhirnya setelah bosan menunggu Lisa angkat bicara. Pemuda itu berdecak pelan saat tak mendapati reaksi apa pun dari gadis di depannya. Dino kemudian balik badan setelah tak ada lagi tangan yang menahan kepergiannya. Satu langkah lebar berhasil Dino lakukan, tapi ketika dia hendak melanjutkan langkahnya, tiba-tiba saja dia bisa mendengar kalimat yang nyaris terdengar mirip gumaman keluar dari mulut seorang gadis yang terkenal introvert.

    "K-kau beruntung mempunyai aku di sisimu, Dino-kun," bisik gadis itu dengan lirih. Dino ingin tertawa keras begitu mendengar gumaman sang gadis tadi. Lalu dengan langkah lebar yang jarang ia perlihatkan, Dino pun berbalik lagi dan menuju ke arah Lisa.

    Tanpa merasa bersalah, Dino mencengkeram kuat dagu mungil si pemilik suara lembut itu, membuat Lisa merasa akan ada bekas merah di kulitnya, sesaat setelah Dino melepas cengkeramannya yang kuat itu.

    "Tidak, kau salah," ralat Dino dengan suara yang dingin dan menusuk. Seakan masuk menembus ke alam pikiran. "Aku akan merasa beruntung jika kau menghilang dari hidupku."

    Perkataan menusuk itu diucapkan dengan pelan oleh Dino, menekan pada setiap kata, menusuk telinga sang gadis Hogward dengan kata yang dapat menciutkan nyali seseorang dan segera saja meruntuhkan pendirian dari seorang gadis yang menyimpan perasaan cinta yang besar untuknya.

    Kali ini, Dino benar-benar meninggalkan rumah sang kekasih. Pemuda itu berjalan cepat masuk ke rumahnya yang berada tepat di depan kediaman keluarga Hogward. Lalu menghilang di balik pagar rumah keluarga Leckner yang cukup tinggi.

    Tepukan pelan di bahu kirinya membuyarkan Lisa yang tengah melamun bagaikan patung seraya menundukkan kepalanya dalam-dalam. Gadis itu lalu menatap si penepuk yang ternyata adalah sang ayah. Mau tak mau, ia pun memperlihatkan cairan bening yang kembali merayapi kelopak matanya yang terasa panas. Gadis itu mulai menangis dan memeluk ayahnya dengan erat. Tersedu-sedu dalam pelukan hangat seperti ketika ia masih sangat kecil dulu.

    Apa aku masih bisa bertahan jika tetap seperti ini? Bisakah aku? Lisa membatin dengan sisa-sisa kesedihan yang ada.

    ****

    Pojok kata yang muncul dan akan muncul.

    Tadaima*: Ucapan yang berarti 'aku pulang dalam bahasa Jepang. Ini merupakan sebuah ucapan ketika memasuki rumah dalam budaya Jepang. Diucapkan oleh orang yang baru tiba di rumahnya.

    Okaeri*: Ucapan yang berarti 'selamat datang di rumah' dalam bahasa Jepang. Biasa diucapkan oleh orang rumah ketika menyambut anggota keluarga yang datang.

    Arigatou gozaimasu*: "Terima kasih banyak" dalam bahasa Jepang.

Related chapters

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   09. Kalimat Penggoyah Hati

    Selama aku masih kuat bersamamu, selama kesabaranku masih ada, aku akan terus bertahan.***Kalau bukan hari minggu, tentu Lisa tak akan berkunjung ke rumah bergaya minimalis bercat putih yang berada di seberang rumahnya. Kalau bukan karena ada undangan tertentu, pasti gadis bersurai panjang itu tak akan mampir ke rumah Dino. Akan tetapi, walau bagaimanapun juga, meski jauh di dasar hatinya yang terdalam tak menghendaki pergi ke rumah itu, ada seorang wanita baik hati yang perlu dia ucapkan terima kasih atas jasanya selama ini."Lisa-chan? Kenapa lama sekali tak bertamu kemari?" tanya wanita dewasa di hadapannya. Dia Gina Leckner, ibunya Dino.Karena Dino tak pernah mengijinkanku ke rumahnya, jawab Lisa dalam hati, meski dia hanya tersenyum menanggapi pertanyaan dari sang nyonya keluarga Leckner. Gadis itu menunjukkan sekotak kue kering yang ia bawa dari rumah kepada istri mendiang Mogi Leckner itu."Terima kasih untuk kue yang kemarin, Tante. Ini

