PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)132. Berdamai dengan Ibu (Bagian A)"Memang bener, lucu kalian ini!" Bi Ramlah bahkan tertawa terbahak-bahak. "Wong mau minjem duit, kok malah marah-marah. Heh, Aji! Bibi nggak percaya tuh, kalau kalian nggak punya uang tujuh juta. Ini masih tanggal muda, istri kamu baru aja gajian. Terus, harga sawit juga masih mahal loh, pasti uang kamu banyak! Kok, malah mau menyusahkan orang, sih?" ujar Bi Ramlah mengejek.Mas Aji dan Lisa langsung saling berpandangan, dan aku yakin kalau ada rahasia tersembunyi yang sebenarnya sedang mereka tutupi. Karena setahuku, apa yang Bi Ramlah katakan memang benar. Jadi, kecil kemungkinan kalau mereka tidak punya uang. Lain cerita kalau mereka punya rahasia kotor lainnya, wah … apa ya? Membuat aku penasaran aja.“Ibu kok, ngomongnya ngelantur ke mana-mana sih?” tanya Mas Aji tak terima. “Ibu nggak ikhlas ngasih itu semua ke kami, begitu? Membangunkan sebuah rumah, mengisi perabotannya, sampai membeli
133. Berdamai dengan Ibu (Bagian B)Jangan dia kira aku hanya akan diam saja saat dia menghinaku dekil dan juga kusam, syalan skali memang! Aku bukan dekil, yah! Aku hanya kurang perawatan saja!Buktinya saja Mas Abi mencintaiku dan memilihku menjadi istrinya, padahal suamiku itu ganteng banget. Ya, sebelas dua belas dengan Park Chanyeol yang anggota EXO itu, gila ya? Kalau sekelas Mas Abi yang mirip Park Chanyeol saja mau denganku, dan tergila-gila denganku, tentu saja aku ini bukan wanita buluk.Aku hanya kurang … polesan? Ah, gara-gara Lisa itu aku jadi tidak bersyukur dengan yang sudah Allah beri. Memang penyakit dia itu!“Pulang aja yuk, Mas. Malas aku di sini, nggak enak! Bawaannya body shaming mulu!” kataku kesal.“Ya sudah kalau mau pulang, ayo!” Mas Abi langsung menyetujui.“Iya, biar saja mereka mengurus masalah mereka sendiri. Tadi kata Ramlah barang-barang toko kalian sudah datang, kalian pasti sibuk!” kata Ibu dengan santai.Aku mengangguk, ah … ternyata menyenangkan sek
134. Berdamai dengan Ibu (Bagian C)Apa aku gila? Kami bahkan tidak pernah berbicara dengan santai, dan duduk berdua dengan obrolan-obrolan santai. Eh, sekarang aku malah mengajaknya ngerujak bareng? Aku pasti sudah gila!Ya Allah, aku bakalan malu sekali kalau Ibu menolak. Lisa bakalan mengejekku hingga seumur hidup! Aku yakin itu, dan aku benar-benar gugup sekarang. Tapi bukan Anna namanya, jika menunjukkan kegugupan dan menyerah begitu saja.“Gimana, Bu?” tanyaku lagi.“O—oh!” Ibu bahkan terkesiap.“Aku janji, bakalan seru dan juga asyik!” kataku lagi. “Kalau Ibu capek, Ibu bisa duduk saja dan melihatku. Ibu tidak harus bekerja!” kataku memastikan.“Ya, Ibu bisa santai di rumah kami. Tenang saja, Bu. Di rumah Ibu tidak akan kepanasan lagi, sudah ada kipas angin dan bahkan Ac. Ibu juga tidak akan merasa bosan, ada televisi yang warnanya sudah jernih tidak merah lagi layarnya," kata Mas Abi dengan antusias. "Buah-buahan dan juga kue, ada di kulkas. Mau makan? Anna bisa masakkan ayam
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)135. Keputusan Abi yang mencengangkan! (Bagian A)"Yah, sebenarnya uangku juga uang Mas Abi, sih!" kataku dengan santai. "Ya namanya, juga suami istri," kataku lagi melanjutkan.Walau bersikap biasa, dan berusaha berbicara dengan normal tapi aku benar-benar geram di dalam sana. Dia memang butuh diberi faham, agar tidak selalu meremehkan orang lain."Halah, uang suami itu uang istri. Tapi, uang istri punya istri!" sahut Lisa dengan nada mengejek. "Jadi jangan sok bijak, dengan bilang 'uangku juga uang Mas Abi'. Stop bersikap sok, An. Muak aku ngelihatnya!" Lanjutnya lagi.Aku hanya menatapnya dengan alis yang terangkat tinggi, bagaimana bisa di mengatakan hal seperti itu? Yang dia katakan memang benar, uang istri mutlak milik istri. Dan suami tidak berhak atas uang tersebut.Tapi, aku rela. Uangku, juga uang Mas Abi. Jangan karena aku yang punya uang, orang terus meremehkan suamiku dan menyanjungku. Oh, itu tidak boleh terjadi!La
