292. Talak yang jatuh! (Bagian B)[Heh, kamu kira aku ini orang susah? Nggak mampu bayar sewanya? Bayari hp-mu yang murahan itu aja aku mampu, belinya sepuluh biji aku juga mampu, bahkan aku bisa beli pabriknya sekalian!] Kata Mbak Lisa dengan nada menggebu-gebu."Halah, sak karepmu lah, Mbak. Ya sudah, aku tutup dulu teleponnya. Assalamualaikum!" kataku berpamitan.Aku lalu menutup teleponnya dengan cepat, dan mematikan ponselku. Karena aku sudah muak mendengar ocehan Lisa, dia benar-benar seperti Mak Lampir yang kalau berbicara dengan nada cempreng dan juga dengan kecepatan 400 km/jam."Lihat, kan? Sudah aku bilang, nggak usah angkat teleponnya. Omongan dia itu sama sekali tidak ada faedahnya, kalau menelpon orang pasti hanya merecoki dan juga membuat onar," kata Mas Aji sambil mencibir."Ya, yang nyuruh kan Emak sama Ibu, Mas," kataku sambil mencebik sinis."Ya nggak apa-apa, Nak Aji. Seenggaknya kita tahu kalau Nak Lisa baik-baik saja di sana, begitu juga dengan Naufal dan juga Sa
293. Talak yang jatuh! (Bagian C)Suaraku berhasil memecah keheningan, sehingga membuat yang lainnya menatapku dengan pandangan penasaran terutama Ibu, Bapak dan juga Mas Aji."Kamu mau menunjukkan apa, Dek?" tanya Mas Aji dengan raut penasaran."Sebenarnya waktu aku ke pasar tadi, aku udah dengar kabar tentang grup WA yang dibuat oleh Mbak Lisa dari Mbak Rini," kataku sambil melirik ke arah lain."Lalu?" tanya Mas Aji lagi. "Kalau ini tentang screenshot dari grup WA itu, Mas juga ada. Tadi Mas berhasil menscreenshot status dari Ruli, dan Mas udah menyimpannya ini. Jadi, kalau mbakmu mengelak Mas sudah ada bukti," kata Mas Aji sambil menunjukkan ponselnya."Bukan itu Mas," sahutku sambil menggeleng pelan."Terus apa?" tanya Mas Aji dengan kening yang berkerut dalam. "Apalagi yang dibuat sama mbakmu? Coba ngomong sama Mas, biar Mas tahu apa saja yang sudah dia lakukannya!" kata Mas Aji sambil menggeram pelan."Aku kirim aja ya, ke WA Mas," kataku sambil mengambil ponselku dan mengutak-
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)294. Ancaman Lisa (Bagian A) "AJI!"Ibu memekik dengan kuat, begitu juga dengan Emak. Kedua wanita paruh baya itu kemudian saling bertatapan, dan setelahnya kembali menatap Mas Aji dengan pandangan terkejut "Kamu keterlaluan, Nak! Kata-kata itu tidak bisa dijadikan bahan untuk bercanda, kata talak bukan hal yang main-main!" Emak berujar tegas."Hahhhhhhh …." Mas Aji menghela nafas dengan teramat panjang dan juga dalam, terlihat jelas wajahnya menunjukkan kegelisahan dan juga rasa frustasi yang amat sangat.Ponsel pintarnya masih tergenggam erat di tangannya, aku yakin benda pipih itu sudah mati karena kami tidak lagi bisa mendengar suara Lisa dari seberang sana. Wanita itu sempat memekik terkejut dan berteriak marah tadi, namun dengan cepat Mas Aji mematikan dan mengakhiri panggilan mereka.Mas Aji kembali menghela nafas, dan menyandarkan punggungnya di kursi. Dia mendongakkan kepalanya, dan menatap langit-langit dengan pandan
295. Ancaman Lisa (Bagian B)Kakak iparku itu lalu bangkit berdiri, dan dia meraih kunci motor yang ada di dekat meja."Aku pulang dulu Bi, An. Terima kasih untuk jamuan makannya," katanya sambil menatap Mas Abi dengan pandangan dalam. "Mak, Aji pamit dulu," kata Mas Aji kepada Emak.Dia memungut ponselnya yang ada di halaman, dan berjalan pergi ke arah motornya yang ada di depan toko. Tak lama kemudian suara motor KLM yang terdengar sangat khas itu mengaung, dan melaju pergi dengan amat kencang."Astaghfirullahaladzim! Bagaimana bisa Aji bersikap seperti itu? Ya Allah …." Ibu mendesah dengan lelah."Sudahlah, tidak apa-apa. Mungkin ini memang sudah keputusan Aji dan kita wajib untuk menghormatinya," sahut Emak tiba-tiba. "Lagi pula, ini masih talak satu dan mereka masih bisa rujuk. Kita hanya bisa berdoa agar hubungan mereka mendapat jalan yang paling baik, dan masalah-masalah yang menimpa Aji segera bisa terselesaikan," kata Emak lagi."Saya benar-benar tidak habis pikir, Bu. Masala