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   10. Kalimat Pembenaran

    "Kau tak pergi? Tak diajak, ya?" Nada suara pemuda itu terdengar menyebalkan. Ya, Lisa tahu itu hanyalah ejekan untuk menghinanya yang dicap sebagai seorang pembantu daripada kekasihnya Dino.Namun, Lisa lebih memilih diam dan berdiri setelah semua makanannya terkumpul lagi di dalam kantong plastik. Jantungnya sudah berdetak dengan normal. Gadis itu menggeser tubuhnya sedikit ke samping kanan, dan berjongkok, mengambil bola yang ia yakini milik sang pemuda, lalu mengembalikannya tepat ke tangan pemuda itu."Bolamu, kan?" tanyanya dengan suara yang terdengar tak bersemangat. "Kalau begitu, aku pulang dulu."Lisa menahan napas dan berjalan melewati si surai merah jika saja kerah bajunya tak ditarik secara tiba-tiba dari belakang, dan membuat dia langsung tertahan di tempat."Hoi, aku sedang bicara denganmu, Gadis Es Krim. Sebaiknya dengarkan dulu apa yang akan lawan bicaramu sampaikan. Kau punya sopan santun, 'kan?"Lisa tak ingin meladeni pemuda itu

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   11. Berakhir Semudah Ini

    Rasanya hatiku akan menjadi tumpul, hangus terbakar, lalu berubah menjadi abu ....Ini baik, atau justru sebaliknya? ***Hari senin datang dengan cepat, dan liburan satu hari yang menyenangkan bagi semua orang pun telah berlalu. Tak ada yang istimewa, tak ada yang aneh sejauh ini. Semua tetap sama. Mungkin bedanya hanya satu, ada jarak yang ingin diberikan Lisa pada Dino Leckner.Dia tidak lagi berangkat bersama, tidak mengirimkan pesan singkat, dan juga tidak membawa handuk serta botol minum yang biasanya ia bawa ketika Dino tengah berlatih sepak bola.Walau kadang Lisa masih sering kedapatan memandangi Dino secara diam-diam yang sedang bermain bola di lapangan pada saat jam istirahat makan siang. Perkataan pemuda bersurai merah pada waktu itu sedikit mempengaruhi pikiran Lisa yang bingung dengan perasaannya sendiri.Ah, dia sadar sepenuhnya, cinta tak pernah ada di hati seseorang hanya untuk membuatnya bodoh. Cinta hadi

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   12. Selamat Datang Kehidupan Baru

    Sampai menyerah sendiri, aku tak akan berhenti. Lagipula, aku sudah berjuang sejauh ini, masih ada hari esok. Aku akan melihat sejauh mana batu itu terkikis dan luluh terhadap ketulusan seorang yang penuh cinta.***Lisa masih bergeming di tempat, melihat wajah Dino yang seolah sudah lepas dari beban berat. Entah mengapa ... entah mengapa membuatnya ingin tersenyum juga. Seharusnya dia menangis saat ini, tapi sudut-sudut bibirnya justru tertarik ke atas. Lisa tersenyum lebar.Memang hanya sampai di sini. Tidak akan berlanjut lagi.Pipi-pipi chubby Lisa tertarik ke atas. Senyum lepas yang tak terpaksa pun tercipta. Sebuah senyum lega yang terasa begitu ringan, seolah tak ada beban lagi yang ditimpakan padanya.Pada detik itu, sang pemilik rambut cokelat mungkin mengalami keadaan di mana ia mencapai titik tertentu bisa mencintai seseorang dan mampu merelakannya dengan ikhlas untuk berbahagia dengan pilihan hatinya.Bersama gadis lain, gadis ya

