"Lu mengkhianati Anggun?" pekik Pras.
Reno tak berkutik. Ia memilih diam tanpa berani menjawab apapun. Reno tahu bagaimana karakter Pras dan ia tidak sanggup melawannya.
"Jawab!" hardik Pras.
Saat Pras menarik krah baju Reno dan memberikan sebuah bogem mentah, tiba-tiba Reno berteriak.
"Oke, gue akan ceritakan semuanya," teriak Reno yang sudah tersudut.
Wajah Pras begitu tegang menatap Reno dan juga Nindya yang tak lain adalah adik sepupunya sendiri.
"Gue nggak suka basa-basi. Cepat kalian jelaskan!" bentak Pras saat ketiganya memilih berbicara di dalam mobilnya.
"Pras, lu juga laki-laki kan? Gue mendapatkan apa yang nggak gue dapatin di Anggun di diri Nindya. Lu juga kalau ada di posisi gue, pasti akan melakukan hal yang sama," pekik Reno.
"Maksud lu apa?"
"Sebagai laki-laki, gue butuh pelampiasan, Pras. Sedangkan Anggun, dia sibuk dengan pekerjaannya. Apalagi ...." ucap Reno terbata.
"Apalagi apa? Soal anak?" bentak Pras.
Reno mengangguk.
"Sakit lu, Ren. Anggun itu kurang apa sih? Dia itu udah banyak berkorban buat lu, Ren. Semua dia berikan buat lu. Apa, ponsel android termahal. Mobil, laptop. Bahkan kedua adik lu dia tanggung. Mereka mau apapun, selalu dituruti. Dan lu, berkhianat karena Anggun sibuk kerja? Karena masalah ketidakhadiran anak?!" ucap Pras geleng kepala karena tidak habis pikir dengan tingkah sahabatnya itu.
"Mas, Mas nggak bisa dong nyalahin Mas Reno gitu aja. Coba istrinya itu nggak sibuk kerja. Bisa kasih anak. Dia nggak mungkin akan mencari wanita lain," pekik Nindya membela suaminya.
"Diam ya kamu. Kamu itu wanita juga kan? Kok bisa berkata seperti itu. Apa kamu nggak takut nanti suami kamu ini juga akan berpaling dan mencari wanita lain," bentak Pras.
"Mas kok ngomong gitu? Aku ini kan adik sepupu Mas. Harusnya Mas lebih bela aku daripada Anggun," gerutu Nindya.
"Nindya, Mas nggak menyangka kalau kamu bilang sudah menikah siri itu dengan dia? Kamu sadar nggak, kamu itu merusak rumah tangga orang!" hardik Pras.
"Tapi, Mas. Mas Reno kok yang mendekati aku. Dia yang mau, bukan aku merebut dia," dalih Nindya.
Pras pun meradang saat mendengar adik sepupunya itu beralasan yang tak masuk akal. Ingin rasanya menampar wajah Nindya saat itu juga.
"Kalaupun Reno yang mendekati ka—"
"Pras, jangan salahkan Nindya. Aku yang salah di sini," bela Reno. Reno tak ingin Nindya tertekan hingga mempengaruhi kondisi janinnya.
"Eh, Nindya. Asal kamu tahu ya, semua yang Reno kasih buat kamu itu uangnya darimana? Dari Anggun!" pekik Pras.
"Pras, jaga ya mulut kamu. Kamu pikir aku nggak punya uang apa?!" bentak Reno yang merasa tidak ada harga dirinya.
"Kamu punya uang. Darimana?Jangan bohong terus, Ren. Kamu itu sudah berhenti kerja. Lebih tepatnya diberhentikan. Terus, kamu dapat uang dari mana?" bentak Pras.
"Loh, kamu sudah dipecat, Mas?" cecar Nindya.
..............
Setelah cukup lama beristirahat, Cynthia pun turun, membantu Anggun menyiapkan makan siang. Di tengah kesibukannya, Anggun memang sering memasakkan makanan favorit Reno saat dia sedang tidak bertugas.
"Ini kesukaannya Mas Reno?" celetuk Cynthia. Anggun pun mengangguk.
