BLAAASSST!Rinjani menggerakkan tongkat hitam dari Malaikat Iblis untuk melenyapkan semua Naga Tengkorak yang masih dihadapi oleh Candaka."Wuih! Untung kamu cepat datang, Adinda Rin! Sulit sekali menghadapi Naga Tengkorak yang terus bangkit ini!" seru Candaka sambil mengibaskan debu di pakaiannya"Malaikat Iblis telah pergi! Aku tidak tahu apa Naga Ashura juga mengirim Dewa Seribu Petaka ke Kota Naga Sakti ini!" sahut Rinjani."Apa yang akan kita lakukan terhadap Elder Draconis?' tanya Candaka."Kita harus menangkapnya karena sudah jelas terbukti dia bersekongkol dengan Malaikat Iblis untuk menguasai Kota Naga Sakti!" Dewi Racun ini sepertinya tidak akan melepaskan Elder Draconis begitu saja."Apa kita perlu memberitahukan Elder Long Hu dahulu tentang masalah ini?" tanya Candaka."Tidak perlu, Kanda! Kita juga masih belum tahu peran Elder Long Hu terhadap semua krisi di Kota Naga Sakti ini!" sahut Rinjani."Kita harus cari Elder Draconis kemana, Adinda Rin? Pasti dia sudah pergi jauh
Dewi Racun masih sedikit berbaik hati, tidak mengeluarkaan racun yang mematikan dari serangannya sehingga Elder Draconis yang terpental jatuh ke daratan hanya mengalami luka ringan saja."Kamu beruntung, aku sudah tidak seperti dahulu yang akan membunuh sosok yang tidak kusukai!" seru Dewi Racun yang sudah berdiri di hadapan Elder Draconis yang sudah tidak berdaya."Terima kasih atas kesempatannya, Dewi Racun!" ujar Elder Draconis yang merasaa beruntung masih dibiarkan hidup, padahal serangan tadi kalau dilancarkan dengan kekuatan penuh akan menewaskan dirinya."Berterima kasihlah kepada pendekar yang telah kamu hina-hina!" sahut Rinjani.Elder Draconis melihat ke arah Candaka sambil menganggukan kepalanya."Sekarang, aku akan bertanya padamu untuk teraakhir kalinya ... siapa saja yang bersekongkol untuk menguasai Kota Naga Sakti? Terutama untuk melenyapkaan Pendekar Naga Biru?" tanya Rinjani dengan tatapan mata tajam yang tidak bisa dibantah."Aku bisa dilenyapkan oleh mereka apabila
"Antarkan kami menemui Ratu Belinde!" perintah Dewi Racun terhadap Elder Draconis."Aku tidak berani, Ratu! Aku akan dianggap sebagai penghianat!" sahut Elder Draconis yang menolak perintah Rinjani."Kamu berani menolak perintahku? Apa kamu tidak takut terhadapku?" tanya Dewi Racun dengan wajah seramnya."Ba-baiklah! Aku akan antar kalian menemui Ratu Belinde! " kata Elder Draconis dengan tubuh gemetar dan gugup tertekan aura pembunuh yang berasal dari tubuh Dewi Racun yang juga mengandung aura beracun."Bantu kami mengatasi masalah di Kota Naga Sakti ini, mungkin kamu masih bisa tetap memimpin Distrik Phoenix!" ujar Candaka memberikan pilihan kepada Elder Draconis."Kanda terlalu baik terhadap penghianat ini! Sudah tidak dihukum mati sudah bagus ... malahan tetap boleh menjabat!""Aku rasa Elder Draconis sudah belajar dari kesalahan, dan akan setia terhadap Kerajaan Kamandaria ... bukankah begitu, Elder Draconis?" tegas Candaka.Elder Draconis agak terkejut dengan penawarann dari raj
