448. Ke Kontrakan Lisa (Bagian B)Lisa langsung menatapnya dengan pandangan haru, dia merasa … rasa bersalah itu kembali melingkupi hatinya, hingga membuat dia merasa tidak nyaman. Lisa kembali teringat, akan perlakuannya kepada Ana di masa yang lalu.Begitu jahat dan juga begitu memalukan, Lisa bahkan merasa dia tidak bisa mengangkat kepalanya di depan Ana, sangking merasa amat malu dan juga merasa amat bersalah dengan itu semua.Bahkan setelah apa yang Lisa lakukan, Ana tetap bersikap baik kepadanya. Bahkan wanita ini tetap menganggapnya sebagai keluarga, Ana benar-benar wanita yang sangat baik dan juga tulus."Sebenarnya aku udah tahu Mbak tinggal di mana," kata Ana dengan cepat, dan hal itu sukses mengagetkan Lisa."Apa?" tanyanya dengan nada tak percaya."Aku dapat informasi yang dapat dipercaya, dan aku tahu kalau Mbak sekarang tinggal di kontrakan Bang Ramon yang di dekat pasar, kan?" ujar Ana lagi.Lisa langsung menjatuhkan belanjaan yang sedang ditentengnya dan menatap Ana de
449. Ke Kontrakan Lisa (Bagian C)Sekarang Ana bisa melihat kalau mereka semua sedang berbisik-bisik, dan menunjuk-nunjuk ke arah kontrakan yang dihuni oleh Lisa. Entah apa yang mereka bicarakan, tetapi Ana mempunyai feeling kalau pembicaraan itu tidaklah dalam hal yang baik."Udah, biarin aja. Nggak usah diliatin terus, nanti mereka ke-gr-an, mereka kira kamu ngefans pula sama mereka," ujar Lisa sambil terkekeh kecil.Dia langsung membuka pintu kamar, dan bisa melihat baik itu Naufal dan juga Salsa sedang tertidur di atas ranjang, sambil memeluk guling masing-masing. Kedua anaknya itu terlihat damai dalam tidur, seolah-olah tidak ada beban yang mereka rasakan."Wah, Naufal sama Salsa lagi tidur ya, Mbak?" Ana ikut mengintip, dan bisa menemukan kedua keponakannya itu dalam keadaan yang sudah pulas."Iya, kayaknya karena Mbak kelamaan di toko kamu, deh," kata Lisa sambil menutup pintu kamar, dia lalu membawa belanjaan yang tadi dibelinya ke arah dapur dan meletakkannya begitu saja di a
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant) 450. Duet Ana dan Lisa (Bagian A) Lisa dan juga Ana langsung saling berpandangan, saat melihat kalau ada tiga orang ibu-ibu yang berdiri di depan, dan menetap ke arah mereka. Ana kemudian melirik Lisa dari ekor matanya, sedangkan mantan kakak iparnya itu langsung mengangkat bahu. "Jangan tanya Mbak, Mbak juga nggak tahu apa mau mereka," ujar Lisa dengan nada pelan. "Ini, nih, yang nggak enak di kontrakan, Mbak. Nggak ada dinding sekat antara depan dan juga belakang, langsung polosan begitu saja, dan membuat kita tidak mempunyai privasi sedikitpun!" ujar Ana dengan nada kesal. "Lebih baik rumah reot-ku yang dulu, walaupun begitu tapi mempunyai banyak dinding dan orang tidak bisa langsung melihat kita yang sedang berada di dapur," Ana kembali berbicara. "Ya namanya juga kontrakan, An. Nggak mungkin juga dikasih yang mewah-mewah, yang mewah sih ada … tapi harganya kan bakalan jauh lebih mahal," kata Lisa dengan nada santai. "Ya
451. Duet Ana dan Lisa (Bagian B) Memang tidak membutuhkan waktu yang lama, bahkan lima menit pun tidak, sampai tetapi tetap saja Ana merasa berat melakukan ini semua. Karena dia merasa ibu-ibu itu bersikap tidak sopan, karena terlalu banyak request. Padahal mereka baru pertama kali bertamu ke rumah Lisa, kan? Tetapi Ana kemudian menggeleng kecil, berusaha menjernihkan pikirannya. Yah, mungkin saja di sini memang seperti itu orang-orangnya, santai dan juga tidak tahu malu. Eh? Ana langsung berjalan masuk ke dalam rumah, dan membuatkan sirup yang diinginkan oleh ibu-ibu itu dengan cekatan. Dia lalu membawa satu teko sirup, dan juga beberapa gelas ke depan. Sepertinya Ramon memang menyediakan peralatan makan di kontrakan ini, karena Ana bisa menemukan ada rak piring mini yang berisikan gelas, teko, beberapa buah mangkok, dan juga piring yang ada di sebelah kompor. "Ini, Bu. Silakan diminum," ujar Ana sambil mengangsurkan sirup, yang baru saja dituangnya ke depan ibu-ibu itu. Dia lal