Dibantu oleh Cynthia, Anggun menyiapkan makan siang untuk suaminya. Seperti biasa, Reno selalu menyempatkan dirinya pulang, di saat Anggun juga sedang tidak bertugas.
Entah karena kelelahan, Anggun tiba-tiba jatuh pingsan saat sedang menata makanan itu di meja makan. Cynthia yang baru keluar dari dapur pun bergegas membantu Anggun.
Dibantu pekerja di rumah itu, Cynthia pun membawa Anggun ke sofa. Sahabatnya itupun pingsan cukup lama, hingga sekitar 30 menit, Anggun pun tersadar.
"Anggun, syukurlah kamu sudah sadar. Gimana, kamu baik-baik aja kan? Kamu ini kenapa sih, pasti capek ya," ujar Cynthia menanyakan kesehatan sahabatnya.
"Aku nggak apa-apa kok, cuma kepalaku sakit tadi. Mungkin kecapean kali ya. Beberapa hari ini kerjaan aku padat dan kurang istirahat," ucap Anggun.
"Kita ke rumah sakit aja ya. Jadi kalau ada apa-apa, kan cepat ketahuan," bujuk Cynthia.
"Nggak usah. Dibawa istirahat juga nanti sembuh kok," jawab Anggun tersenyum.
Dibantu Cynthia, akhirnya Anggun masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat sejenak sementara menunggu kepulangan Reno, sang suami.
Cynthia pun menunggu kepulangan Reno di ruang tamu. Dengan tatapan sinis, ia memandangi foto pengantin Anggun dan Reno yang terpajang di ruang tengah rumah mewah milik Anggun itu.
"Kamu sudah merebut Reno dari aku. Sekarang, waktunya aku merebut Reno kembali. Juga semua yang kamu miliki," ucap Cynthia tersenyum sinis.
"Anggun, Anggun. Kamu itu terlalu polos. Jadi sangat mudah ku tipu. Mudah sekali kamu mempercayaiku jika aku mengalami KDRT. Padahal luka lebam ini hanya tipuan. Tipuan make-up saja," batin Cynthia menatap sinis foto pernikahan Reno dan Cynthia.
....................
Malam itu, Cynthia sengaja tidur terpisah dari suaminya. Ia sengaja memancing keributan agar Romi emosi dan melakukan kekerasan padanya. Hingga Cynthia bisa menggugat cerai Romi. Namun, sialnya, Romi begitu sabar hingga membuat Cynthia kesal.
"Mas, pokoknya aku mau kita pisah. Aku udah capek hidup miskin sama kamu," bentak Cynthia ketika Romi hanya diam ketika ia meminta pisah.
"Astagfirullah, Cyn. Aku juga sudah berusaha semampuku memenuhi semua keinginan kamu. Apa uang 5jt perbulan itu belum cukup buat kamu?" sahut Romi.
"Nggak, Mas. Aku butuhnya 10 juta tiap bulannya. Apa kamu sanggup?" pekik Cynthia.
"Astagfirullah, buat apa sih? Aku rasa, kebutuhan rumah tangga kita nggak sebanyak itu kok.Kamu juga kan nggak perlu memikirkan bayar listrik, bayar air, semua itu aku yang handle. Kurangnya aku di mana lagi sih?" cecar Romi yang menahan tangisnya.
"Nggak bisa, Mas. Kamu kasih uang aku 10 juta atau kita pisah!" ancam Cynthia.
"Kamu menekan aku soal nafkah 10 juta ini karena kamu perlu, atau kamu hanya menjadikan ini alasan untuk menggugat cerai aku untuk bisa kembali sama Reno?" cecar Romi yang tahu, jika Cynthia masih mencintai Reno, mantan teman dekatnya yang menikahi sahabatnya sendiri.
"Heh! Maksud kamu apa sih? Kenapa kamu jadi bawa-bawa Reno. Dia kan sudah menikah dengan Anggun," gerutu Cynthia.
"Iya, memang. Tapi kamu sakit hati dan ingin merebut kembali Reno dari Anggun kan? Jawab!" hardik Romi.
