"Ya tuhan dimana kamu, Endrea," gumam Arya dengan nada frustasi.
Arya berlari dengan panik masuk ke dalam gedung lagi dan memerintahkan semua orang untuk mencari keberadaan Endrea, semua orang langsung berhamburan keluar gedung dan mereka berpencar.
Sudah jam tujuh malam tapi Endrea belum juga ditemukan, Arya memutuskan untuk mencari hotel terdekat dan lanjut mencari Endrea besok.
Sedangkan yang lain memutuskan untuk pulang, karena besok mereka harus bekerja ke kantor, Arya menelepon semua pengawalnya dan memerintahkan untuk datang ke kota tua termasuk Delina.
"Ini salah lo juga Arya, kenapa ngga bawa Delina," racau Arya menyalahkan dirinya sendiri dengan hilangnya Endrea, ditambah sekarang Endrea sedang mengandung anaknya.
'Dimana kamu sayang, ayolah pulang jangan bikin Mas panik," batin Arya tangannya mengusap wajahnya dengan kasar.
Di dalam mobil alphard pria itu menjalankan mobilnya dengan panik, saat memega
Deg...'Endrea, jadi wanita tadi Endrea bagaimana bisa dirinya tidak menyadari bahwa tadi itu Endrea, lalu bagaimana caranya aku memberitahu ini semua kepadanya nanti,' batin Semuel kemudian mengusap kepalanya dengan kasar."Pak Sem, bagaimana dengan jasad anak anda?" tanya Dokter Dion.Sedangkan polisi yang tadi hanya melihat ke arah Dokter Dion dan Semuel secara bergantian, polisi itu merasa bingung dengan Semuel tadi dia bilang tidak kenal dengan korba saat dirinya menanyakan korban, tapi sekarang dia menjawab bahwa dia suami korban."Saya akan mengurusnya nanti," jawab Semuel."Sama satu lagi Pak, apa boleh saya membawa Endrea ke rumah sakit diluar negeri?" tanya Semuel."Tentu bisa jika itu yang anda inginkan, diluar justru cara pengobatannya bagus saya akan mengurusnya disini," jelas Dokter Dion.Bukan masalah pengobatan yang Semuel ragukan, tapi Semuel takut Arya akan menemukan Endrea, entah mengapa Semuel
"Dia bukan anak sialan, dia Endrea istriku yang sedang mengandung anakku, Prangg...." Arya melemparkan gelas berisi kopi ke arah Amel."Aduh...." rintih Amel ketika gelas itu mengenai lengan bagian kirinya, dan kopi yang ada di dalamnya tumpah membuat baju yang Amel pakai kotor.Amel berlari ke kamar mandi dan mencuci sebagian bajunya yang kotor, tentu mulutnya tidak berhenti terua saja mengumpat Endrea dengan kesialan yang menimpannya, untungnya tangannya tidak luka."Lebih baik sekarang kamu pulang, sebelum aku membunuhmu," perintah Arya dengan emosi ketika melihat Amel keluar dari kamar mandi."Iya sayang aku akan pulang sekarang, tapi besok aku akan datang lagi kesini," Amel berkata dengan berjalan mendekat ke arah Arya, kemudian menepuk pelan pundak Arya.Amel berjalan keluar dari apartemen Arya dengan wajah yang memerah karena marah, dirinya marah bagaimana bisa Arya mengabaikan kehadirannya disana, biasanya Arya akan
"Bapak tinggal menjelaskan dengan perlahan kepada pasien, tentu kami mengharapkan Bapak memberitahukannya dengan cara yang halus, agar tubuh pasien tidak kembali drop," ucap suster itu kemudian tersenyum ramah."Oke, berapa lama dia tertidur?" tanya Semuel dengan menunjuk ke arah Endrea."Paling lama satu jam Pak, kalau gitu saya permisi," pemit suster itu lalu meninggalkan Semuel dan Endrea.Semuel selalu memikirkan dalam waktu satu jam nanti apa yang harus dirinya katakan terlebih dahulu kepada Endrea, apa menunggu Endrea tanya saja pikir Semuel.'Ahh itu bukan laki-laki namanya, terus aku harus bicara apa nanti,' gumam Semuel, saat ini Semuel benar-benar tengah kebingungan.Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat sudah satu jam berlalu, Endrea mulai mengerjapkan matanya Semuel beberapa kali menghela nafas panjang bersiap untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."Hay bagaimana keadaanmu?" tanya Semuel kepada
"Sem...." suara Endrea sedikit meninggi, melihat Semuel diam saja dan duduknya tidak bisa tenang."Emm... Iya Endrea, sebenarnya waktu itu kamu kehilangan banyak darah dan... dan anakmu tidak bisa diselamatkan," jelas Semuel kemudian memalingkan wajahnya tidak berani menatap ke arah Endrea.Endrea terdiam mematung mendengar ucapan Semuel, jadi anakku sudah tidak ada, ini salahku seandainya waktu itu aku menyeberang jalannya lebih hati-hati, pasti semua ini tidak akan terjadi pikir Endrea, air matanya meleleh tanpa dapat Endrea tahan.Semuel yang melihat Endrea terdiam langsung menatap ke arah Endrea, dan betapa terkejutnya saat melihat Endrea sedang menangis sesegukan dibrangkar.Semuel mendekat ke arah Endrea dan langsung memeluk tubuh rapuh itu, Semuel mengusap-usap rambut Endrea berusaha agar Endrea bisa menerima semua ini."Yang sabar ya aku tahu Endrea kuat, kamu pasti bisa melewati ini," gumam Semuel.Endrea menga