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   13. Tak Mudah Dilakukan

    Betapa merindunya cinta yang bertepuk sebelah tangan seperti ini, menumpulkan rasa agar tidak bertambah dalam luka yang tertoreh. ***"Aku ingin ikut organisasi berkebun." Lisa memandang penuh harap pada Reza, ketua organisasi berkebun di sekolahnya yang kebetulan satu kelas dengan si gadis Hogward.Lisa telah memperhatikan pemuda itu selama seharian, dan dari apa yang didapatkannya dari temannya yang lain, bahwa Reza itu adalah ketua organisasi berkebun. Organisasi yang hanya berisi orang-orang yang senang tanaman, atau orang yang tak mau capek mengikuti kegiatan klub lainnya.Reza mendongak dari posisi tidurnya di atas meja, memandang Lisa yang berdiri di sebelah mejanya sejenak. Seolah menilai kebenaran dari apa yang gadis itu ucapkan. "Kau berminat pada organisasi yang hanya mempunyai lima orang anggota saja?" tanya Reza kebingungan.Reza jelas ingin organisasi yang dipimpinnya ini bertambah anggotanya, agar semakin

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   14. Gavin, Pemuda Yang Menyebalkan

    Ketika memutuskan untuk berhenti, maka selesaikanlah dengan baik. Terkadang, meski sudah menumpulkan rasa, akan tetap ada penyesalan kecil karena belum menghapus kenangan seutuhnya.***Ternyata pertemuan kali ini langsung membawa Lisa ke kegiatan organisasi. Apalagi kalau bukan menanam aneka macam tumbuhan. Kebanyakan bibitnya dibeli langsung oleh Jino, karena orang tuanya bekerja di pasar dan dia bisa memilih bibit apa yang akan dibawanya ke sekolah."Kita akan menanam sayuran kali ini. Organisasi tata boga meminta bantuan kita untuk menyediakan beberapa macam jenis sayuran yang rencananya akan digunakan pada lomba masak pada hari peringatan ulang tahun sekolah kita nanti."Lisa tak ingat persis suasana ulang tahun sekolahnya, sebab dia selalu menghabiskan waktunya di lapangan sepak bola, menunggu seseorang berlatih untuk pertandingan antar kelas. Reza menjelaskan rencananya sambil membagikan beberapa kantong benih sayuran kepada masing-masing anggota k

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   15. Seperti Terlahir Kembali

    Bila nanti, datang waktu di mana kau mulai mencintaiku sementara aku sudah berhenti mencintaimu. Kuharap pada saat itu, aku tak pernah merasa menyesal telah jatuh hati padamu. *** Biarkan mengalir, mengikuti arus, hanyut, dan tak terlihat lagi oleh mata, kemudian menghilang. Prinsip yang sedang berusaha dipegang teguh oleh Lisa, si sulung dari keluarga Hogward. Entah sudah berapa kali Lisa mencoba, sekeras apa dia berusaha, dia harus terus bergerak meninggalkan cinta yang hanya merupakan suatu pembodohan saja. Hubungan yang menjadikan dia seorang pecinta tolol yang tak ada bedanya dengan budak yang menyedihkan. Cinta sepihak itu memang seperti ini, ketika terjerat dan masuk ke dalamnya, seseorang bisa melupakan segala hal. Rasionalitas dan juga kepekaan akan apa yang ada di sekitarnya. Lisa tak menampik jika selama ini dia bertindak seperti seorang budak cinta yang rela mengikuti kemana saja kekasihnya pergi, menunggu dan menyodorkan minuman di setiap

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   16. Mengapa Pemilik Cinta Yang Bertepuk Sebelah Tangan Harus Selalu Tersakiti?