"Kalau iya, emangnya kenapa? Terserah aku dong. Itu urusan aku dan kamu nggak berhak ikut campur masalah ini," bentak Cynthia.
"Cynthia, ingat ya. Aku masih suami kamu yang sah. Tolong hargai aku," bentak Romi.
Cynthia pun berbalik arah dan mendekati Romi. Ia pun menatap suaminya itu dengan tatapan sinis. Begitu menghina Romi dan memcemoohnya.
"Iya, kamu memang suami aku. Tapi, suami yang tidak berguna! Ngaca deh kamu," ujar Cynthia dengan tatapan sinisnya.
Naluri Romi sebagai seorang lelaki serasa diinjak. Harga dirinya jatuh seketika saat perjuangannya tidak dihargai.
"Mau kamu apa?" bentak Romi.
"Aku mau kita CERAI!"
bersambung ....
Romi tersentak saat Cynthia tiba-tiba meminta cerai darinya karena ingin kembali merebut Reno dari tangan Anggun. Romi pun menolak keinginan Cynthia. Ia juga tidak mau rumah tangga Anggun berantakan karena ulah Cynthia."Nggak. Aku nggak pernah menceraikan kamu sampai kapanpun!" bentak Romi."Terserah! Kamu nggak mau ya nggak apa-apa. Aku akan tetap menggugat cerai kamu, Mas. Anggun sendiri nanti yang akan membantuku melakukan proses perceraian ini dan saat itu, aku akan kembali bersama Reno, suaminya," ucap Cynthia yakin jika Reno akan kembali ke dalam pelukannya.."Cynthia, kamu mau ke mana?" cegah Romi saat Cynthia beranjak keluar dari rumahnya."Aku mau merebut Reno. Aku yang lebih berhak atas Reno dan hartanya. Karen aku sudah bosan hidup miskin sama suami ya g nggak ada gunanya kayak kamu!" sindir Cynthia yang langsung bergegas pergi.Romi hanya terduduk lemah di sofa, menatap keperg
Cynthia dan Reno yang gila itupun akhirnya menuntaskan permainannya. Suara ketukan pintu Anggun pun sudah tak didengarnya lagi. Mungkin ia sudah kembali ke lantai atas membereskan pekerjaannya."Cyn, kamu lewat sini aja. Aku takut kalau Anggun melihat kamu keluar dari kamar," pinta Reno yang membukakan jendela kamarnya. Cynthia pun langsung bergegas keluar kamar agar Anggun tidak mencurigainya."Sayang, kita makan dulu, Yuk. Kamu aku panggil daritadi," celetuk Anggun sambil menyiapkan masakannya di meja makan."Maaf, Sayang. Aku lagi di kamar mandi, nggak kedengaran kamu panggil," sahut Reno memeluk Anggun dari belakang dan mencium pipinya."Eh, Mas. Nggak enak kalau Cynthia lihat nanti. Dia ke mana ya?" tanya Anggun."Aku di sini kok, Anggun."Cynthia pun datang dari arah luar. Dengan wajah tersipu menatap Reno yang tersenyum tipis padanya. Mata Reno pun terlihat berbinar
Maya sangat marah pada sang kakak yang memutuskan tidak ingin pulang di saat ayahnya sudah meninggal. Bahkan untuk melihatnya yang terakhir kali..Maya pun mengirim sebuah pesan melalui aplikasi berwarna hijau itu. Memaki sang kakak. Habis sudah kesabaran sang adik.[Dasar anak durhaka. Ingat mbak, hukum tabur tuai itu ada.]Nindya yang melihat pesan dari sang adik pun meradang. Ia kembali membalas cacian sang adik dengan lebih pedas.[Udah berani lu ngelawan gue?Mulai sekarang, jangan minta uang lagi sama gue ya. Urus hidup lu dan Ibu lu sendiri!]Mata Maya pun berkaca-kaca menahan tangisnya. Hatinya begitu perih. Ia rela dicaci-maki apapun tetapi jika sang kakak tidak memperdulikan ibunya, hatinya sangat hancur."Ibu nggak perlu tahu soal ini," batin Maya.Kini Maya berusaha
