"Isyana? Kenapa kamu bisa menjadi begitu cantik?" tanya Candaka yang masih saja terpesona dengan kecantikan Isyana Mukti.Bahkan Isyana tampak lebih muda dari usianya yang sebenarnya.Wajahnya yang buruk rupa saat menjadi Iblis Seribu Wajah berubah menjadi cantik jelita tanpa ada bekas buruk rupa yang dialaminya.Sekarang, Isyana lebih terkenal sebagai Dewi Seribu Wajah, sesuai dengan kecantikannnya yang bagaikan Dewi."Aku berterima kasih padamu, Dewi Racun! Kamu membebaskanku dan tidak membunuhku, tapi aku tetap tidak bisa melupakanmu yang telah membunuh ibuku dengan sadis!" tegur Isyana."Ibumu pantas mati karena telah mencoba membunuh kami semua di Pulau Pedang! Aku tidak pernah menyesal membunuh ibumu!" sahut Rinjani dengan ekspresi wajah yang dingin.Candaka yang melihat perseteruan yang panas khawatir Isyana akan menyerang Rinjani, atau bahkan Rinjani yang terlebih dahulu menyerang Isyana."Jangan bertindak gegabah, Isyana! Kamu tentunya tidak ingin menjadi buronan istana karen
"Aku akan mengijinkanmu lewat kalau kamu bisa mengalahkanku, Dewi Racun!" tegas Dewi Seribu Wajah."Isyana! Kenapa kamu lakukan ini?" tanya Candaka."Jangan ikut campur, Candaka! Kamu memang Raja Kamandaria, tapi bagiku kamu tetap Candaka yang aku cintai dengan sepenuh hati!" ujar Isyana."Rinjani itu istriku. Aku tidak bisa membiarkanmu melukainya tanpa bisa berbuat apapun!" tegas Candaka."Kalau aku yang terluka? Kamu tidak peduli, Candaka?" tanya Isyana."Jangan khawatir, Kanda ... aku masih bisa melawan Dewi Seribu Wajah ini!" seru Rinjani yang tampak bersemangat.Candaka malahan bingung melihat sikap Rinjani."Jangan gunakan racun dalam pertarungan ini! Aku tidak ingin ada yang terluka!" tegas Candaka."Sudah lama aku tidak bertarung, Kanda! Ijinkan aku melemaskan otot-ototku setelah sekian lama berdiam di istana! Dewi Seribu Wajah ini lawan yang sepadan untuk ditaklukan!" seru Rinjani."Aku ijinkan, asal jangan menggunakan serangan racun yang mematikan! Aku tidak ingin Ratu Kama
Isyana yang mengalami kekalahan untuk kedua kalinya dari Rinjani akhirnya membiarkan Candaka dan Rinjani melewati Dusun Nelayan."Selamat tinggal, Candaka! Semoga saja kelak kita memang berjodoh kembali!" uajr Isyana dalam hati sambil berurai air mata.Isyana tidak pernah bisa melupakan Candaka.Masa-masa bahagianya bersama Candaka saat Candaka masih pemuda biasa tanpa ilmu bela diri, tidak pernah hilang dalam ingatannya.Sayang sekali, nasib buruk membuat wajahnya menjadi buruk rupa sehingga mempengaruhi sifatnya.Kini, dengan wajahnya yang kembali muda dan cantik tetap saja Candaka hanya mengangap dirinya sebagai sahabatnya daripada kekasihnya.*****"Bagaimana rasanya ketemu kekasih lama yang kembali cantik jelita?" tanya Rinjani dengan rasa cemburu."Aku dan Isyana memiliki cerita tersendiri, Adinda Rin! Tapi cintaku hanya untuk kalian bertiga!" ujar Candaka."Gombal!" seru Rinjani dengan wajah yang masih cemberut.Rinjani tidak salah menebak perasaan Candaka.Saat bertemu Isyana
