Share

Bab 4

Author: Hakayi
last update Last Updated: 2023-06-16 12:59:05

Elena menatap bibinya Lili seraya mengulas senyum kecil. “Lagipula, kekayaan Kaisar akan menjadi milikku juga setelah kami menikah, bukan?”

“Jangan gila kamu, Elena!” teriak Lionel.

Salah seorang sepupu perempuannya bernama Rose anak dari bibinya Lili melihat Elena dengan tatapan tidak percaya. “Kamu bersedia untuk menikah dengan dia?” 

Elena melihat satu persatu anggota keluarganya, dan tersenyum simpul. “Kenapa tidak?” Elena berjalan melewati semua orang, dan menarik lengan Kaisar untuk mengikutinya. Semua orang menatap kepergian keduanya dengan rasa syok. 

Begitu keluar dari sana, Kaisar membawa Elena ke sebuah ruangan yang tidak asing. Ruang kerja ayah angkatnya. Di dalam sana, ekspresi Elena berubah. Ada kemarahan yang tidak diperlihatkan Elena ketika ia berada di dalam sana. Kemarahan terbesar yang disuarakannya kepada Kaisar adalah mengenai surat yang dikirimkan ayahnya, surat yang membuatnya terguncang. Kematian sang ayah dan fakta yang diungkapkan jika dirinya bukanlah anak kandung dari sang ayah, dan justru Kaisar lah putra kandung yang disembunyikan oleh ayahnya. 

“Selama ini ayah berpura-pura menjadikanmu anak angkatnya, lalu mengirim kamu ke militer, demi melindungimu dari mereka semua?! Lantas bagaimana denganku?!” 

Kaisar menjawab dengan tenang, “Ayah lebih menyayangimu dibandingkan dirinya sendiri.”

Elena memicingkan matanya, agak terkejut dengan kalimat pertama yang diucapkan Kaisar sejak ia tiba di rumah tadi. “Ayah menyembunyikan fakta itu selama bertahun-tahun dariku, Kaisar!”

Lagi-lagi Kaisar menjawab dengan tenang, “Demi kebaikanmu, Elena.” 

Elena yang hampir kehabisan kata-katanya lalu bilang kalau ia tidak mengerti tujuan dari sang ayah yang meminta mereka untuk menikah. “Aku bisa menjaga diriku sendiri. Kita tidak perlu menikah, Kaisar.” Elena pergi meninggalkan Kaisar. 

“Tunggu!” panggil Kaisar.

Langkah Elena terhenti lalu menoleh pada Kaisar. “Apa lagi? Sudah jelas kan kata-kataku? Aku bisa menjaga diriku dan kita tidak perlu menikah.”

“Sudah tidak ada waktu lagi,” ucap Kaisar.

Elena mengernyit heran. “Maksudmu?”

“Kau sedang dalam keadaan bahaya Elena,” jawab Kaisar tanpa memberitahukan identitasnya yang ternyata bukan anak kandung dari mendiang ayah angkatnya. “Sebelum surat wasiat itu dibacakan oleh Pengacara Pribadi ayah. Ayah mengirimkan surat wasiat lain padaku. Ayah sudah mengetahu bahwa dirinya akan segera dibunuh. Ayah juga berpesan untuk menikahimu, dan menjagamu, karena hidupmu berada dalam bahaya.”

“Maksudmu, kematian ayah bukan karena serangan jantung seperti yang dikatakan oleh dokter dan dia sengaja dibunuh?”

“Dari surat wasiat itu begitu yang aku duga. Kau sendiri kan bilang pada sekretaris pribadi ayah bahwa selama ini ayah tidak pernah memiliki riwayat penyakit jantung? Apa kau tidak curiga dengan kematiannya?”

Elena terdiam lalu berpikir. Dia memang curiga tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena yang menyatakan ayahnya terkena serangan jantung adalah dari pihak rumah sakit yang tidak mungkin berbohong akan hasil pemeriksaan mereka.

“Kau harus tetap menikah denganku. Kita harus ikuti permintaan ayah. Untuk sementara sampai menemukan jawaban penyebab kematian ayah sesungguhnya. Jika kau tidak menginginkannya, pernikahan ini hanya berpura-pura saja. Setelah itu terserah kamu. Sebelum aku mendapatkan jawabannya, kau harus ada di sisiku. Aku berjanji, aku akan mengusut misteri kematian ayah.” Sebenarnya dia mengatakan itu agar Elena tidak berubah pikiran saja. Meskipun gadis itu akan menyetujui permintaannya, meskipun tidak menjadi suaminya, Kaisar akan tetap menjaganya seperti yang diminta oleh ayah angkatnya.

Elena yang awalnya terlihat ragu, kemudian mengangguk dengan pelan.

“Tapi kau harus ingat, bahwa pernikahan ini hanya pura-pura saja sampai kita tahu penyebab kematian ayah sebenarnya.” Elena menegaskan sekali lagi.