296. Ancaman Lisa (Bagian C)"Kalau begini kenyataannya, aku juga tidak menyalahkan Mas Aji," kata Mas Abi sambil mengembalikan ponselku."Jadi Mas setuju melihat Mas Aji menceraikan Mbak Lisa?" tanyaku dengan cepat."Bukan masalah setuju ataupun tidak setuju, Mas hanya bilang kalau Mas tidak menyalahkan Mas Aji sudah mengambil keputusan seperti itu. Suatu penghinaan kepada dirinya, juga keluarga dan orang tua kami khususnya. Tentu saja membuat dia berang dan juga marah," sahut Mas Abi dengan lembut. Mas Abi terlihat menghela nafas dengan amat dalam, dan mengeluarkannya dengan sangat panjang. Dia lalu menatapku dan juga menatap Emak secara bergantian, kemudian menyunggingkan senyum manis yang dia miliki."Mbak Lisa memang sudah sangat keterlaluan saat ini, dia memfitnah Ibu dan juga Bapak yang sudah memberikan apapun yang dia inginkan, dan memberikan yang keluarga mereka butuhkan. Agar mereka tidak kekurangan dan juga tidak pusing untuk memikirkan kehidupan Naufal dan juga Salsa, tet
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)297. Perubahan Aji (Bagian A)Pagi-pagi sekali aku sudah bangun, sebelum adzan subuh berkumandang, aku, Emak, dan juga Aina sudah terjaga dan berbincang kecil di kamar yang mereka tempati. Ketika adzan subuh berkumandang dari masjid yang terletak tak jauh dari rumah, kami langsung melaksanakan shalat subuh berjamaah.Sedangkan Mas Abi shalat ke masjid, jadi di rumah hanya ada aku, Emak, dan juga Aina yang melaksanakan shalat berjamaah. Setelah selesai melaksanakan melakukan kewajiban dua rakaat, kami langsung pergi ke dapur. Emak berencana membuat sambal ayam cabai hijau, karena ayam panggang yang tersisa tadi malam masih cukup banyak.Aku memetik cabai hijau dengan telaten, sedangkan Aina juga sedang mengupas bawang putih dan juga bawang merah, yang akan digunakan sebagai bahan dasar sambal hijau khas masakan andalan Emak.Sambil melaksanakan kegiatan kami masing-masing, kami saling bercanda dan juga tertawa. Sudah lama sekali r
298. Perubahan Aji (Bagian B)"Bagus dong! Itu artinya Aji mulai berubah, dan kita seharusnya merasa bangga akan hal itu. Karena dia sudah mulai menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik," kata Emak sambil tersenyum kecil."Iya, Mak. Abi sangat bahagia dengan perubahan yang Mas Aji lakukan," kata suamiku itu sambil ikut tersenyum."Mungkin saja, perpisahannya dengan Mbak Lisa memang adalah jalan yang terbaik!" sahutku tiba-tiba. "Hust! Tidak boleh bilang begitu, An!" Emak berujar mengingatkan."Ya mau gimana lagi, Mak? Buktinya saja, baru tadi malam Mas Aji dan juga Mbak Lisa berpisah tetapi lihat sekarang … perubahannya sudah cukup drastis. Mas Aji sudah mau ke masjid, loh. Bukankah itu adalah hal yang sangat bagus?" tanyaku sambil menatap Emak dengan pandangan bertanya.Emak menggeleng, dan menatapku dengan pandangan kesal. "Kamu itu kalau dibilangin, ada aja jawabannya!" kata Emak sambil merengut."Fakta, Mak." Aku terkekeh geli."Oh ya, Mbak. Mbak Lisa ada menghubungi lagi t
299. Perubahan Aji (Bagian C)"Assalamualaikum, Bu." Aku menyapa Ibu, dan berjalan mendekat."Waalaikumsalam, An. Ngapain pagi-pagi begini ke sini, Nduk?" tanya Ibu dengan heran.Setelah dekat dengan mereka berdua, aku baru bisa melihat dengan jelas kalau yang berbicara dengan Ibu tadi adalah Bi Ramlah. Bibi dari suamiku itu terlihat duduk di kursi teras, dan melambai ke arahku dengan semangat "Ini nganter lauk untuk sarapan, Bu. Tadi Emak buat sambal ayam yang tadi malam," sahutku sambil memberikan satu kotak tumorwer kepada Ibu."Bagianku mana, An? Kok, tidak ada?" tanya Bi Ramlah sambil menadahkan tangannya."Ana nggak tahu kalau Bibi ada di sini," sahutku sekenanya, sambil ikut mengambil tempat duduk di samping Bi Ramlah. "Lagian ngapain pagi-pagi begini sudah ngerumpi di sini, Bi? Bibi tidak punya pekerjaan lain? Nanti kalau Pak Lek mau pergi bekerja, terus tidak ada yang bisa dimakan. Pak Lek bakalan marah, loh!" kataku sambil mencebik."Gampang, nanti sekalian pulang aku tingg