"Balas dendam?" ucap Semuel dengan nada terkejut."Iya asal kamu tahu, setelah pernikahanku memasuki usia ke satu tahun Arya ketahuan selingkuh dengan wanita lain, dan kamu tahu yang lebih parahnya mereka sudah tinggal dalam satu rumah selama tiga minggu, itu yang aku tahu mungkin bisa lebih," jelas Endrea dengan wajah yang memerah karena marah."Aku memang pernah melihat vidio yang waktu kalian berada disalah satu restoran, dan aku tidak menyangka Arya akan melakukan sejauh itu," jawab Semuel dengan menggelengkan kepalanya, dirinya tidak habis pikir dengan tingkah Arya."Dan kamu tahu vidio itu sudah di edit, yang bagaimana bagian saat mereka berciuman tidak ditayangkan, dan aku yakin kecelakaan yang menimpaku juga ada sangkut pautnya dengan suamiku sendiri," ucap Endrea."Kamu tenang dulu bagaimana bisa seorang suami mau mencelakai istrinya sendiri, apalagi kamu kan sedang hamil waktu itu," ujar Semuel kemudian tangannya mengusap punggung tangan E
"Semuel...." ucap Endrea, dengan nada terharu dengan apa yang dilakukan oleh Semuel untuknya. Sepuluh menit kemudian Semuel keluar dan langsung menyuapi Endrea sampai habis, pagi ini Endrea masih memakan bubur, selesai sarapan Endrea mandi dibantu oleh suster karena tubuhnya yang masih lemas jadi belum bisa untuk melakukannya sendiri. Menunggu Endrea mandi Semuel sarapan, taid dirinya memesan nasi goreng buat sarapan dan Semuel langsung melahapnya sampai habis. "Kamu sudah siap buat latihan sekarang?" tanya Semuel saat dirinya baru selesai mandi. "Siap banget, aku pengin cepat sembuh," jawab Endrea dengan semangat. Semuel mengangguk dan berjalan ke arah kursi roda, Semuel membantu Endrea turun dari ranjang dan tidak sengaja kaki Endrea lemas saat menapakkan kakinya dilantai, dengan sigap Semuel langsung menarik tubuh Endrea ke dalam pelukannya. membuat dada mereka bersetuhan,jantung Semuel berdetak lebih cepat, seperti ada
"Jadi selama ini kamu bersembunyi disini, sekarang katakan dimana kamu sembunyikan istriku," Kevin melihat ke arah suara dan matanya langsung melotot.Kevin tidak dapat berbicara karena seutas tali mengikat mulutnya, dengan kasar Arya membuka pengikat pada mulut Kevin."Aahhh," rintih Kevin ketika merasakan tarikan kasar dikepalanya, hati Kevin ini berkata bukan hal yang baik dengan kedatangan Pamannya kesini."Ada apa Paman?" tanya Kevin kemudian menatap mata Arya."Dimana istriku, aku yakin kamu yang menyembunyikan istriku selama ini, ayo katakan!" perintah Arya dengan nada mengancam."Tapi Paman, aku tidak tahu kalau sebenarnya istri Paman tidak ada, dan aku tidak pernah bertemu lagi ketika kalian sudah menikah," ucap Kevin jujur."Bohong!" teriak Arya dan langsung berjalan mendekat ke arah Kevin.Bug... Bug... Bug...Arya memukulkan batang kayu yang sudah disiapkan oleh orang bayarannya, Ke
Selama itu dirinya tidak sadarkan diri, dan Bapak ini dengan sabar menungguinya"Karena Mas sudah sadar mungkin nanti bisa ikut denganku pulang ke rumah, agar luka Mas bisa diobati oleh dokter," saran Pak Rahmat."Saya tidak tahu lagi harus mengatakan apa kepada Bapak, tapi saya berjanji setelah saya sehat saya akan membalas semua yang telah Bapak lakukan kepada saya," ucap Kevin kemudian Pak Rahmat keluar dari kamar menyiapkan bekal untuk pulang ke rumah.Perjalanannya yang akan mereka tempuh hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit, tapi berjalan dengan Kevin yang sedang sakit bisa saja membutuhkan waktu yang lebih lama.Kevin berjalan dibantu oleh Pak Rahmat, satu jam kemudian mereka sampai di depan rumah yang sederhana tapi terlihat begitu nyaman, saat mereka sampai seorang wanita yang sudah seumuran Pak Rahmat menyambut mereka dengan tersenyum.Tapi senyumnya pudar ketika melihat luka yang ada di tubuh Kevin, dengan jalan yang pinc