"Kita harus menyelidiki masalah ini dahulu, Adinda Rin! Sangat berbahaya apabila yang dikatakan Elder Long Hu ini benar adanya!" ujar Candaka."Kanda percaya terhadap ucapan Elder Long Hu?" tanya Rinjani."Katanya dalam waktu dekat, keempat Elder ini akan menyerang dirinya yang tidak setuju bergabung dengan mereka untuk menguasai Kota Naga Sakti dan menyiapkan penyerangan ke Kerajaan Kamandaria! Mereka menungguku untuk pergi terlebih dahulu ... aneh saja menurutku! Bagaimana menurutmu, Adinda Rin?" tanya Candaka."Sama! Untuk apa menunggu Kanda pergi kalau memang mereka mengincar Kanda! Lebih mudah untuk melenyapkan kita di Kota Naga Sakti ini!" sahut Rinjani."Apa Elder Long Hu ini berbohong ya? Untuk apa dia membohongi kita?" tanya Candaka."Kalau melihat sikapnya tadi yang membiarkan anak panah lewat terus ke arah Kanda, aku agak curiga padanya!" sahut Rinjani."Mungkin saja memang dia tidak sempat menyingkirkan anak panah yang tiba-tiba meluncur kencang ini, Adinda Rin!"Rinjani h
# Naga Tengkorak #Candaka terkejut dengan tantangan yang dikeluarkan Rinjani terhadap Malaikat Iblis, padahal Ratu Kamandaria ini barusan membongkar kejahatan yang akan dilakukan Elder Draconis.Pendekar Naga Biru ini cemas dengan kondisi mereka yang hanya berdua saja, sedaangkan pasukan dari Naga Ashura mungkin bukan hanya Malaikat Iblis saja."Adinda Rin ... kamu yakin menantang Malaikat Iblis untuk keluar menghadapi kita?" tanya Candaka."Kenapa?" tanya Rinjani. "Kanda khawatir tidak mampu menghadapi Malaikat Iblis dan Elder Draconis?" Ekspresi wajah Rinjani yang dingin disertai ucapannya yang tegas kadang membuat ngeri Candaka. Ekspresi yang timbul saat Dewi Racun merasakan ancaman terhadap keluarga yang disayanginya.Candaka sudah tahu kosekuensi apa yang akan dihadapi lawan-lawan Dewi Racun ini apabila kondisi Rinjani sudah seperti ini.Sosok lama Dewi Racun yang kejam dan tanpa ampun seakan muncul kembali setelah sekian lama terpendam sejak Rinjani bertemu Candaka."Jangan kh
# Dewi Racun vs Malaikat Iblis # BLAAASSST! "Tapak Dewi Racun!" Rinjani langsung melompat ke udara daan menerjang ke arah Malaikat Iblis sambil melancarkan pukulan sinarnya yang sangat beracun ini. Malaikat Iblis terkejut dan tidak menyangka kalau siasatnya terbaca oleh Rinjani yang sekarang menyerang dirinya. "Sungguh hebat! Tidak kusangka kalau kau bisa menebak siasatku ini!" Tanpa kesulitan, Malaikat Iblis mengeluarkan sinar merah dari batu merah di tongkatnya untuk menangkis sinar hijau beracun dari Dewi Racun. DUUUAAARRR! Ledakan besar terjadi akibat dua energi besar yang bertubrukan di udara. "Siasat murahan macam begini tidak akan berhasil padaku!" sahut Dewi Racun sambil melancarkan serangan baru kembali sebelum Malaikat Iblis ini berhasil menghimpun kekuatannya kembali. "Naga Merah Menerkam Jiwa!" Jurus yang sudah lama tidak digunakan oleh Dewi Racun, yang dipelajarinya dari pendekar abadi saat berada di Lembah Racun ini membuat Rinjani bergerak cepat bagaikan n
BLAAASSST!Rinjani menggerakkan tongkat hitam dari Malaikat Iblis untuk melenyapkan semua Naga Tengkorak yang masih dihadapi oleh Candaka."Wuih! Untung kamu cepat datang, Adinda Rin! Sulit sekali menghadapi Naga Tengkorak yang terus bangkit ini!" seru Candaka sambil mengibaskan debu di pakaiannya"Malaikat Iblis telah pergi! Aku tidak tahu apa Naga Ashura juga mengirim Dewa Seribu Petaka ke Kota Naga Sakti ini!" sahut Rinjani."Apa yang akan kita lakukan terhadap Elder Draconis?' tanya Candaka."Kita harus menangkapnya karena sudah jelas terbukti dia bersekongkol dengan Malaikat Iblis untuk menguasai Kota Naga Sakti!" Dewi Racun ini sepertinya tidak akan melepaskan Elder Draconis begitu saja."Apa kita perlu memberitahukan Elder Long Hu dahulu tentang masalah ini?" tanya Candaka."Tidak perlu, Kanda! Kita juga masih belum tahu peran Elder Long Hu terhadap semua krisi di Kota Naga Sakti ini!" sahut Rinjani."Kita harus cari Elder Draconis kemana, Adinda Rin? Pasti dia sudah pergi jauh