136. Keputusan Abi yang mencengangkan! (Bagian B)Aku bisa melihat Mas Aji dan juga Lisa yang langsung menelan ludah dengan gugup, mereka lalu berpandangan dan dengan kompak terlihat menggeleng. Sepertinya mereka memang tidak ingin berbicara apapun mengenai uang yang mereka miliki.Menjadikan aku semakin penasaran dengan teka-teki ini, bagaimanapun juga rasanya mustahil jika Lisa dan juga Mas Aji tidak mempunyai uang."Semakin Ibu pikirkan, semakin terdengar tidak masuk akal memang. Bagaimana bisa kalian tidak mempunyai uang, bahkan sampai menunggak cicilan motor seperti saat ini?" kata Ibu dengan mata yang menyipit. "Ibu yakin kalian pasti menyembunyikan sesuatu dari Ibu," kata Ibu mertuaku itu lagi."Menyembunyikan apa sih, Bu? Ibu jangan termakan omongan Bi Ramlah lah, mana mungkin kami menyembunyikan sesuatu dari Ibu, kami memang kekurangan uang karena Lisa kan memang suntik kromosom waktu itu, lagi pula kebutuhan kami meningkat, Bu!" kata Mas Aji dengan cepat."Kebutuhan apa? Buk
137. Keputusan Abi yang mencengangkan! (Bagian C)"Yang Mbak katakan memang benar, uang istri adalah mutlak milik istri, suami tidak berhak ikut campur. Tetapi kalau di dalam rumah tanggaku, uangku adalah uang Mas Abi juga, dan itu artinya adalah uang milik kami bersama. Jadi jika kalian ingin meminjam uang, coba tanyakan sama suamiku. Jika dia mengizinkan, maka aku akan memberi kalian pinjaman!" kataku sambil menyunggingkan senyum manis."Bener nih? Jika Abi mengizinkan, maka kamu akan meminjamkan uang tujuh juta kepada kami?" tanya Mas Aji memastikan."Tentu saja!" Aku mengangguk mantap. "Jika mas Abi mengizinkan, maka aku akan meminjamkan kalian uang tujuh juta. Bukan hanya meminjamkan saja, aku akan memberikannya dengan ikhlas. Kalian tidak perlu mengembalikan uang itu kepadaku!" kataku dengan nada santai."Ana, kamu tidak perlu berbuat seperti itu, biarkan mereka bertanggung jawab dengan perbuatan yang telah mereka lakukan!" kata Ibu tidak suka."Tidak apa-apa, Bu. Ana ikhlas kok
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)138. Kedatangan Pak Sofyan dan Pak Abdul lagi! (Bagian A)Hari ini adalah hari pertama aku membuka toko milikku, karena kemarin kami sudah rampung menyusun semua barang-barang dibantu oleh Ibu dan juga Bi Ramlah.Dan setelah kami selesai menyusun semua barang-barang itu, kami kemudian ngerujak bersama, diselingi canda tawa dan juga lelucon yang Bi Ramlah lontarkan.Kemarin benar-benar menjadi hari yang menyenangkan bagiku dan juga Mas Abi, ternyata kehadiran Ibu benar-benar membuat kami menjadi lebih bahagia dan juga lebih merasa disayangi oleh wanita yang sudah membesarkan suamiku itu.Sedangkan Lisa dan juga Mas Aji ? Aku belum mendengar kabar mereka hari ini, entah bagaimana kelanjutan kasus mereka yang kemarin. Tapi kami benar-benar tidak lagi mengetahui tentang mereka, apalagi Ibu kemarin sampai malam berada di rumahku.Hingga Bapak menyusul Ibu ke sini dan juga ikut makan malam bersama, Bapak bilang saat dia ingin pergi ke
139. Kedatangan Pak Sofyan dan Pak Abdul lagi! (Bagian B)Aku bisa mendengar suaranya yang terdengar sangat antusias, dan juga bersemangat, dia kelihatannya benar-benar senang ketika Ibu mau bercengkrama dengan kami.“Iya, Mas. Alhamdulillah, aku senang karena ternyata Allah sudah membukakan pintu hati Ibu dan membuat beliau mau ke sini dan juga membantu kita. Aku berharap kejadian ini berlangsung selamanya, dan Ibu akan berubah sepenuhnya,” kataku sambil tersenyum kecil.Mas Abi kemudian menghentikan kegiatannya, dan menatapku dengan pandangan dalam, dia mengangguk sambil membalas senyumku dengan yang lebih lebar dan juga lebih terlihat bersinar.“Yah, kamu benar, Dek. Mas berharap hal ini berlangsung selamanya, dan Ibu benar-benar berubah, karena bagaimanapun juga Mas benar-benar menyayangi Ibu dan menganggap kalau beliau adalah Ibu kandung Mas sendiri. Karena dia sudah mau merawat dan membesarkan Mas, dengan penuh kasih sayang,” kata Mas Abi dengan lembut. “Walau Ibu bersikap judes