454. Ancaman Lisa (Bagian B) Mereka berdua meminum sirup yang ada di teko itu dengan kompak, dan juga barbar, hingga tandas. Ternyata menghadapi ibu-ibu yang julid, membutuhkan tenaga yang sangat banyak. "Orang-orang seperti mereka itu, cocoknya di lawan oleh Bi Ramlah, pasti mereka akan langsung mati kutu!" ujar Ana sambil menyandarkan punggungnya ke dinding. "Wah, kalau sama Bi Ramlah sih, mereka pasti akan langsung K.O!" Lisa tertawa kecil. "Udah pasti, Mbak. Mbak tahu sendiri lah, gimana Bi Ramlah. Dia itu nggak ada takutnya, dan dia tahu bagaimana cara melumpuhkan lawannya dengan kata-kata yang pedas," kata Ana dengan penuh semangat. Ana kemudian terdiam, dia menatap Lisa dari samping sini dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Sedangkan wanita yang menjadi mantan kakak iparnya itu sama sekali tidak menyadari tatapan Ana, dan malah mengecek ponselnya dengan santai. "Kenapa nggak balik ke rumah kalian saja sih, Mbak? Kan, rumah itu juga setengahnya milik Mbak, dan aku yaki
455. Ancaman Lisa (Bagian C) "Mbak nggak punya maksud apa-apa, kok. Kamu jangan berpikiran buruk sama Mbak, ya. Demi Allah, Mbak nggak punya maksud yang buruk sedikitpun. Mbak hanya penasaran, Mas Aji sudah kembali mendapatkan kebunnya atau belum!" ujar Lisa dengan nada panik. Sedangkan Ana sendiri langsung menyerngit heran, dia menatap Lisa sambil menaikkan sebelah alisnya. Apalagi saat melihat wajah itu yang seperti ketakutan, dan juga seperti orang yang tengah cemas. "Mbak kenapa, sih? Aku nggak punya pemikiran yang buruk buat Mbak sedikitpun," ujar Ana dengan cepat. "Aku aku cuman kesal, karena ingat waktu kedatangan kami ke rumah juragan Karta tadi malam," kata Ana lagi. "Jadi tadi malam kalian datang ke rumah juragan Karta? Terus gimana, An? Udah dapet surat sertifikatnya? Terus kamu kesal kenapa?" tanya Lisa bertubi-tubi. "Iya, tadi malam kami datang ke rumah juragan Karta, dan kami belum dapat suratnya, Mbak," sahut Ana sambil kembali mendengus. Wanita itu terpaksa kembal
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)456. Kedatangan Karta (Bagian A)Sepulang dari rumah Lisa, Ana langsung bergegas pulang ke rumahnya. Karena dia tadi mendapat telepon dari dari Ramlah, yang mengatakan kalau Bayu datang ke rumah untuk mengantarkan pesanan, dan tentu saja Ramlah bisa menggunakan uang di laci untuk membayar Bayu.Karena uang di laci yang ditinggalkan oleh Ana hanya berjumlah sedikit, sedangkan belanjaan yang harus dibayar kepada Bayu berjumlah lumayan banyak.Namun setelah hampir sampai di rumahnya, Ana mengernyit heran karena sama sekali tidak bisa menemukan mobil pick up yang biasa dipakai oleh Bayu ada di depan tokonya. Karena biasanya Bayu meletakkan mobil yang dia pakai di depan, agar memudahkan dia untuk mengangkut barang ke dalam.Saat Ana membelokkan motornya ke halaman, dia bisa menemukan keberadaan Ramlah dan juga Sri yang sedang berbincang di depan toko. Mereka berdua sepertinya terlibat perbincangan yang amat serius, dan kedua orang wan
457. Kedatangan Karta (Bagian B)“Ya tadi Ama juga udah tanya mengenai hal itu kepada Mbak Lisa, dan Mbak Lisa ngomong … dia nggak mau membuat kita tidak nyaman kalau dia tinggal di sana, karena dia sudah bersikap buruk kepada kita selama ini dengan cara memfitnah Ibu dan juga bapak kepada orang lain,” sahut Anna sambil memberikan jawaban yang sama persis dengan yang Lisa berikan tadi.Saat mendengar hal itu, Sri langsung kembali ke beberapa waktu silam di mana Lisa memang memfitnah dia dan juga suaminya kepada orang lain, tetapi demi Allah saat ini Sri sudah sangat ikhlas dan juga sudah memaafkan Lisa.Wanita itu sudah tidak memiliki dendam dan amarah kepada mantan menantunya itu, dan Sri benar-benar merasa sangat sedih karena Lisa memikirkan perasaan mereka, dan memilih mengontrak di tempat orang lain yang sudah pasti tempatnya tidak senyaman rumah mewah miliknya.“Udahlah Mbak, nggak usah dipikirkan. Lisa pasti sedang merasa bersalah dan fase itu harus dia lewati, agar dia bisa ber