Pras terus berupaya agar adik sepupunya itu sadar. Ia ingin Nindya terbuka mata hatinya dan mulai bisa berdamai dengan keadaan. Andai saja Anggun tahu, Pras sangat yakin, Nindya tidak akan dibiarkan bebas begitu saja. Pras paham betul, bagaimana karakter Anggun yang sesungguhnya saat ia tersakiti."Mas cuma ingin mengingatkanmu, Dek. Jangan sampai kamu menyesal, jika Anggun membalasnya dengan cara yang pedih daripada yang kamu lakukan padanya," ungkap Pras."Jaga diri kamu baik-baik."Pras pun memutuskan meninggalkan rumah Nindya itu. Rumah yang ia yakini adalah milik Anggun. Di dalam perjalanan, Pras semakin cemas. Ia takut jika Anggun bisa membunuh Nindya. Sebagai seorang kakak, bagaimanapun ia harus bisa menjaga adik sepupunya itu......................Anggun ma
Nindya syok. Tidak ada lagi sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Nindya benar-benar tak berkutik. Hanya menunduk dan berdiri di belakang Pras. "Pras, jelaskan padaku. Apa ini maksudnya? Kamu juga mendukung perselingkuhan mereka? Atau kamu yang sengaja menjodohkan mereka?" pekik Anggun saat ia tahu jika Nindya adalah adik sepupunya."Demi Tuhan, Anggun. Awalnya aku nggak tahu. Aku baru tahu saat nggak sengaja lihat Reno di parkiran rumah sakit saat dia mengantar Nindya periksa kandungannya," terang Pras."Saat itu, aku sudah mewanti-wanti Pras dan Nindya. Aku juga marah, Anggun sama mereka. Aku juga nggak tahu apa yang dijanjikan Reno sampai adikku ini mau jadi simpanan Reno," gerutu Pras dengan wajah kesal memandang Nindya. Pras pun menariknya agar berani menghadapi Anggun"Sini! Jelaskan pada Anggun. Kamu nggak perlu takut. Kamu sudah berani menikah dengan Reno, kamu haru
Wajah Reno seketika panik ketika istri sah mengundang istri siri juga selingkuhannya datang ke istana megahnya. Dan, ada sebuah kejutan lagi yang khusus didatangkan untuk Reno. Hal yang pastinya tidak akan diduganya."Sayang, kamu kenapa?" tanya Anggun dengan tersenyum bahagia."A-aku? Oh, nggak apa-apa kok." Reno berusaha tersenyum dan menutupi ketegangan di wajahnya. Sayangnya, Anggun terlalu pintar. Pras pun menahan tawa saat sahabatnya itu dikerjai Anggun."Rasain lu, makanya jangan anggap remeh istri yang sabar dan diam. Sekali dia membalas, kamu akan dibuat pusing," batin Pras."Oh, ternyata ini wanita selingkuhan kamu, Mas? Perempuan ... masih cantik aku dan Mbak Anggun," batin Nindya menggerutu.Wajah Reno dan Cynthia panik. Cynthia yang dipersilakan duduk di samping Reno pun hanya bisa saling pandang karena bingung mengapa berada di situasi
Wajah Reno pun panik saat melihat Nindya pingsan. Bagaimanapun juga ia tengah mengandung anaknya. Namun, Reno terpaksa cuek agar Anggun tidak menaruh curiga padanya."Pras, masukkin ke mobil aku aja. Kita bawa ke rumah sakit sekarang," ujar Anggun yang juga panik."Mas, kamu kok diam aja sih?! Ayo, bantu Pras angkat Nindya dong. Gimana sih kamu!" bentak Anggun. Reno akhirnya membantu Pras membawa Nindya. Wanita itu terlihat pucat. Reno pun semakin panik saat melihat tetesan darah keluar."Astagfirullahaladzhim. Ya Allahu selamatkan Nindya dan anakku. Mereka nggak bersalah," batin Reno."Pras, kamu aja yang bawa mobil ya," ujar Anggun."Mas, Ayo, cepat masuk! Kamu di belakang ya," ucap Anggun membuat Reno panik."Kenapa bukan Pras aja sih? Kan ini saudara dia," sahut Reno."Reno, Reno. Dia itu sedang meng