    Mengapa pemilik cinta yang bertepuk sebelah tangan harus selalu tersakiti?***Doran berharap jika dugaan sebelumnya tentang Dino yang tak mencintai anaknya itu tidaklah benar. Toh, Lisa tak selemah yang orang lain katakan, gadis itu kuat dan tegar dalam berbagai kondisi yang dihadapi olehnya.Kini, ketika lelaki dewasa itu tahu hubungan anaknya dengan Dino telah berakhir, Lisa tetap menjalani hidupnya seperti biasa, seolah tak pernah mengalami kegagalan dalam kisah cinta masa SMA. Gadis itu justru terlihat lebih bersemangat ketimbang dulu.Entah ini hanya perasaan Doran saja atau memang begitulah adanya, yang jelas dia begitu senang dengan setiap perubahan yang terlihat pada sang anak. Manik cokelat sang kepala keluarga Hogward itu akan selalu mengamati gerak-gerik sang anak yang kini sedang berlari kesana kemari di dalam rumah karena bangun kesiangan.Doran sedikit menyunggingkan senyum, sereal gandum kemasan yang jarang menjadi menu makan

Latest chapter

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   20. Sebotol Air Untuk Dia Yang Cintanya Tak Berbalas

    Entah pikiran dari mana, dan ide yang muncul karena hal apa, Lisa pun merogoh isi tasnya, mengambil sebotol air mineral yang dia beli dari kantin sekolah, lalu berjalan lambat menuju seorang pemuda yang kini sudah menengadahkan wajah untuk menatapnya."Ini," Lisa menyodorkan botol minuman itu kepada Gavin. "Ambillah."Dan dibalas dengan tatapan bingung dari Gavin yang diajak bicara, lalu gadis itu pun menambahkan, "Memang ini hanya air minum biasa, tak bisa membuat amarahmu reda atau membuat hatimu tenang, tapi setidaknya ini dapat membantu mendinginkan pikiranmu."Gavin masih belum menerima botol minum yang Lisa sodorkan padanya, dia masih diam mematung di tempatnya semula. Menatap Lisa tanpa kedip, lalu beralih menatap air minum yang masih terdapat segel pada tutupnya.Hampir beberapa menit tak kunjung diambil, Lisa pun menurunkan tangannya yang mengapung di udara. Gavin mendengkus sambil menatapnya dengan ekspresi tak suka."Kau itu jangan jadi

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   19. Beruntungnya Mereka Yang Cintanya Berbalas

    "KAU!" Rosa menunjuk tepat di depan wajah Gavin. Matanya berkaca-kaca menahan amarah yang bergejolak di hatinya. "Berhenti menggangguku!" jeritnya putus asa."Berhenti mencampuri urusanku! Ini hidupku! Memangnya siapa kau?! Berani berkomentar tentang apa yang aku lakukan!" Rosa berteriak, melampiaskan apa yang ia rasakan saat itu. Napasnya sedikit tersengal-sengal. Dia terlalu bersemangat mengeluarkan isi hatinya, sehingga tak menyadari batas yang ia miliki.Memangnya adik kelasnya ini tahu apa tentangnya? Kenapa berani sekali mengomentari hidup seseorang serta menentukan apa yang harus dia lakukan? Pemuda ini juga mengatainya sebagai sosok yang egois.Rosa masih menahan diri. Dia sendirilah yang menjalani hidupnya selama ini, dia tak melakukan apa-apa sehingga pantas dibenci orang lain, tapi kenapa ada orang yang berani berkomentar tentang apa yang harus dan tidak boleh dia lakukan? Apalagi, ucapan itu keluar dari orang asing yang merupakan adik kelasnya di sek

