"Antarkan kami menemui Ratu Belinde!" perintah Dewi Racun terhadap Elder Draconis."Aku tidak berani, Ratu! Aku akan dianggap sebagai penghianat!" sahut Elder Draconis yang menolak perintah Rinjani."Kamu berani menolak perintahku? Apa kamu tidak takut terhadapku?" tanya Dewi Racun dengan wajah seramnya."Ba-baiklah! Aku akan antar kalian menemui Ratu Belinde! " kata Elder Draconis dengan tubuh gemetar dan gugup tertekan aura pembunuh yang berasal dari tubuh Dewi Racun yang juga mengandung aura beracun."Bantu kami mengatasi masalah di Kota Naga Sakti ini, mungkin kamu masih bisa tetap memimpin Distrik Phoenix!" ujar Candaka memberikan pilihan kepada Elder Draconis."Kanda terlalu baik terhadap penghianat ini! Sudah tidak dihukum mati sudah bagus ... malahan tetap boleh menjabat!""Aku rasa Elder Draconis sudah belajar dari kesalahan, dan akan setia terhadap Kerajaan Kamandaria ... bukankah begitu, Elder Draconis?" tegas Candaka.Elder Draconis agak terkejut dengan penawarann dari raj
Ratu Belinde yang bermaksud menghalangi langkah Candaka, perlahan bergerak mundur melihat ketegasan wajah Candaka."Aku tetap tidak bisa memaafkanmu atas perbuatanmu terhadap Jayanti!" seru Ratu Belinde."Mulai sekarang, Ratu Belinde menjadi tahanan rumah di bawah pengawasanmu, Draconis!" perintah Candaka dengan tegas."Kamu tidak berhak!' tolak Ratu Belinde."Aku berhak melakukannya sampai Ratu menyadari kesalahan Ratu selama ini!" sahut Candaka. "Jaga Ratu Belinde baik-baik ya ... kalau sampai terjadi apa-apa dengan Ratu Belinde kamu yang tanggung akibatnya!" Elder Draconis hanya menundukkan kepalanya saja."Ingat, Draconis! Hanya ini kesempatan terakhirmu! Apabilakamu membelot lagi, maka tiada ampun lagi untukmu!" ancam Rinjani.*****"Kita akan kemana lagi, Kanda?" tanya Rinjani begitu mereka meninggalkan kediaman Ratu Belinde."Distrik Seiryu! Aku harus menanyakan kebenaran ucapan Draconis mengenai Elder Ling Tse! Aku tidak ingin Mahesa menjadi target Elder Ling Tse ini!" sahut
"Semoga kamu baik-baik saja, Kanda Candaka! Seharusnya aku membantumu tapi aku juga tidak bisa mennetang perintahmu!"Rinjani meninggalkan Candaka dengan perasaan was-was karena dia tahu kekuatan Dewa Seribu Petaka yang akansulit dihadapi Candka yang baru mempelajari 4 Kitab Naga Sakti dari seluruh 9 Kitab Naga Sakti. Memang Candaka juga memiliki Jurus Tapak Naga Sakti dan Jurus Naga Geni serta Ilmu Pedang Elder dan Pedang Naga ... tapi kemampuan Dewa Seribu Petaka sudah jauh di atasnya."Aku harus percaya kalau Pendekar Naga Biru bisa mengalahkan Dewa Seribu Petaka ini! Kanda memiliki kecerdasan yang tinggi untuk memanfaatkan semua keahlian bela dirinya enjadi kombinasijurus yang lebih dasyat dari jurus aslinya!"Dewi Racun teringat pertarungannya di masa lampau menghadapi Dewa Seribu Petaka yang bewrakhir seri tanpa kemenangan."Aku akan segera kembali! Bertahanlah, Kanda!"Dewi Racun berlari dengan cepat menuju ke Distrik Pendekar untuk memperingatkan Elder Bhalendra tentang Portal
Hi - Hi - Hi ...Suara tertawa perempuan cantik yang sedingin es ini sangat mengerikan dan berkumandang ke seluruh Kota Naga Sakti."Kamu benar-benar tidak mengenalku, Dewi Racun?" tanya perempauan pucat pasi ini."Kenapa sekarang banyak yang merasa kenal denganku, sedangkan aku sama sekali tidak mengenal mereka?" batin Rinjani penuh tanda tanya.Perempuan asing ini mendarat dengan penuh keanggunan dari atas langit tepat di hadapan Rinjani."Aku tidak mengenalmu! Kalau kamu merasa mengenalku, itu urusanmu!" sahut Dewi Racun."Ketus sekali ucapanmu! Rinjani yang aku kenal tidak seperti dirimu!" ujar perempuan pucat pasi ini.Dewi Racun mulai heran dengan namanya disebut oleh perempouan yang bagaikan mayat ini tapi memencarkan hawa dingin yang tajam menusuk tulang."Siapa dirimu? Jangan ikut campur urusanku maka aku tidak akan ikut campur urusanmu! Adil bukan?" ujar Dewi Racun."Aku-Ling Shin, yang lebih dikenal sebagai Naga Utara!" sahut perempuan ini."Pantas! Kamu salah satu naga dar