Reno dan Pras adalah 2 sahabat yang selalu bersaing sejak mereka di sekolah. Dalam hal prestasi akademik, Pras selalu unggul. Begitupun dalam bersaing meraih hati para wanita. Ketampanan dan kecerdasan Pras lebih memikat para wanita itu.Hingga, suatu ketika saat Pras dan Reno menyukai seorang wanita yang sama, persaingan itu kembali terjadi. Halimah, wanita muda itu. Namun, lagi-lagi wanita itu lebih memilih Pras. Tetapi, kali ini Reno tidak ingin mengalah. Segala cara dilakukan Reno.Malam itu ....Reno mengirimkan sebuah pesan rahasia menggunakan nomor Pras. Ia mengirim sebuah pesan ke nomor Halimah dan mengajaknya bertemu di sebuah gudang kosong tak jauh dari perusahaan milik keluarga Halimah.[Halimah, aku tunggu kamu jam 20.00 ya di gudang dekat kantor Papa kamu.]Halimah sempat ragu, tidak seperti biasanya Pras mengajaknya bertemu. Malam seperti ini. Jik
Beberapa tahun kemudianReno dan Pras kini telah sukses dengan kariernya masing-masing. Hidupnya tidak lagi dijalanan. Tidak lagi kelaparan apalagi kedinginan saat hujan, kepanasan saat terik matahari menyala.Dalam sebuah acara para pengusaha, Reno akhirnya bertemu dengan Anggun. Anggun tidak mengenali Reno, yang pernah dianggapnya sebagai kakak dan lama hidup bersama. Sedangkan Reno, langsung mengenalinya saat pertama kali berkenalan."Anggun? Dia anak om Panca?" batin Reno.Reno pun mengambil langkah, tanpa ingin membuang waktu ia langsung menjalin kedekatan di acara itu. Hingga komunikasi mereka pun terus berlanjut dan semakin dekat. Hingga beberapa tahun kemudian, Anggun dan Reno sepakat bertunangan."Hah, tunangan? Kamu serius, Anggun?" Para sahabat baik Anggun kaget. Ini di luar logika mereka. Anggun yang dikenal sangat hati-hati dan tidak mudah percaya kenapa begitu mudah mengambil keputusan besar di hidupnya, sebuah pernikahan. Dan lebih membuat sahabat Anggun itu tak perca
Tidak ada hal yang paling menyakitkan saat mendapatkan kabar duka itu. Sendirian ia mendatangi rumah sakit di daerah puncak itu. Tidak ada satupun keluarga yang mendampinginya. Tidak ada satupun anggota keluarganya yang tersisa Sesampainya di rumah sakit, Anggun langsung diantar menuju kamar jenazah. Di sana ia membuka kain penutup berwarna putih itu. Kedua orangtuanya, juga kedua saudaranya.Anggun histeris. Hatinya hancur. Dunia seakan runtuh. Tapi kenyataan ini harus ia hadapi sendirian. Tanpa sanak keluarga. Anggun yang belum genap 20 tahun itu harus merasakan semuanya, mana kala rencananya melanjutkan studi ke Amerika harus ia kubur dalam."Kenapa kalian meninggalkan aku sendiri? Kenapa nggak ajak aku juga, Pa, Ma? Mas, kenapa harus aku sendiri yang hidup?" Rintihan itu memilukan. Para polisi itu pun mencoba menenangkan Anggun. Namun, lagi-lagi mereka gagal. Anggun tetap histeris. Tidak tahu, apakah ia sanggup menjalani hidup ke depannya sendiri. Tanpa siapapun.Tidak lama da