Ratu Belinde yang bermaksud menghalangi langkah Candaka, perlahan bergerak mundur melihat ketegasan wajah Candaka."Aku tetap tidak bisa memaafkanmu atas perbuatanmu terhadap Jayanti!" seru Ratu Belinde."Mulai sekarang, Ratu Belinde menjadi tahanan rumah di bawah pengawasanmu, Draconis!" perintah Candaka dengan tegas."Kamu tidak berhak!' tolak Ratu Belinde."Aku berhak melakukannya sampai Ratu menyadari kesalahan Ratu selama ini!" sahut Candaka. "Jaga Ratu Belinde baik-baik ya ... kalau sampai terjadi apa-apa dengan Ratu Belinde kamu yang tanggung akibatnya!" Elder Draconis hanya menundukkan kepalanya saja."Ingat, Draconis! Hanya ini kesempatan terakhirmu! Apabilakamu membelot lagi, maka tiada ampun lagi untukmu!" ancam Rinjani.*****"Kita akan kemana lagi, Kanda?" tanya Rinjani begitu mereka meninggalkan kediaman Ratu Belinde."Distrik Seiryu! Aku harus menanyakan kebenaran ucapan Draconis mengenai Elder Ling Tse! Aku tidak ingin Mahesa menjadi target Elder Ling Tse ini!" sahut
"Semoga kamu baik-baik saja, Kanda Candaka! Seharusnya aku membantumu tapi aku juga tidak bisa mennetang perintahmu!"Rinjani meninggalkan Candaka dengan perasaan was-was karena dia tahu kekuatan Dewa Seribu Petaka yang akansulit dihadapi Candka yang baru mempelajari 4 Kitab Naga Sakti dari seluruh 9 Kitab Naga Sakti. Memang Candaka juga memiliki Jurus Tapak Naga Sakti dan Jurus Naga Geni serta Ilmu Pedang Elder dan Pedang Naga ... tapi kemampuan Dewa Seribu Petaka sudah jauh di atasnya."Aku harus percaya kalau Pendekar Naga Biru bisa mengalahkan Dewa Seribu Petaka ini! Kanda memiliki kecerdasan yang tinggi untuk memanfaatkan semua keahlian bela dirinya enjadi kombinasijurus yang lebih dasyat dari jurus aslinya!"Dewi Racun teringat pertarungannya di masa lampau menghadapi Dewa Seribu Petaka yang bewrakhir seri tanpa kemenangan."Aku akan segera kembali! Bertahanlah, Kanda!"Dewi Racun berlari dengan cepat menuju ke Distrik Pendekar untuk memperingatkan Elder Bhalendra tentang Portal
Hi - Hi - Hi ...Suara tertawa perempuan cantik yang sedingin es ini sangat mengerikan dan berkumandang ke seluruh Kota Naga Sakti."Kamu benar-benar tidak mengenalku, Dewi Racun?" tanya perempauan pucat pasi ini."Kenapa sekarang banyak yang merasa kenal denganku, sedangkan aku sama sekali tidak mengenal mereka?" batin Rinjani penuh tanda tanya.Perempuan asing ini mendarat dengan penuh keanggunan dari atas langit tepat di hadapan Rinjani."Aku tidak mengenalmu! Kalau kamu merasa mengenalku, itu urusanmu!" sahut Dewi Racun."Ketus sekali ucapanmu! Rinjani yang aku kenal tidak seperti dirimu!" ujar perempuan pucat pasi ini.Dewi Racun mulai heran dengan namanya disebut oleh perempouan yang bagaikan mayat ini tapi memencarkan hawa dingin yang tajam menusuk tulang."Siapa dirimu? Jangan ikut campur urusanku maka aku tidak akan ikut campur urusanmu! Adil bukan?" ujar Dewi Racun."Aku-Ling Shin, yang lebih dikenal sebagai Naga Utara!" sahut perempuan ini."Pantas! Kamu salah satu naga dar
Naga Utara Ling Shin hanya tersenyum sinis mendengar ancaman Dewi Kematian. "Ternyata Dewi Kematian bisa melucu juga menjelang ajalnya," ujar Naga Utara dengan sindiran tajam. "Bukan aku yang akan mati, tapi kau ... Naga Pucat!" sahut Dewi Kematian. "Kamu tidak pantas melawanku, Dewi Kematian! Aku tidak perlu wujud nagaku untuk menghadapimu!" Ucapan Naga Utara semakin membuat Dewi Kematian ini terhina. "Kurang ajar! Jangan merasa terlalu hebat, Naga Utara!" seru Dewi Kematian. "Tidak panggil aku, Naga Pucat lagi?' tanya Naga Utara yang mengandung sindiran tajam. "Akan kubuat tubuh esmu hancur berantakan, Naga Utara!" "Tapak Lotus Hitam!" Dewi Kematian mengarahkan telapak tangannya yang sudah menghitam ke dada Naga Utara. Telapak tangannya ini mengandung racun tingkat tinggi yang berasal dari bunga Lotus Hitam yang langka. "Wah! Kamu genit juga ya? Menyerang bagian dadaku!" goda Naga Utara sambil tersenyum genit. Hanya dengan berputar ke samping, Naga Utara berhasil menghind