458. Kedatangan Karta (Bagian C)"Bisa, Bu. Ya udah, nanti malam sehabis magrib kita ke rumah Mbak Lisa untuk menemui Naufal dan juga Salsa. Jujur saja Ana juga masih kangen sama mereka, karena tadi di sana kami nggak ketemu soalnya mereka lagi tidur pulas banget, dan Ana nggak mau ngebangunin mereka," kata Ana sambil terkekeh kecil.Mereka semua kembali berbincang-bincang dengan sangat seru, menghabiskan waktu beberapa menit untuk tertawa dan juga membicarakan banyak hal, tapi setelahnya tawa mereka langsung berhenti kedatangan seseorang.Seseorang itu adalah Karta, yang datang menggunakan motor bebek miliknya, berhenti tepat di depan toko dan lelaki itu langsung tersenyum lebar, sama sekali tidak menunjukkan kalau tadi malam mereka tengah bersitegang dengan hebat.Sri sendiri langsung mendengus kesal, dia langsung memalingkan wajahnya dan menatap ke arah rumah Sulis, demi menghindari senyum menjijikan yang Karta lemparkan untuk mereka."Mau beli apa, juragan?"Ramlah bertanya ramah,
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)459. Kebenaran Lainnya (Bagian A)POV AUTHOR“Kalau aku nginep beberapa hari lagi di sini, kamu masalah atau enggak sih, Mas? Soalnya aku ngerasa nggak enak banget, karena udah terlalu lama ninggalin kamu di sana,” ujar Rosa dengan nada lembut.Wanita itu saat ini sedang menelpon suaminya yang masih berada di kota, jelas Rosa merasa rindu kepada lelaki yang sudah membersamainya selama beberapa tahun belakangan ini.Tetapi untuk segera pulang ke rumahnya pun dia merasa sedikit berat, karena masalah keluarganya yang ada di sini belum menemukan titik terang. Rosa tidak mau pergi, sebelum menyelesaikan masalah yang ada di sini.Walaupun dia terlihat ketus dan juga cuek, tapi dia tetap memikirkan kehidupan Marwan. Dia tidak mau adik bungsunya itu mendekam di dalam penjara, karena uang enam ratus juta milik Lisa dan juga Aji.Rosa benar-benar merasa jengkel sebenarnya kepada Lisa, adik tengahnya itu benar-benar keras kepala dan juga su
460. Kebenaran Lainnya (Bagian B)Rosa sendiri sangat mengaminkan jika hal itu adalah suatu kebenaran, jadi … membujuk Aji bukanlah hal yang sulit lagi. Namun, tentunya dia tidak bisa mengungkapkan hal tersebut dengan gamblang pada suaminya ini.Bisa-bisa, ayah dari anaknya ini akan bertanya panjang lebar jika hal itu dilakukan. “Iya, Mas. Aku juga merasa begitu, kayaknya memang si Lisa ini udah terpengaruh sama Aji, deh. Makanya dia berani melawan Ibu, dan pergi dari rumah ini.” Rosa berujar dengan nada kesal.[Memangnya apa yang menyebabkan Lisa pergi dari rumah? Dia berantem sama Ibu? Atau sama kamu, Sayang?] Lelaki itu bertanya cepat.“Yah, masalah biasa, Mas. Lisanya saja yang terlalu sensitif!” Rosa membalas, dan segera mengalihkan pembicaraan.Percakapan demi percakapan mengalir begitu saja, dari telepon genggam yang Rosa tempelkan ke telinganya. Dia begitu senang karena suaminya banyak memberi masukan dan terlihat sangat peduli dengan keluarganya.“Ros! Rosa!”Wanita dengan s
461. Kebenaran Lainnya (Bagian C)“Mbak! Tolonglah nggak usah ingat-ingat tentang Polisi, aku merasa tidak nyaman saat mendengar kata-kata polisi!” kata Marwan dengan nada ketus.Rosa hanya mengangkat bahu tidak peduli, apalagi saat melihat Marwan yang semakin frustasi. Wanita itu merasa, semakin cepat mereka menemukan Lisa maka semakin baik. Makanya dia langsung menatap ke arah Maryam, dan memaku pandangannya kepada wanita yang sudah melahirkannya itu.“Sudah lah, Bu. Ayo kita segera berangkat mencari Lisa kalau begitu, daripada kita duduk di sini … tidak ada gunanya! Lagi pula, semakin lama kita mengulur waktu, bisa-bisa anak kesayangan Ibu ini akan menjadi gila karena ketakutan!” ujar Rosa sambil bangkit berdiri.Dia lalu berjalan ke arah kamarnya,sama sekali tidak menghiraukan teriakan Marwan yang tertuju ke arahnya. Adik bungsunya itu, sepertinya terdengar sangat kesal dan juga marah.Setelah mengambil dompet dan juga tas miliknya, Rosa kembali ke ruang tamu. Di sana dia bisa mel