POV NISSASebulan sudah gadis berusia 15 tahun itu mengalami koma panjang. Hingga akhirnya, kini tubuh itu mulai bergerak, menandakan sebuah kemajuan.Perlahan gadis itu mulai membuka matanya. Ia melihat sekeliling, kepalanya yang masih pusing. Pandangannya pun masih belum jelas. Ia mencoba melihat orang di sekitarnya yang selama ini setia menunggu kesembuhannya.Matanya kini mulai jelas melihat. Ia mencoba mengingat kembali apa yang terjadi padanya. Namun, tidak ada hal yang membuatnya ingat mengapa kini ia berada di ranjang rumah sakit kamar VVIP."Kalian siapa?" tanya Nissa pada sepasang suami istri itu. Arjuna dan Balqis saling pandang. Ada kebahagiaan terpancar di wajah Balqis. Akhirnya, orang yang ditabrak suaminya itu tanpa sengaja kini akhirnya tersadar."Alhamdulillah. Akhirnya dia sadar, Mas. Nak, nama kamu siapa? Kami senang, akhirnya kamu sudah sadar. Keluarga kamu pasti susah mencari keberadaan kamu," ujar Balqis."Namaku?"Nissa mulai berpikir, mencoba mengingat siapa
Sore itu tiba-tiba Pras dan Nissa diusir dari rumah papinya. Kedua anak remaja itu hanya bisa pasrah. Mereka pun memutuskan pergi meninggalkan rumah yang banyak meninggalkan kenangan indah itu. Baru beberapa langkah, tiba-tiba hujan deras.turun. Pras pun langsung mengajak adiknya ke sebuah gubuk kecil berlantai kayu.'Mas, kita mau ke mana? Mereka kok jahat banget ya?" ucap Nissa terisak."Kamu sabar dulu ya dek.'Malam itu terpaksa keduanya bermalam di gubuk reot itu. Tidak ada pilihan lain kecuali menetap. Di luar hujan masih sangat deras. Pras dan Nissa akhirnya memutuskan tidur sejenak, karena sudah sangat kelelahan. Meraka sudah sangat kelelahan berjalan. Pras akhirnya terbangun. Ia melirik ke arah adiknya yang masih terlelap. Saat melihatnya menggigil, Pras pun langsung mengeceknya dan benar saja jika adiknya itu demam tinggi.'Astaghfirullah! Nissa, kamu demam tinggi. Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan?" gumam Pras. Airmatanya pun menetes. Tidak tahu, apa yang harus dil
Sintia mulai keras menolak kehadiran keluarga Acha di rumahnya. Dia tidak ingin terjadi hal buruk pada ketiga anaknya hanya demi menyelamatkan anak si pembunuh."Aku udah capek ya, Mas, berdebat terus. Sekarang gini aja deh, kamu silakan pilih. Aku dan anak-anak atau mereka???" ucap Sintia lantang."Sin, jangan seperti ini. Aku tidak mungkin memilih. Aku ya pasti memilih kalian. Tapi, pikirkan Reno. Dia masih kecil untuk hidup di luar," tutur Panca."Kamu tahu sendiri kan, sejak kasus ini ke publish kedua adik Acha itu kena PHK dan sampai detik ini, tidak ada satupun perusahaan yang mau menerima mereka.""Di mana hati nurani kamu? Kamu pernah kan, diposisi seperti mereka? Dan di saat itu hanya Himawan yang mau membantu! Kamu tidak ada empati sedikitpun sama anak yang sudah pernah menolong kamu???" pekik Panca.Panca mulai hilang kesabaran. Dia tidak tahu lagi bagaimana caranya membujuk istrinya itu agar tetap membiarkan Reno dan keluarga Acha itu bertahan di rumahnya."Sekarang kamu p
Sejak hari itu keluarga Acha tinggal dikediaman Panca dan Sintia. Sintia awalnya menolak, tapi akhirnya ia hanya pasrah dengan keputusan suaminya. Sintia hanya meminta penjagaan lebih ketat di rumah maupun saat anak-anaknya ataupun anak Acha dan Himawan bersekolah. Panca pun akhirnya menyetujui syarat yang diajukan istrinya itu.Tidak seperti hari-hari biasanya, Sintia merasakan perasaan tidak enak. Ia pun memutuskan.menemani anak-anak ke sekolah.Di tengah perjalanan ponselnya kembali berdering. Sebuah nama memanggil. Benar saja dugaan Sintia. Kali ini ancaman Harris tidaklah main-main."Halo, cantik. Gimana kabarmu? Kamu sepertinya tidak mengindahkan ancamanku ya? Kamu pikir, aku main-main??" Harris terlihat tenang, tapi pikirannya cuma satu. Menghancurkan siapapun yang menghalanginya melenyapkan nyawa keluarga Acha yang tersisa."Atau kamu butuh bukti??""Tunggu! Apa yang mau kamu lakukan? Tolong, jangan sakiti anak-anak!""Jangan atur aku!!!"Harris tidak main-main. Di tengah pe