Sementara itu, Dewa Seribu Petaka juga tengah kesulitan dihadang oleh Pendekar Naga Biru yang begitu diinginkan oleh Naga Ashura."Kamu ini tidak ada apa-apanya, Pendekar Naga Biru! Belum menguasai seluruh Kitab Naga Sakti dan tidak bisa berubah menjadi naga! Apa sebenrnya yang bisa dibanggakan dari dirimu yang begitu terkenal?" tanya Dewa Seribu Petaka."Aku tidak pernah menganggap diriku hebat! Aku hanya ingin hidup tenang, tapi kalian terus mengacau di Kamandaria!" sahut Candaka."Naga Ashura begitu ingin bertarung denganmu, tapi bagiku ... kamu ini tidak pantas bertarung dengan Naga Ashura!" ujar Dewa Seribu Petaka."Aku tidak peduli apa katamu! Menyngkir dari Kota Naga Sakti atau aku yang akan memaksamu pergi!" seru Candaka yang mulai kesal dengan hinaan Dewa Seribu Petaka ini."Hahaha! Pendekar murahan seperti dirimu ini tidak pantas untuk memerintahku!" hina Dewa Seribu Petaka lagi.Kesabaran Candaka sudah habis menghadapi penghinaan yang bertubi-tubi dari Dewa Seribu Petaka."
Pertempuran di Kota Naga Biru Laut yang tadinya dikhawatirkan akan berlangsung sengit, ternyata selesai dengan lebih cepat.Gandar akhirnya memutuskan untuk menyerang armada kapal Benua Timur untuk memberi efek jera kepada Kaisar Xian Ming agar tidak lagi berambisi untuk menguasai Benua Kamandaria dan juga terutama Kerajaan Malaka.Seluruh kapal tempur Kerajaan Malaka menyerang habis-habisan kapal-kapal Benua Timur. Bunyi dentuman dan ledakan serta terlihat kobaran api di mana-mana menunjukkan betapa dasyat dan kejamnya sebuah pertempuran yang harus mengorbankan banyak nyawa.Sementara itu pertarungan antara Rinjani dan Jayanti juga selesai dengan perginya Iblis Naga Biru meninggalkan pertarungan mereka begitu melihat kehancuran kapal-kapal tempur Benua Timur."Selamat tinggal, Rinjani! Semoga kamu bisa membahagiakan Kanda Candaka! Aku akan pergi dari Kamandaria untuk selama-lamanya!" ucap Jayanti sambil lenyap begitu saja dari hadapan Rinjani.Rinjani juga tidak memiliki niat lagi be
Naga Emas Gandar meluncur di dalam air dengan kecepatan tinggi menerjang Naga Long Wan yang sedang mengejar Naga Air Rinjani hingga terpental beberapa meter.Naga Long Wan yang merasa terganggu oleh Gandar langsung berbali dan mulai menerjang balik Naga Emas Gandar yang telah menerjangnya tadi.Tubuh Naga Emas Gandar terdorong oleh terjangan Naga Long Wan ini tapi Naga Emas tidak menyerah begitu saja.Dia berbalik dengan cepat menerjang tubuh Naga Long Wan yang besar sampai terjatuh ke dasar samudra.Naga Long Wan yang terjatuh langsung bangkit kembali dan menerjang dengan cepat ke arah Naga Emas Gandar tanpa bisa dihindarinya. Tubuhnya langsung terpental lagi dengan sedikit luka akibat kuku tajam dari Naga Long Wan.Pertarungan antara Naga Long Wan melawan Naga Emas Gandar masih berlangsung sengit. Belum tampak siapa yang akan menjadi pemenangnya.Naga Long Wan yang bertubuh besar dengan ekor panjangnya yang tajam bergerak berusaha menusuk tubuh Naga Emas Gandar. Tapi kulit dan sisi