Dewi Racun masih sedikit berbaik hati, tidak mengeluarkaan racun yang mematikan dari serangannya sehingga Elder Draconis yang terpental jatuh ke daratan hanya mengalami luka ringan saja."Kamu beruntung, aku sudah tidak seperti dahulu yang akan membunuh sosok yang tidak kusukai!" seru Dewi Racun yang sudah berdiri di hadapan Elder Draconis yang sudah tidak berdaya."Terima kasih atas kesempatannya, Dewi Racun!" ujar Elder Draconis yang merasaa beruntung masih dibiarkan hidup, padahal serangan tadi kalau dilancarkan dengan kekuatan penuh akan menewaskan dirinya."Berterima kasihlah kepada pendekar yang telah kamu hina-hina!" sahut Rinjani.Elder Draconis melihat ke arah Candaka sambil menganggukan kepalanya."Sekarang, aku akan bertanya padamu untuk teraakhir kalinya ... siapa saja yang bersekongkol untuk menguasai Kota Naga Sakti? Terutama untuk melenyapkaan Pendekar Naga Biru?" tanya Rinjani dengan tatapan mata tajam yang tidak bisa dibantah."Aku bisa dilenyapkan oleh mereka apabila
"Antarkan kami menemui Ratu Belinde!" perintah Dewi Racun terhadap Elder Draconis."Aku tidak berani, Ratu! Aku akan dianggap sebagai penghianat!" sahut Elder Draconis yang menolak perintah Rinjani."Kamu berani menolak perintahku? Apa kamu tidak takut terhadapku?" tanya Dewi Racun dengan wajah seramnya."Ba-baiklah! Aku akan antar kalian menemui Ratu Belinde! " kata Elder Draconis dengan tubuh gemetar dan gugup tertekan aura pembunuh yang berasal dari tubuh Dewi Racun yang juga mengandung aura beracun."Bantu kami mengatasi masalah di Kota Naga Sakti ini, mungkin kamu masih bisa tetap memimpin Distrik Phoenix!" ujar Candaka memberikan pilihan kepada Elder Draconis."Kanda terlalu baik terhadap penghianat ini! Sudah tidak dihukum mati sudah bagus ... malahan tetap boleh menjabat!""Aku rasa Elder Draconis sudah belajar dari kesalahan, dan akan setia terhadap Kerajaan Kamandaria ... bukankah begitu, Elder Draconis?" tegas Candaka.Elder Draconis agak terkejut dengan penawarann dari raj
Ratu Belinde yang bermaksud menghalangi langkah Candaka, perlahan bergerak mundur melihat ketegasan wajah Candaka."Aku tetap tidak bisa memaafkanmu atas perbuatanmu terhadap Jayanti!" seru Ratu Belinde."Mulai sekarang, Ratu Belinde menjadi tahanan rumah di bawah pengawasanmu, Draconis!" perintah Candaka dengan tegas."Kamu tidak berhak!' tolak Ratu Belinde."Aku berhak melakukannya sampai Ratu menyadari kesalahan Ratu selama ini!" sahut Candaka. "Jaga Ratu Belinde baik-baik ya ... kalau sampai terjadi apa-apa dengan Ratu Belinde kamu yang tanggung akibatnya!" Elder Draconis hanya menundukkan kepalanya saja."Ingat, Draconis! Hanya ini kesempatan terakhirmu! Apabilakamu membelot lagi, maka tiada ampun lagi untukmu!" ancam Rinjani.*****"Kita akan kemana lagi, Kanda?" tanya Rinjani begitu mereka meninggalkan kediaman Ratu Belinde."Distrik Seiryu! Aku harus menanyakan kebenaran ucapan Draconis mengenai Elder Ling Tse! Aku tidak ingin Mahesa menjadi target Elder Ling Tse ini!" sahut
"Semoga kamu baik-baik saja, Kanda Candaka! Seharusnya aku membantumu tapi aku juga tidak bisa mennetang perintahmu!"Rinjani meninggalkan Candaka dengan perasaan was-was karena dia tahu kekuatan Dewa Seribu Petaka yang akansulit dihadapi Candka yang baru mempelajari 4 Kitab Naga Sakti dari seluruh 9 Kitab Naga Sakti. Memang Candaka juga memiliki Jurus Tapak Naga Sakti dan Jurus Naga Geni serta Ilmu Pedang Elder dan Pedang Naga ... tapi kemampuan Dewa Seribu Petaka sudah jauh di atasnya."Aku harus percaya kalau Pendekar Naga Biru bisa mengalahkan Dewa Seribu Petaka ini! Kanda memiliki kecerdasan yang tinggi untuk memanfaatkan semua keahlian bela dirinya enjadi kombinasijurus yang lebih dasyat dari jurus aslinya!"Dewi Racun teringat pertarungannya di masa lampau menghadapi Dewa Seribu Petaka yang bewrakhir seri tanpa kemenangan."Aku akan segera kembali! Bertahanlah, Kanda!"Dewi Racun berlari dengan cepat menuju ke Distrik Pendekar untuk memperingatkan Elder Bhalendra tentang Portal