Waktu berjalan begitu cepat. Sudah beberapa bulan setelah kematian Himawan dan Acha harus merasakan dinginnya lantai penjara. Hinaan dan caci maki dirasakan Acha di dalam sel. Beberapa tahanan bahkan membully hingga melakukan kekerasan padanya. Dan kini, yang tersisa darinya hanya sebuah penyesalan. Ya, Acha menyesal. Ia sadar, bahkan kini anaknya harus merasakan penderitaan yang tidak pernah terbayangkan oleh mereka.Malam itu, ketika ketiga anak Acha tengah tertidur pulas di kamarnya masing-masing, ada beberapa pria berbadan besar datang dan mengobrak-abrik rumahnya.Malam itu hanya ada ibu Acha yang menemani. Sedangkan kedua adik Acha tengah keluar kota untuk urusan pekerjaan. Sang nenek tidak dapat berbuat banyak saat Nissa, anak bungsu Himawan dan Acha dibawa oleh pria-pria itu.Entah siapa yang menyuruh mereka. Rumah itu sudah hancur, beberapa barang telah dihancurkan. Tapi anehnya, tidak ada satu pun barang yang diambil. Ini jelas bukan perampokan biasa. Tapi mungkin sebuah aj
Acara pemakaman Cindy pun sudah usai. Berita itu begitu cepat tersebar. Keluarga pun mendapatkan cibiran dari teman, tetangga dan semua yang mengenalnya. Tidak ada satupun kata dukungan, justru hinaan yang diterima keluarga Acha."Ini memalukan. Cindy telah merusak semuanya. Dasar perempuan terkutuk!" Caci maki itu akhirnya keluar dari adik beradik Cindy, termasuk ibu Acha.Namun, anak-anak Cindy yang mulai beranjak dewasa pun tidak terima mendengar hinaan dan sumpah serapah itu. Begitupun suami Cindy yang telah dikhianati, ia tetap pasang badan membela almarhumah istrinya."Mbak, cukuplah. Hentikan semua ini. Bagaimanapun Cindy itu adiknya mbak. Ini juga bukan sepenuhnya kesalahan Cindy. Himawan juga salah. Menantu mbak juga laki-laki terkutuk!" balas Harris, suami Cindy."Harris, Harris, kamu masih membela istri laknat begitu? Di mana harga diri kamu???" tutur ibu Acha sinis."Mbak, saya mungkin laki-laki bodoh. Tidak punya harga diri atau apalah terserah kalian. Tapi dia istri saya
Tidak terbersit dibenak Acha untuk melenyapkan nyawa suami dan sahabatnya. Apalagi dengan cara yang tergolong sadis. Tapi rasa sakit hati dan dendamnya membuat Acha gelap mata. "Apa yang pertama kali anda lakukan?" tanya Rifat. "Saya meminta suami saya berhenti di jalan Ardipura. Tepat di depan taman Angkasa. Dan .... ""Selanjutnya?"Wajah Acha kembali tertunduk. Tubuh mungilnya bergetar, ada banyak luka yang masih ia coba sembunyikan. Beberapa saat ia pun kembali menangis. Terisak dan seketika ia tertawa. "Mbak Acha, kamu baik-baik saja?" tanya Rifat. Ia mulai khawatir dengan mental terduga pelaku kasus yang sedang ditanganinya itu."Mbak Acha, bisa kita lanjutkan?"Hening ....Pandangan mata itu kembali nanar. Diam dan akhirnya ia mulai bercerita kembali setiap detik waktu yang ia habiskan malam itu."Aku meminta Mas Mawan berhenti. Saat itu juga banyak pedagang berjualan di depan pintu masuk taman. Aku meminta suamiku membeli beberapa cemilan dan minuman. Saat dia pergi, aku l