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   18. Gavin dan Rosa

    Entahlah, kukira setelah ini tak akan ada lagi air mata.***Pergi ke ruang klub adalah kegiatan yang kini sedang Lisa lakukan. Seperti yang dikatakan oleh Reza, setelah sekolah usai, mereka akan mengadakan pertemuan seperti biasa. Sore itu tampak mendung, setidaknya itu lebih baik daripada panas menyengat. Musim kemarau di Kalimantan tak jauh berbeda dengan Jawa, tetap terasa panas ketika keluar rumah dan berdiri selama sepuluh menit.Meski berada dalam ruangan, Lisa selalu dipesankan oleh Wina untuk selalu memakai sunscreen agar kulitnya tak terkena paparan cahaya matahari yang negatif. Wina cukup perhatian, Lisa senang mengenal gadis yang mengidolakan BTS itu. Semakin senang setelah ada murid pindahan yang merupakan anak berdarah campuran Korea di kelas mereka, si Lee Na.Lisa berjalan lambat, terlihat santai menikmati kesendiriannya berjalan di tengah ruangan panjang lantai dua. Toh, sepanjang koridor menuju kelas geografi di

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   17. Cinta Yang Bertepuk Sebelah Tangan

    Wanita yang apabila dilanda kesusahan mereka tidak mengeluh, tetap sabar menerima keadaan, serta berusaha mencari solusi. Ketahuilah wanita seperti itu, harus diperlakukan seperti ratu, sebab keberadaannya akan sulit didapat. *** Lisa pikir, hanya untuk kali itu saja dia datang terlambat ke sekolah, nyatanya pada keesokan harinya, gadis itu kembali bangun kesiangan. Sebuah kebiasaan yang sangat jarang dilakukan oleh Lisa yang tak pernah tidur lewat jam 11 malam. "Te-terlambat!" pekik Lisa hampir menangis di tempat. Gadis itu tak lagi memedulikan tatanan rambutnya, pun dengan seragam sekolahnya yang sedikit basah karena keringat. Lisa hanya ingin segera sampai ke sekolah, dia bahkan bisa melihat gerbang yang dicat warna biru muda dari kejauhan. "Ah, hampir sampai!" Lisa terus berlari dengan mata yang berbinar cerah. Gadis dengan surai panjang sepinggang itu terlalu fokus berlari, sampai-sampai tak men

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   16. Mengapa Pemilik Cinta Yang Bertepuk Sebelah Tangan Harus Selalu Tersakiti?

    Mengapa pemilik cinta yang bertepuk sebelah tangan harus selalu tersakiti?***Doran berharap jika dugaan sebelumnya tentang Dino yang tak mencintai anaknya itu tidaklah benar. Toh, Lisa tak selemah yang orang lain katakan, gadis itu kuat dan tegar dalam berbagai kondisi yang dihadapi olehnya.Kini, ketika lelaki dewasa itu tahu hubungan anaknya dengan Dino telah berakhir, Lisa tetap menjalani hidupnya seperti biasa, seolah tak pernah mengalami kegagalan dalam kisah cinta masa SMA. Gadis itu justru terlihat lebih bersemangat ketimbang dulu.Entah ini hanya perasaan Doran saja atau memang begitulah adanya, yang jelas dia begitu senang dengan setiap perubahan yang terlihat pada sang anak. Manik cokelat sang kepala keluarga Hogward itu akan selalu mengamati gerak-gerik sang anak yang kini sedang berlari kesana kemari di dalam rumah karena bangun kesiangan.Doran sedikit menyunggingkan senyum, sereal gandum kemasan yang jarang menjadi menu makan

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   15. Seperti Terlahir Kembali

    Bila nanti, datang waktu di mana kau mulai mencintaiku sementara aku sudah berhenti mencintaimu. Kuharap pada saat itu, aku tak pernah merasa menyesal telah jatuh hati padamu. *** Biarkan mengalir, mengikuti arus, hanyut, dan tak terlihat lagi oleh mata, kemudian menghilang. Prinsip yang sedang berusaha dipegang teguh oleh Lisa, si sulung dari keluarga Hogward. Entah sudah berapa kali Lisa mencoba, sekeras apa dia berusaha, dia harus terus bergerak meninggalkan cinta yang hanya merupakan suatu pembodohan saja. Hubungan yang menjadikan dia seorang pecinta tolol yang tak ada bedanya dengan budak yang menyedihkan. Cinta sepihak itu memang seperti ini, ketika terjerat dan masuk ke dalamnya, seseorang bisa melupakan segala hal. Rasionalitas dan juga kepekaan akan apa yang ada di sekitarnya. Lisa tak menampik jika selama ini dia bertindak seperti seorang budak cinta yang rela mengikuti kemana saja kekasihnya pergi, menunggu dan menyodorkan minuman di setiap