Candaka agak menyesali perbuatan Rinjani yang menggunakan Tapak Racunnya untuk menghabisi seluruh kawanan Bandit Ninja ini sebelum Candaka sempat menanyakan informasi kepada mereka."Kita memerlukan mereka hidup-hidup, Adinda! Setidaknya kamu menyisakan beberapa anggota Bandit Ninja yang hidup, tapi sekarang kita tidak punya informasi apa-apa!" ujar Candaka."Sudahlah, Kanda! Percuma saja bertanya kepada mereka! Kawanan Bandit Ninja ini sudah terlatih untuk tutup mulut! Aku yakin ada pemimpin mereka, tapi yakinlah kalau mereka tidak akan bicara sepatah kata pun, Kanda!" elak Rinjani."Aku harap lain kali pertimbangkan dahulu keputusanmu menggunakan racun, Adinda! Gunakan saja pukulan yang melumpuhkan mereka tapi tidak untuk membunuh!" saran Candaka."Baik, Kanda! Adinda minta maaf telah melanggar perintah Paduka Raja! Adinda siap dihukum!" kata Rinjani sambil tersenyum gen*t terhadap Candaka.Raja Kamandaria ini memang paling lemah dan takluk terhadap kecantikan dan sifat Rinjani, kar
"Selamat datang kembali Raja Candaka! Sungguh suatu kehormatan bisa bertemu langsung dengan Raja negeri ini!" saapa Shama saat Trinity mengantar Candaka dan Rinjani menuju kediaman Shadow Master ini."Hahaha! Tidak perlu sungkan saudara Shama! Aku masih Candaka yang dulu! Buang semua basa-basi dan bersikap biasa saja!" seru Candaka."Ada perlu apa sampai Candaka jauh-jauh datang mengunjungi Desa Bayangan?" tanya Shama."Kami sedang mengadakan peninjauan langsung terhadap kondisi negeri ini! Oh ya, ini Rinjani!" kata Candaka memperkenalkan Ratu Kamandaria ini."Candaka beruntung memiliki dirimu, Ratu Rinjani!" sapa Shama dengan sopan."Jangan terus menerus memuji Rinjani, nanti aku bisa cemburu loh, Shama!" kata Candaka sambil tertawa."Hahaha ... Candaka bisa saja! Kalian belum memberitahuku, apa tujuan kalian ke desa ini ... tentu saaja bukan hanya sekedar mengunjungi teman lama bukan?" tanya Shama dengan pandangan matanya yang tajam."Begini, Shama ... aku sebenarnya ingin meminta b
ROOOAAAR!Hari mulai menjelang sore saat suara raungan naga terdengar di Desa Bayangan."Naga merah itu sudah kembali, Candaka!' seru Shama."Biarkan aku mendekatinya untuk mengajaknya bicara!: ujar Candaka."Hati-hati, Kanda!" pesan Rinjani."Jangan khawatir, Adinda! Aku selalu berhati-hati!" sahut Candaka sambil tersenyum.Naga merah terus memasuki Desa Bayangan sambil sesekali terdengar suaranya memanggil nama Ling The dan Dhee Gu.Candaka langsung mendekati Draken tanpa rasa khawatir dan takut, sementara Rinjani sangat mencemaskan Candaka dari kejauhan."Kenapa dengan dirimu, Draken? Kamu adalah naga terhormat, kenapa sekarang jadi kacau begini?" tanya Candaka."Aku kenal denganmu! Kamu ini Pendekar Naga Biru yang mengalahkan kelompok Ling The bukan? Kemana Ling The sekarang, apa kamu tahu?" tanya Draken."Aku tidak tahu, Draken! Bukannya kedua adikmu ini sangat jahat! Kenapa kamu mencari mereka lagi?" tanya Candaka."Aku tidak menyangka kalau kedua adikku menghianatiku, terutama
"Aku ingat sesuatu, Pendekar Naga Biru!" seru Draken."Apa yang kamu ingat, Draken?" tanya Candaka."Aku berada di sebuah tempat yang indah sekali, bahkan melebihi Nirvana sekalipun! Naga-naga di sana tampak bahagia sekali dan sangat sakti! Tunggu dulu ... aku juga melihat pemimpin tempat ini!" ujar Draken."Bagaimana rupa naga pemimpin yang kamu lihat, Draken?" tanya Candaka lagi."Naga ini memiliki tubuh berkilau keemasan dengan beberapa bagian berwarna merah berkilau. Naga-naga di sana memanggilnya ... aduh ! Kenapa aku bisa lupa! Sebentar ...""Apa naga ini besar melebihi dirimu, Draken?" tanya Candaka."Bukan hanya besar, tapi wajah naga ini sangat berwibawa! Sepertinya dunia yang ditempatinya merupakan Dunia Tanpa Batas!" sahut Naga Draken."Seperti apa Dunia Tanpa Batas itu? Apa seperti dunia tempat kita berada sekarang?" tanya Candaka."Bukannya sudah kukatakan kalau Dunia Tanpa Batas itu sangat indah, jauh melampaui dunia tempat kita berada yang penuh kekerasan!" sahut Naga D