Naga Utara Ling Shin hanya tersenyum sinis mendengar ancaman Dewi Kematian. "Ternyata Dewi Kematian bisa melucu juga menjelang ajalnya," ujar Naga Utara dengan sindiran tajam. "Bukan aku yang akan mati, tapi kau ... Naga Pucat!" sahut Dewi Kematian. "Kamu tidak pantas melawanku, Dewi Kematian! Aku tidak perlu wujud nagaku untuk menghadapimu!" Ucapan Naga Utara semakin membuat Dewi Kematian ini terhina. "Kurang ajar! Jangan merasa terlalu hebat, Naga Utara!" seru Dewi Kematian. "Tidak panggil aku, Naga Pucat lagi?' tanya Naga Utara yang mengandung sindiran tajam. "Akan kubuat tubuh esmu hancur berantakan, Naga Utara!" "Tapak Lotus Hitam!" Dewi Kematian mengarahkan telapak tangannya yang sudah menghitam ke dada Naga Utara. Telapak tangannya ini mengandung racun tingkat tinggi yang berasal dari bunga Lotus Hitam yang langka. "Wah! Kamu genit juga ya? Menyerang bagian dadaku!" goda Naga Utara sambil tersenyum genit. Hanya dengan berputar ke samping, Naga Utara berhasil menghind
Sementara itu, Dewa Seribu Petaka juga tengah kesulitan dihadang oleh Pendekar Naga Biru yang begitu diinginkan oleh Naga Ashura."Kamu ini tidak ada apa-apanya, Pendekar Naga Biru! Belum menguasai seluruh Kitab Naga Sakti dan tidak bisa berubah menjadi naga! Apa sebenrnya yang bisa dibanggakan dari dirimu yang begitu terkenal?" tanya Dewa Seribu Petaka."Aku tidak pernah menganggap diriku hebat! Aku hanya ingin hidup tenang, tapi kalian terus mengacau di Kamandaria!" sahut Candaka."Naga Ashura begitu ingin bertarung denganmu, tapi bagiku ... kamu ini tidak pantas bertarung dengan Naga Ashura!" ujar Dewa Seribu Petaka."Aku tidak peduli apa katamu! Menyngkir dari Kota Naga Sakti atau aku yang akan memaksamu pergi!" seru Candaka yang mulai kesal dengan hinaan Dewa Seribu Petaka ini."Hahaha! Pendekar murahan seperti dirimu ini tidak pantas untuk memerintahku!" hina Dewa Seribu Petaka lagi.Kesabaran Candaka sudah habis menghadapi penghinaan yang bertubi-tubi dari Dewa Seribu Petaka."
"Jadi, kamu biarkan saja Dewi Kematian ini pergi setelah menolak bergabung denganmu?" tanya Rinjani setelah mendengarkan dengan seksama cerita Naga Utara."Sudah kubilang kan dari awal kalau aku tidak ingin ikut campur urusan di Kota Naga Sakti ini. Aku hanya ingin jalan-jalan saja menikmati kota ini, jadi setelah urusanku dengan Dewi Kematian ini selesai, aku pergi saja!" sahut Naga Utara."Ada keperluan apa kamu menemui Elder Long Hu? Apa dia meminta bantuanmu untuk mengatasi pemberontakan kecil dari kepala distrik Kota Naga Sakti ini?" tanya Rinjani."Kamu tidak tahu ya, Dewi Racun?" tanya Naga Utara."Apa yang tidak aku ketahui?" Rinjani menjadi bingung ditanya oleh Naga Utara. "Elder Long Hu itu tadinya anggota kesepuluh dari negeri kami yang tadinya disebut Negeri Sepuluh Dewa Naga, tapi perginya Long Hu membuat Naga Kaisar mengubah negeri kami menjadi Negeri Sembilan Naga Langit!" ujar Naga Utara."Pantas Elder Long Hu sangat misterius? Ternyata dia saudara kalian!" Tiba-tib
"Xarvis! Bawa aku dan Ratu menuju Desa Kabut Hitam!" perintah Candaka pada Naga Xarvis setelah mereka keluar di dalam Kuil Naga. "Apa kita lalui saja Gurun Terkutuk ini, Kanda? Aku sudah lama juga tidak berlatih!" ujar Rinjani. Ucapan Rinjani membuat Candaka menjadi tidak mengerti keinginan Dewi Racun ini yang memintanya melalui jalan darat saja."Kamu ini ... sebelumnya kamu mendesakku untuk segera ke Lembah Terlarang, tapi sekarang kamu mengabaikan jalan udara dan memilih jalan darat yang berbahaya! Apasih maksudnya?""Aku penasaran dengan kawanan zombie yang Kanda ceritakan ini, apakah masih ada di dalam Gurun Terkutuk ini atau tidak!" kata Rinjani memberikan alasannya. "Apa Rinjani sedang hamil ya? Kenapa keinginannya sangat aneh? Kalau aku tanyakan sekarang, nanti dia minta pulang! Lebih baik diam saja dan turuti saja kemauannya!" batin Candaka yang amssih penuh perasaan bingung."Terlalu berbahaya, Adinda! Zombie ini bisa menarikmu masuk ke dalam gurun pasir dan tidak akan bi