"Berhenti!"Candaka dan Rinjani berbalik serentak mendengar teriakan penjaga Distrik Pendekar ini."Ada apa lagi ini? Bukannya tadi baik-baik saja?' batin Candaka."Ada apa, Kisanak?" tanya Rinjani begitu penjaga ini mendekati mereka."Maaf! Kebiasaan menghentikan seseorang dengan berteriak! Aku lupa menyampaikan pesan dari gadis naga yang menitipkan Pedang Dewi Naga ini kepada Tuan Candaka alias Pendekar Naga Biru!" sahut penjaga distrik.Pedang yang diserahkan oleh penjaga distrik ini sangat unik karena pedang ini bisa lentur seperi ikat pinggang tapi juga bisa sekeras baja pada pedang. Ukiran naga yang cantik pada salah satu sisi pedang dan ukiran gadis cantik yang bagaikan bidadari pada sisi lainnya."Kok gadis naga itu memberikanku pedangnya? Bukannya lebih cocok buatmu, Adinda Rin?" tanya Candaka."Apa kamu tahu siapa gadis naga ini?" tanya Rinjani yang penasaran."Tidak tahu! Dia membawa stempel kekuasaan naga tertinggi, jadi aku tidak bisa menolaknya!" sahut penjaga distrik.
Paviliun Persik memiliki pekarangan dan taman yang sangat luas dengan aneka tanaman warna warni khas dunia naga. Candaka yang telah selesai mandi sangat menikmati pemandangan di depannya, apalagi dia ditemani oleh Rinjani. “Indahnya hidup ini..tapi aku bukan mau bersenang-senang di sini," pikirnya.Bangunan di Paviliun Persik ini sangat besar terbentang dari halaman depan sampai ke ujung bangunan yang berbatasan dengan hutan pribadi paviliun ini. Bangunan yang besar ini terbagi menjadi 3 bagian bangunan yang terpisah satu sama lain.Bangunan Utama yang terletak di depan merupakan tempat tinggal utama Elder Bhalendra. Tidak ada yang tahu isi bangunan utama ini selain pelayan wanita yang ditugaskan untuk membersihkan bangunan ini. Namun mereka telah disumpah untuk menjaga kerahasiaan bangunan utama ini. Bangunan kedua merupakan tempat untuk tamu Elder beristirahat. Letaknya tidak jauh dari Kolam yang indah di depan pohon persik yang dilihat Candaka sebelumnya. Pohon-pohon Persik tampa
Gelombang sinar yang menyilaukan ini langsung membentuk naga putih berkilau yang sangat gagah menggantikan putaran pedang. Bahkan naga putih ini bisa menyemburkan api putih juga dari mulutnya."Wah! Jurus yang indah sekali! Baru kali ini aku lihat pedang yang bisa berubah menjadi naga, Elder!" Kata Candaka penuh kekaguman.Elder Bhalendra hanya menggerakkan sedikit tangannya dan otomatis pedang yang tadi berputar-putar membentuk naga putih ini kembali ke genggaman tangannya. “Jurus ini bisa Paduka gunakan untuk serangan jarak jauh ke arah lawan yang banyak mengeroyokmu karena arah putaran pedang ini akan mengikuti gerakan tanganmu. Kunci mempelajari jurus ini adalah kekuatan chi yang harus kamu salurkan sepenuhnya di pergelangan tanganmu. Sekarang coba Paduka ikuti yang tadi aku lakukan," kata Elder Bhalendra memberi pelajaran pertamaElder Wyvern kemudian memerintahkan anak buahnya untuk menaruh beberapa bongkahan batu besar di tengah halaman ini. “Tujuanmu menghancurkan batu besar i
Puk!Candaka merasakan tepukan lembut di pundaknya yang sudah lama tidak dirasakannya.Hanya satu orang yang biasa melakukan tepukan di punggung seperti itu untuk menenangkan dirinya yang tengah bingung dan pusing saat masih menjadi Pendekar Naga."Jayanti? Apa ini benar-benar kamu?" tanya Candaka.Perasaan Candaka tidak menentu, karena cinta sejatinya saat ini berada di belakangnya."Kanda masih mengenaliku? Berarti Kanda tidak melupakanku?" tanya suara yang benar-benar telah dikenalnya."Kamu kemana saja selama ini, Yanti? Aku dan kakek terus mencarimu tanpa henti!" sahut Candaka tanpa menoleh karena masih belum percaya kalau yang ada di belakangnya adalah Jayanti, Naga Biru yang dicintainya."Aku tidak tahu, Kanda! Aku baru saja tersadar dari tidur panjang yang tidak aku ketahui. Begitu tersadar, Kanda sudah menjadi Raja Kamandaria tanpa aku di sisi Kanda sebagai permaisuri sesuai janji Kanda padaku!" ujar Jayanti.Candaka masih belum berani menoleh. Khawatir Jayanti akan menghilan