452. Duet Ana dan Lisa (Bagian C) "Dan saya yakin, Kakak saya tidak akan menjadi salah satu diantaranya. Karena kakak saya dan juga mantan suaminya, akan kembali rujuk dalam waktu dekat ini," ujar Ana dengan nada tegas. Lisa langsung mendesah, dia merasa serba salah saat ini. Memang kata-kata yang dilontarkan oleh ketiga orang ibu-ibu di depannya ini benar-benar sangat pedas, dan seolah-olah menghakimi dia yang seorang janda akan melakukan tindakan yang tidak terpuji, seperti menjadi seorang pelakor dan juga penggoda. Tapi, Lisa juga tidak mempunyai ekspektasi kalau Ana akan mengatakan hal tersebut. Kalau dia dan juga mantan suaminya akan segera rujuk, hal itu benar-benar sangat-sangat tidak masuk akal. Menilik dari Aji yang terlihat sangat kekeh untuk bercerai dengannya, maka kemungkinan mereka untuk rujuk sangat-sangat kecil. Walaupun perceraian mereka masih talak satu, tetapi sepertinya keinginan Aji untuk bercerai dengannya sangat kuat. Karena mantan suaminya itu mengatakan,
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant) 453. Ancaman Lisa (Bagian A) Ketiga orang ibu yang ada di sana langsung menelan ludah dengan gugup, mereka sepertinya tidak menyangka dengan sahutan yang Lisa berikan. Status seorang pegawai negeri sipil, tentu saja sangat terpandang di negara ini. Semua orang berlomba-lomba untuk menjadi seorang PNS, yang sudah pasti mempunyai jaminan hidup yang baik, dengan berbagai tunjangan yang akan diterima. Mereka semua jelas tidak menyangka, kalau Lisa adalah seorang pegawai negeri sipil. Mereka datang ke sini memang untuk bersilaturahmiz tapi karena mereka tahu Lisa adalah seorang janda maka mereka langsung dengan kompaknya mengolok-olok dan juga menekan Lisa. Mereka tidak mau kalau suami mereka tergoda dengan Lisa, karena mereka semua jelas bisa melihat kalau Lisa adalah seorang yang sangat cantik, dan juga berkelas, mereka mengira kalau penampilan Lisa yang sebegini glowing dimodali oleh suami orang . Tapi semua itu langsung terba
454. Ancaman Lisa (Bagian B) Mereka berdua meminum sirup yang ada di teko itu dengan kompak, dan juga barbar, hingga tandas. Ternyata menghadapi ibu-ibu yang julid, membutuhkan tenaga yang sangat banyak. "Orang-orang seperti mereka itu, cocoknya di lawan oleh Bi Ramlah, pasti mereka akan langsung mati kutu!" ujar Ana sambil menyandarkan punggungnya ke dinding. "Wah, kalau sama Bi Ramlah sih, mereka pasti akan langsung K.O!" Lisa tertawa kecil. "Udah pasti, Mbak. Mbak tahu sendiri lah, gimana Bi Ramlah. Dia itu nggak ada takutnya, dan dia tahu bagaimana cara melumpuhkan lawannya dengan kata-kata yang pedas," kata Ana dengan penuh semangat. Ana kemudian terdiam, dia menatap Lisa dari samping sini dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Sedangkan wanita yang menjadi mantan kakak iparnya itu sama sekali tidak menyadari tatapan Ana, dan malah mengecek ponselnya dengan santai. "Kenapa nggak balik ke rumah kalian saja sih, Mbak? Kan, rumah itu juga setengahnya milik Mbak, dan aku yaki
455. Ancaman Lisa (Bagian C) "Mbak nggak punya maksud apa-apa, kok. Kamu jangan berpikiran buruk sama Mbak, ya. Demi Allah, Mbak nggak punya maksud yang buruk sedikitpun. Mbak hanya penasaran, Mas Aji sudah kembali mendapatkan kebunnya atau belum!" ujar Lisa dengan nada panik. Sedangkan Ana sendiri langsung menyerngit heran, dia menatap Lisa sambil menaikkan sebelah alisnya. Apalagi saat melihat wajah itu yang seperti ketakutan, dan juga seperti orang yang tengah cemas. "Mbak kenapa, sih? Aku nggak punya pemikiran yang buruk buat Mbak sedikitpun," ujar Ana dengan cepat. "Aku aku cuman kesal, karena ingat waktu kedatangan kami ke rumah juragan Karta tadi malam," kata Ana lagi. "Jadi tadi malam kalian datang ke rumah juragan Karta? Terus gimana, An? Udah dapet surat sertifikatnya? Terus kamu kesal kenapa?" tanya Lisa bertubi-tubi. "Iya, tadi malam kami datang ke rumah juragan Karta, dan kami belum dapat suratnya, Mbak," sahut Ana sambil kembali mendengus. Wanita itu terpaksa kembal