Draken tanpa alasan yang jelas langsung mengamuk begitu mata merahnya menyala tanpa sebab yang jelas.Namun, naga ini tidak merusak Desa Bayangan, melainkan pergi menjauh dari Desa Bayangan, walaupun dalam kondisi mengamuk."Apa yang terjadi? Kenapa Draken bisa seganas ini?" tanya Candaka."Ada yang mengendalikan Draken ini, Kanda! kalau kutebak pasti Infinity Dragon!" sahut Rinjani."Apa yang diinginkannya dariku? Aku saja tidak pernah bertemu naga yang disebut Naga Tanpa Batas ini. Bahkan dunianya saja belum pernah kukunjungi, dan sepertinya mustahil kukunjungi dengan kemampuanku yang masih rendah ini!" ujar Candaka."Kanda tahu mengenai Infinity Dragon ini? Apa yang diinginkannya dari Kanda?" tanya Rinjani."Lu Ming mengatakan kalau lima tahun lagi, Infinity Dragon akan datang menculik Mahesa, Adinda Rin!" sahut Candaka yang memutuskan berterus terang pada Rinjani."Kenapa Kanda merahasiakannya dari kak Zhian dan juga kita-kita ini yang menjadi isteri Kanda?" tanya Rinjani yang kec
Pertempuran di Kota Naga Biru Laut yang tadinya dikhawatirkan akan berlangsung sengit, ternyata selesai dengan lebih cepat.Gandar akhirnya memutuskan untuk menyerang armada kapal Benua Timur untuk memberi efek jera kepada Kaisar Xian Ming agar tidak lagi berambisi untuk menguasai Benua Kamandaria dan juga terutama Kerajaan Malaka.Seluruh kapal tempur Kerajaan Malaka menyerang habis-habisan kapal-kapal Benua Timur. Bunyi dentuman dan ledakan serta terlihat kobaran api di mana-mana menunjukkan betapa dasyat dan kejamnya sebuah pertempuran yang harus mengorbankan banyak nyawa.Sementara itu pertarungan antara Rinjani dan Jayanti juga selesai dengan perginya Iblis Naga Biru meninggalkan pertarungan mereka begitu melihat kehancuran kapal-kapal tempur Benua Timur."Selamat tinggal, Rinjani! Semoga kamu bisa membahagiakan Kanda Candaka! Aku akan pergi dari Kamandaria untuk selama-lamanya!" ucap Jayanti sambil lenyap begitu saja dari hadapan Rinjani.Rinjani juga tidak memiliki niat lagi be
Naga Emas Gandar meluncur di dalam air dengan kecepatan tinggi menerjang Naga Long Wan yang sedang mengejar Naga Air Rinjani hingga terpental beberapa meter.Naga Long Wan yang merasa terganggu oleh Gandar langsung berbali dan mulai menerjang balik Naga Emas Gandar yang telah menerjangnya tadi.Tubuh Naga Emas Gandar terdorong oleh terjangan Naga Long Wan ini tapi Naga Emas tidak menyerah begitu saja.Dia berbalik dengan cepat menerjang tubuh Naga Long Wan yang besar sampai terjatuh ke dasar samudra.Naga Long Wan yang terjatuh langsung bangkit kembali dan menerjang dengan cepat ke arah Naga Emas Gandar tanpa bisa dihindarinya. Tubuhnya langsung terpental lagi dengan sedikit luka akibat kuku tajam dari Naga Long Wan.Pertarungan antara Naga Long Wan melawan Naga Emas Gandar masih berlangsung sengit. Belum tampak siapa yang akan menjadi pemenangnya.Naga Long Wan yang bertubuh besar dengan ekor panjangnya yang tajam bergerak berusaha menusuk tubuh Naga Emas Gandar. Tapi kulit dan sisi