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   14. Gavin, Pemuda Yang Menyebalkan

    Ketika memutuskan untuk berhenti, maka selesaikanlah dengan baik. Terkadang, meski sudah menumpulkan rasa, akan tetap ada penyesalan kecil karena belum menghapus kenangan seutuhnya.***Ternyata pertemuan kali ini langsung membawa Lisa ke kegiatan organisasi. Apalagi kalau bukan menanam aneka macam tumbuhan. Kebanyakan bibitnya dibeli langsung oleh Jino, karena orang tuanya bekerja di pasar dan dia bisa memilih bibit apa yang akan dibawanya ke sekolah."Kita akan menanam sayuran kali ini. Organisasi tata boga meminta bantuan kita untuk menyediakan beberapa macam jenis sayuran yang rencananya akan digunakan pada lomba masak pada hari peringatan ulang tahun sekolah kita nanti."Lisa tak ingat persis suasana ulang tahun sekolahnya, sebab dia selalu menghabiskan waktunya di lapangan sepak bola, menunggu seseorang berlatih untuk pertandingan antar kelas. Reza menjelaskan rencananya sambil membagikan beberapa kantong benih sayuran kepada masing-masing anggota k

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   13. Tak Mudah Dilakukan

    Betapa merindunya cinta yang bertepuk sebelah tangan seperti ini, menumpulkan rasa agar tidak bertambah dalam luka yang tertoreh. ***"Aku ingin ikut organisasi berkebun." Lisa memandang penuh harap pada Reza, ketua organisasi berkebun di sekolahnya yang kebetulan satu kelas dengan si gadis Hogward.Lisa telah memperhatikan pemuda itu selama seharian, dan dari apa yang didapatkannya dari temannya yang lain, bahwa Reza itu adalah ketua organisasi berkebun. Organisasi yang hanya berisi orang-orang yang senang tanaman, atau orang yang tak mau capek mengikuti kegiatan klub lainnya.Reza mendongak dari posisi tidurnya di atas meja, memandang Lisa yang berdiri di sebelah mejanya sejenak. Seolah menilai kebenaran dari apa yang gadis itu ucapkan. "Kau berminat pada organisasi yang hanya mempunyai lima orang anggota saja?" tanya Reza kebingungan.Reza jelas ingin organisasi yang dipimpinnya ini bertambah anggotanya, agar semakin

  • PRETEND LOVE (Bahasa Indonesia)   12. Selamat Datang Kehidupan Baru

    Sampai menyerah sendiri, aku tak akan berhenti. Lagipula, aku sudah berjuang sejauh ini, masih ada hari esok. Aku akan melihat sejauh mana batu itu terkikis dan luluh terhadap ketulusan seorang yang penuh cinta.***Lisa masih bergeming di tempat, melihat wajah Dino yang seolah sudah lepas dari beban berat. Entah mengapa ... entah mengapa membuatnya ingin tersenyum juga. Seharusnya dia menangis saat ini, tapi sudut-sudut bibirnya justru tertarik ke atas. Lisa tersenyum lebar.Memang hanya sampai di sini. Tidak akan berlanjut lagi.Pipi-pipi chubby Lisa tertarik ke atas. Senyum lepas yang tak terpaksa pun tercipta. Sebuah senyum lega yang terasa begitu ringan, seolah tak ada beban lagi yang ditimpakan padanya.Pada detik itu, sang pemilik rambut cokelat mungkin mengalami keadaan di mana ia mencapai titik tertentu bisa mencintai seseorang dan mampu merelakannya dengan ikhlas untuk berbahagia dengan pilihan hatinya.Bersama gadis lain, gadis ya

DMCA.com Protection Status