"Kita tinggalkan Kota Naga Sakti ini setelah mengunjungi Distrik Naga!" ujar Candaka saat menemui Rinjani kembali.Candaka merahasiakan pertemuannya dengan Jayanti agar tidak menimbulkaan masalah dengan Rinjani di sepanjang perjalanannya. Lagian, dia juga tidak yakin kalau sosok Jayanti benar-benar mengunjunginya karena tidak terlihat wujud nyata Jayanti."Baik, Kanda! Tapi, hati-hati! Aku ada firasat kalau Klan Sembilan Naga ini tidak sesederhana Klan lainnya yang menerima dirimu, Kanda!" ujar Rinjani. "Menurutmu begitu? Apa karena mereka berdarah naga murni?" tanya Candaka. "Mungkin itu sebabnya mereka agak menganggap rendah darah naga campuran seperti dirimu, Kanda!" sahut Rinjani. "Kita lihat saja nanti! Tidak ada salahnya bertemu pimpinan klan mereka, Elder Long Hu!" ujar Candaka. "Mungkin saja aku salah, Kanda! semoga saja Elder Long Hu ini bersahabat seperti Elder lainnya di distrik ini!" "Mudah-mudahan saja begitu! Klan Naga merupakan klan terbesar di Kota Naga Sakti, Dun
Sementara itu di saat yang bersamaan di Benua Terlarang yang letaknya tidak jauh dari Lembah Terlarang.Benua yang hampir terlupakan oleh rakyat Kamandariaa karena letaknya yang terpencil dan sulitnya mencapai benua ini dari lautan yang ganas, dengan ombak besarnya disertai batuan karang taajaam yaang menghiasi hampir di sekeliling Benua Terlarang ini.Mulai bangkit kekuatan lama yang akan mengancam keselamatan Candaka dan Rinjani yang sedang menuju ke Lembah Terlarang ini untuk menuntaskan misi mendapatkan Kitab Naga Ungu yang merupakan kitab kelima dari Kitab Sembilan Naga Sakti.Kekuatan yang mungkin akan menggemparkan Benua Kamandaria, bahkan bisa ke seluruh Bumi Karimun.Benua Terlarang merupakan benua yang jarang dikunjungi oleh siapapun, yang terletak di ujung utara Bumi Karimun. Sebagian benua ini tertutup salju dan es sepanjang tahun, dan sebagian lagi dilanda panas dan lingkungan seperti gurun pasir sepanjang tahun juga.Jadi tidak mengherankan kalau pemuda-pemuda dari Benu
Sikap Rinjani yang mulai terbuka membuat Candaka agak senang dibuaatnya.Perjalanan dirinya mencari Kitab Sembilan Naga Sakti terutama Kitab Naga Ungu bersama Rinjani ini mulai membuat Dewi racun ini menguak cerita masa lalunya."Masih banyak yang harus diceritakan, Kanda ... nanti saja! Kita masih banyak waktu!' sahut Rinjani."Apa kamu masih ingin menginap di Paviliun Persik ini atau kita pergi saja sekarang?' tanya Candaka."Kita ke Distrik Seiryu saja dahulu cari makanan dan bersenang-senang sedikit mumpung masih pagi ... setelah itu siangnya kita ke Distrik Naga untuk melihat kondisi kota di distrik ini dan mengunjungi Elder Long Hu. Bagaimana menurutmu?" tanya Candaka."Setuju!" teriak Rinjani sambil memeluk Candaka.*****"Raja dan Ratu sudah mau pergi?" tanya Elder Ling Tse saat Candaka dan Rinjani mengunjungi Elder ini di Distrik Seiryu."Benar, Adik Ling! Kami harus segera kembali juga ke istana jadi kami akan mempercepat perjalanan ini!' sahut Rinjani."Berarti Kak Rinjani
"Pertolongan seperti apa yang Elder harapkan?" tanya Candaka."Ada penghianat di antara kami berlima sebagai Elder di Kota Naga Sakti ini!" sahut Elder Long Hu."Kenapa Elder berpikir demikian? Menurut kami, para Elder ini baik-baik saja saat kami kunjungi!" ujar Candaka.Elder Long Hu terlihat berpikir dalam-dalam menanggapi ucapan Candaka."Kata Paduka Raja, keempat Elder lainnya baik-baik saja di hadapan Paduka?" tanya Elder Long Hu."Memangnya kenapa?" tanya Candaka."Setahuku, keempat Elder lainnya ini sangat membenci Pendekar Naga Biru. Mereka menganggap Iblis Naga Hitam bagaikan dewa mereka yang akan membangkitkan tradisi naga di seluruh Kamandaria serta dunia naga di dalamnya. Jadi, kekalahan Iblis Naga Hitam dari Pendekar Naga Biru sangat disesali oleh mereka. Harapan mereka langsung hilang dengan kembalinya manusia berkuasa atas naga!" jelas Elder Long Hu."Hati-hati kalau bicara, Elder! Fitnah itu termasuk kejahatan yang serius!" sahut Candaka."Aku bicara apa adanya, Padu