"Ternyata Iblis Naga Biru tidak memiliki pengikut ... hanya sendiri saja membawa prajurit emas yang sudah pernah kami kalahkan!' ejek Rinjani. Kesempatan bagi Rinjani menumpahkan segala kekesalannya. Tadinya dia mendukung Candaka untuk mencari Jayanti dan mengangkatnya menjadi Ratu keempat Kamandaria, tapi begitu melihat sikap Jayanti, tidak ada lagi rasasungkan di hati Rinjani."Tidak perlu pengikut kalau hanya ingin mengalahkanmu! Aku ingin tahu, seberapa hebat Dewi Racun yang berhasil memikat Pendekar Naga Biru!" balas Jayanti.Naga Merah Swantara berukuran lebih besar daripada Iblis Naga Biru, tapi untuk kecepatan masih unggul Iblis Naga Biru."Sudah cukup kekacauan yang kamu timbulkan, Iblis Naga Biru! Bekerja sama dengan bangsa asing untuk menjajah negeri sendiri sangat tidak bisa diampuni!" ujar Rinjani."Masih mending aku daripada dirimu, perebut kekasih orang!" tuduh Jayanti yang langsung menekan Rinjani dengan aura kegelapan miliknya."Cuih! Siapa yang merebut kekasihmu? Kau
TRAAANG!Saat Kanaya yang tidak berdaya pasrah dengan nasibnya, mendadak puluhan anak panah yang turun dari atas langit terpental jauh dan tidak mengenai tubuh Kanaya.Bahkan Kubilai juga terpaksa melepaskan golok emas kembarnya saat dirinya diserang oleh beberapa sosok yang bergerak sangat cepat. AAARRRGGGH!Teriakan Kubilai yang terluka sungguh mengejutkan Kanaya. Bukan hanya dirinya yang lepas dari ancaman maut anak panah tapi Kubilai juga terpaksa melepaskan jepitan golok emas kembar pada Pedang Petir-nya karena tubuhnya terluka oleh sabetan prdang."Siapa yang membantuku? Gerakannya cepat sekali!" batin Kanaya yang merasa bersyukur masih bisa selamat saat nyawanya sudah di ujung tanduk.Saat ketiga bayangan ini menampakkan wujud aslinya barulah Kanaya mengenali beberapa di anataranya. "Isyana? Gayatri?" ujarnya pada kedua gadis yang masing-masing memegang pedang dan tongkat. Kanaya tidak mengenali pria yang bersama mereka. "Aku, Brahmana ... aku datang atas undangan Ratu Rinjan
Kaisar Xian Ming berdiri gagah dengan pakaian bertarungnya setelah melepaskan jubah emas kekaisarannya. "Kamu terlalu lemah, Candaka! Untuk menjadi pemimpin sejati, kita harus mengorbankan semua yang kita kasihi dan sayangi! Tidak boleh ada kelemahan sedikit-pun yang bisa dimanfaatkan oleh lawan kita!" seru Kaisar Xian Ming.Raja Candaka tidak kalah gagahnya berdiri di hadapan Kaisar Xian Ming. "Kamu yang salah, Xian Ming! Pemimpin sejati tidak akan mengorbankan sanak saudara dan sahabatnya. Pemimpin sejati selalu mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri! Kamu menghancurkan satu benua hanya untuk mempermudahmu melintas? Sungguh kaisar yang tidak layak menduduki tahta kerajaan!"Sindiran Candaka membuat marah Kaisar Xian Ming. "Tahu apa kau tentang menjadi pemimpin? Kamu sudah ditakdirkan menjadi Raja bahkan sejak kau terlahir sebagai anak naga! Seharusnya hanya Kaisar yang bisa dianggap sebagai anak naga, penerus tahta kerajaan! Aku berjuang agar mampu menjad
GWAAARRR ...!!! Belasan Naga Wrath terbang di atas kerumunan kapal tempur Benua Timur dan membakar habis beberapa kapal dengan prajurit di dalamnya yang berlarian dengan kondisi tubuh terbakar melompat ke dalam lautan. Terlihat Naga Biru yang terbang meliuk-liuk dengan indahnya turut menyemburkan api ke kapal tempur Benua Timur. Namun, berbeda dengan Naga Wrath yang menyembur tanpa belas kasihan, untuk Naga Biru ini melakukannya dengan raungan terlebih dahulu untuk memberi kesempatan prajurit Benua Timur melompat ke laut barulah dia menyemburkan api membakar kapal tempur mereka. Teriakan menyayat hati terdengar dari ratusan prajurit yang terbakar hidup-hidup oleh semburan api naga Wrath. Suasana di perairan Kota Naga Emas sudah mirip kobaran api dengan banyak kapal yang terbakar. Sepertinya kemenangan akan diraih dengan mudah, tapi Zhu Fei terlalu menganggap remeh Panglima Xian Shung. KWAAAK! Tiba-tiba terdengar teriakan dari beberapa Naga Wrath yang terjatuh ke dasar lautan. Nag