"Ternyata Iblis Naga Biru tidak memiliki pengikut ... hanya sendiri saja membawa prajurit emas yang sudah pernah kami kalahkan!' ejek Rinjani. Kesempatan bagi Rinjani menumpahkan segala kekesalannya. Tadinya dia mendukung Candaka untuk mencari Jayanti dan mengangkatnya menjadi Ratu keempat Kamandaria, tapi begitu melihat sikap Jayanti, tidak ada lagi rasasungkan di hati Rinjani."Tidak perlu pengikut kalau hanya ingin mengalahkanmu! Aku ingin tahu, seberapa hebat Dewi Racun yang berhasil memikat Pendekar Naga Biru!" balas Jayanti.Naga Merah Swantara berukuran lebih besar daripada Iblis Naga Biru, tapi untuk kecepatan masih unggul Iblis Naga Biru."Sudah cukup kekacauan yang kamu timbulkan, Iblis Naga Biru! Bekerja sama dengan bangsa asing untuk menjajah negeri sendiri sangat tidak bisa diampuni!" ujar Rinjani."Masih mending aku daripada dirimu, perebut kekasih orang!" tuduh Jayanti yang langsung menekan Rinjani dengan aura kegelapan miliknya."Cuih! Siapa yang merebut kekasihmu? Kau
TRAAANG!Saat Kanaya yang tidak berdaya pasrah dengan nasibnya, mendadak puluhan anak panah yang turun dari atas langit terpental jauh dan tidak mengenai tubuh Kanaya.Bahkan Kubilai juga terpaksa melepaskan golok emas kembarnya saat dirinya diserang oleh beberapa sosok yang bergerak sangat cepat. AAARRRGGGH!Teriakan Kubilai yang terluka sungguh mengejutkan Kanaya. Bukan hanya dirinya yang lepas dari ancaman maut anak panah tapi Kubilai juga terpaksa melepaskan jepitan golok emas kembar pada Pedang Petir-nya karena tubuhnya terluka oleh sabetan prdang."Siapa yang membantuku? Gerakannya cepat sekali!" batin Kanaya yang merasa bersyukur masih bisa selamat saat nyawanya sudah di ujung tanduk.Saat ketiga bayangan ini menampakkan wujud aslinya barulah Kanaya mengenali beberapa di anataranya. "Isyana? Gayatri?" ujarnya pada kedua gadis yang masing-masing memegang pedang dan tongkat. Kanaya tidak mengenali pria yang bersama mereka. "Aku, Brahmana ... aku datang atas undangan Ratu Rinjan
Kaisar Xian Ming berdiri gagah dengan pakaian bertarungnya setelah melepaskan jubah emas kekaisarannya. "Kamu terlalu lemah, Candaka! Untuk menjadi pemimpin sejati, kita harus mengorbankan semua yang kita kasihi dan sayangi! Tidak boleh ada kelemahan sedikit-pun yang bisa dimanfaatkan oleh lawan kita!" seru Kaisar Xian Ming.Raja Candaka tidak kalah gagahnya berdiri di hadapan Kaisar Xian Ming. "Kamu yang salah, Xian Ming! Pemimpin sejati tidak akan mengorbankan sanak saudara dan sahabatnya. Pemimpin sejati selalu mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri! Kamu menghancurkan satu benua hanya untuk mempermudahmu melintas? Sungguh kaisar yang tidak layak menduduki tahta kerajaan!"Sindiran Candaka membuat marah Kaisar Xian Ming. "Tahu apa kau tentang menjadi pemimpin? Kamu sudah ditakdirkan menjadi Raja bahkan sejak kau terlahir sebagai anak naga! Seharusnya hanya Kaisar yang bisa dianggap sebagai anak naga, penerus tahta kerajaan! Aku berjuang agar mampu menjad
GWAAARRR ...!!! Belasan Naga Wrath terbang di atas kerumunan kapal tempur Benua Timur dan membakar habis beberapa kapal dengan prajurit di dalamnya yang berlarian dengan kondisi tubuh terbakar melompat ke dalam lautan. Terlihat Naga Biru yang terbang meliuk-liuk dengan indahnya turut menyemburkan api ke kapal tempur Benua Timur. Namun, berbeda dengan Naga Wrath yang menyembur tanpa belas kasihan, untuk Naga Biru ini melakukannya dengan raungan terlebih dahulu untuk memberi kesempatan prajurit Benua Timur melompat ke laut barulah dia menyemburkan api membakar kapal tempur mereka. Teriakan menyayat hati terdengar dari ratusan prajurit yang terbakar hidup-hidup oleh semburan api naga Wrath. Suasana di perairan Kota Naga Emas sudah mirip kobaran api dengan banyak kapal yang terbakar. Sepertinya kemenangan akan diraih dengan mudah, tapi Zhu Fei terlalu menganggap remeh Panglima Xian Shung. KWAAAK! Tiba-tiba terdengar teriakan dari beberapa Naga Wrath yang terjatuh ke dasar lautan. Nag