"Cuih! Kanda sudah salah terus merindukanmu! Ternyata kamu tidak pantas untuk diharapkan olehnya!' seru Rinjani dengan wajah penuh amarah."Hihihi ... kalian ini wanita yang bodoh! Pria yang bisa mencintai begitu banyak wanita bukanlah pria yang baik! Aku sudah tidak ingin kembali lagi kepada Candaka sejak tahu dia memilih wanita lain, bukan hanya satu wanita tapi tiga wanita sekaligus!"Tawa Jayanti yang agak mengerikan membuat Rinjani agak merinding. Ternyata wanita ini benar-benar iblis yang berwujud naga biru. Semula mereka mengira Jayanti masih bisa disembuhkan, tapi melihat kondisinya sekarang sungguh hal yang mustahil mengharapkan Jayanti kembali seperti dulu."Aku tidak keberatan karena Kanda adil terhadap kami! Ada satu yang kamu lupakan, Iblis Naga Biru!" ujar Rinjani sambil tersenyum sinis."Kamu tidak bisa kabur, Dewi Racun! Seluruh udara telah dijaga oleh pasukan nagaku!" sahut Jayanti dengan pandangan meremehkan Rinjani."Terlalu sombong! Kamu melupakan satu hal yang bis
Zhu Fei yang memegang kendali sebagai panglima tertinggi di Kota Naga Emas benar-benar serius menjalankan tugasnya setelah kepergian Raja Candaka dan Raja Gandar ke Kota Naga Biru.Rapat penting langsung diadakan oleh Zhu Fei untuk membahas strategi terbaik menghadapi Panglima Xian Shung yang diberi waktu tiga jam untuk mundur dari perairan Kota Naga Emas.Masa tiga jam itulah yang dimanfaatkan oleh Zhu Fei untuk menyusun strategi karena kemungkinan besar Panglima Xian Shung tidak akan menyerah. Pendekar Naga Sakti ini juga tidak mengetahui pasti apa Iblis Naga Biru dan Naga Ashura ikut dalam armada laut Panglima Xian Shung."Panglima Zhian, bagaimana situasi perbatasan darat dan udara Kota Naga Emas?" tanya Zhu Fei. Ketegasan Pendekar Naga Sakti ini sungguh jauh berbeda saat dia pergi menemui Zhian. Sekarang, Zhu Fei sudah lebih dewasa dan tidak mempermasalahkan lagi Zhian yang bersama Candaka."Perbatasan udara dijaga oleh kawanan Naga Wrath, Panglima! Untuk perbatasan darat mungkin
Candaka dan Rinjani berhasil tiba dengan cepat di Kota Naga Biru karena Naga Xarvis memiliki kemampuan teleportasi naga yang bisa dalam sekejab membawa Candaka dan Rinjani ke sana. Bahkan Gandar dan Alisha juga belum tiba di sana. Hanya ada Arjani yang menempatkan armada kapalnya menjaga perairan Kota Naga Biru Laut. "Kak Candaka! Kenapa Kakak ke sini?" tanya Arjani saat menemui Candaka. "Salam hormat, Ratu Rinjani!" lanjutnya dengan sopan. Rinjani hanya menganggukan kepalanya saja untuk menjawab penghormatan Arjani. "Arjani! Kamu cantik sekali! Sekarang kamu sudah hebat dengan menjadi panglima Kerajaan Malaka!' sahut Candaka dengan riang gembira. Rinjani agak sedikit cemburu melihat keakraban antara Arjani dan Candaka. "Hahaha ... Kak Candaka bisa saja! Apa yang telah terjadi? Kenapa kakak ke sini, bukannya beerada di Kota Naga Emas?" tanya Arjani. "Bukan hanya aku yang akan ke sini. Gandar juga sedang menuju kemari. Sebentar lagi dia kan tiba! Kami tertipu oleh siasat Kaisar Xia