"Cuih! Kanda sudah salah terus merindukanmu! Ternyata kamu tidak pantas untuk diharapkan olehnya!' seru Rinjani dengan wajah penuh amarah."Hihihi ... kalian ini wanita yang bodoh! Pria yang bisa mencintai begitu banyak wanita bukanlah pria yang baik! Aku sudah tidak ingin kembali lagi kepada Candaka sejak tahu dia memilih wanita lain, bukan hanya satu wanita tapi tiga wanita sekaligus!"Tawa Jayanti yang agak mengerikan membuat Rinjani agak merinding. Ternyata wanita ini benar-benar iblis yang berwujud naga biru. Semula mereka mengira Jayanti masih bisa disembuhkan, tapi melihat kondisinya sekarang sungguh hal yang mustahil mengharapkan Jayanti kembali seperti dulu."Aku tidak keberatan karena Kanda adil terhadap kami! Ada satu yang kamu lupakan, Iblis Naga Biru!" ujar Rinjani sambil tersenyum sinis."Kamu tidak bisa kabur, Dewi Racun! Seluruh udara telah dijaga oleh pasukan nagaku!" sahut Jayanti dengan pandangan meremehkan Rinjani."Terlalu sombong! Kamu melupakan satu hal yang bis
Zhu Fei yang memegang kendali sebagai panglima tertinggi di Kota Naga Emas benar-benar serius menjalankan tugasnya setelah kepergian Raja Candaka dan Raja Gandar ke Kota Naga Biru.Rapat penting langsung diadakan oleh Zhu Fei untuk membahas strategi terbaik menghadapi Panglima Xian Shung yang diberi waktu tiga jam untuk mundur dari perairan Kota Naga Emas.Masa tiga jam itulah yang dimanfaatkan oleh Zhu Fei untuk menyusun strategi karena kemungkinan besar Panglima Xian Shung tidak akan menyerah. Pendekar Naga Sakti ini juga tidak mengetahui pasti apa Iblis Naga Biru dan Naga Ashura ikut dalam armada laut Panglima Xian Shung."Panglima Zhian, bagaimana situasi perbatasan darat dan udara Kota Naga Emas?" tanya Zhu Fei. Ketegasan Pendekar Naga Sakti ini sungguh jauh berbeda saat dia pergi menemui Zhian. Sekarang, Zhu Fei sudah lebih dewasa dan tidak mempermasalahkan lagi Zhian yang bersama Candaka."Perbatasan udara dijaga oleh kawanan Naga Wrath, Panglima! Untuk perbatasan darat mungkin
Candaka dan Rinjani berhasil tiba dengan cepat di Kota Naga Biru karena Naga Xarvis memiliki kemampuan teleportasi naga yang bisa dalam sekejab membawa Candaka dan Rinjani ke sana. Bahkan Gandar dan Alisha juga belum tiba di sana. Hanya ada Arjani yang menempatkan armada kapalnya menjaga perairan Kota Naga Biru Laut. "Kak Candaka! Kenapa Kakak ke sini?" tanya Arjani saat menemui Candaka. "Salam hormat, Ratu Rinjani!" lanjutnya dengan sopan. Rinjani hanya menganggukan kepalanya saja untuk menjawab penghormatan Arjani. "Arjani! Kamu cantik sekali! Sekarang kamu sudah hebat dengan menjadi panglima Kerajaan Malaka!' sahut Candaka dengan riang gembira. Rinjani agak sedikit cemburu melihat keakraban antara Arjani dan Candaka. "Hahaha ... Kak Candaka bisa saja! Apa yang telah terjadi? Kenapa kakak ke sini, bukannya beerada di Kota Naga Emas?" tanya Arjani. "Bukan hanya aku yang akan ke sini. Gandar juga sedang menuju kemari. Sebentar lagi dia kan tiba! Kami tertipu oleh siasat Kaisar Xia