Kaisar mengangguk, dengan senyuman tipis di wajahnya. 

***

Kaisar meletakkan karangan bunga di atas pemakaman ayah angkatnya. Dari kejauhan, seorang Perwira berdiri menunggunya. Kaisar mengelus batu nisan ayah angkatnya dengan mata berkaca-kaca.

“Ayah, surat wasiatmu sudah sampai ke tanganku. Aku berjanji akan menjaga Elena dengan segenap kekuatanku. Aku akan mengusut tuntas siapa yang membunuhmu. Tenanglah di sana. Aku akan menyelesaikan semuanya.”

Kaisar mencium batu nisan ayah angkatnya lalu bergegas pergi dari sana. 

“Bagaimana?” tanya Kaisar kepada Perwira yang sudah menantinya. Dia ingin tahu tentang pengawalan mereka secara tersembunyi pada pengacara pribadi ayahnya. “Apa ada yang mengganggunya?”

“Ada pasukan Bodyguard yang mencoba mencelakainya, Jenderal. Tapi berhasil kami taklukkan dan salah satu dari mereka sudah kami tangkap. Namun saat ini dia masih tidak mau memberi keterangan siapa yang memerintahkannya.”

Kaisar menduga pasti Paman Lionel yang memerintahkan mereka.

“Di mana kalian menyembunyikannya?!” tanya Kaisar.

Sang Perwira memberi tahu tempatnya. Setelah itu Kaisar memintanya pergi. Perwira itu pun akhirnya bergegas pergi dari sana. Kaisar menaiki mobilnya lalu meninggalkan Kawasan pemakaman itu menuju tempat perwiranya menyembunyikan salah satu bodyguard yang berhasil ditangkapnya.

Saat Kaisar tiba di rumah tua yang dijaga ketat oleh pasukannya. Dia disambut dengan penuh hormat dan dituntun untuk masuk ke dalam. Saat tiba di depan pintu, pasukannya membungkuk kepada Kaisar.

“Dia dibekap di dalam sana, Jenderal.”

“Buka pintunya,” perintah Kaisar.

Pria itu langsung membuka pintu. Saat Kaisar memasuki ruangan itu, dia melihat salah satu Bodyguard yang berhasil ditangkap oleh Perwiranya itu tergantung di langit-langit ruangan itu. Dia berhasil menggantung dirinya sendiri untuk menghilangkan jejak siapa yang berada di balik penyerangan Pengacaranya itu.

“Ampun, Jenderal. Maafkan kami yang tidak bisa menjaganya dengan baik. Saya siap dihukum karena ini,” ucap Pria itu dengan wajah ketakutan.

Tanpa bicara Kaisar meninggalkannya. Dia harus mencari cara lain untuk mendapatkan petunjuk siapa yang berada di balik kematian ayah angkatnya.

***

Persiapan pernikahan Kaisar dan Elena akan segera rampung. Semua undangan sudah disebar. Orang-orang penting sudah dipastikan datang, termasuk para selebriti terkenal, politisi, pebisnis, bahkan para petinggi pemerintahan. Sekretaris pribadi Elena datang menemui Elena yang sedang duduk di ruang tengah sembari memeriksa seluruh persiapan acara pernikahannya.

“Seharusnya tidak perlu semewah ini. Tidak ada yang mengenalnya sama sekali,” cibir Rose sepupunya, yang diam-diam mengintip dari balik tubuhnya sembari mengerling pada Elena.

Elena bangkit dari duduknya sembari membawa seluruh laporan persiapan acara pernikahannya untuk pergi meninggalkannya. Dia malas berdebat dengan sepupunya itu.  Semenjak mendengar kecurigaan Kaisar atas kematian ayahnya, kini dia bersikap dingin kepada seluruh keluarganya. Urusan persiapan pernikahannya pun tidak mau melibatkan keluarganya. Dia mengurusnya bersama Kaisar.

Rose menahan kesalnya melihat Elena pergi meninggalkannya.

“Kau tidak ingin mendengarku lagi? Bukankah selama ini hanya padaku kau terbuka segala hal dengan rahasia pribadimu?”

Elena berhenti melangkah.

“Kali ini jangan ikut campur dengan urusanku,” tegas Elena.

“Kau telah diperdaya olehnya, Elena. Anak pungut itu telah menipumu. Dia telah menggunakan segala cara untuk bisa mendapatkan semua harta warisan ayahmu dan bisa menikahimu.”

“Silakan urus urusanmu sendiri! Jangan urusi lagi urusanku!” tegas Elena.

Rose menahan kesal mendengar itu. Elena terus berjalan hendak menuju kamarnya. Saat dia tiba di depan kamarnya, Sekretaris pribadinya datang.

“Nona,” panggil Sekretarisnya.

Elena menoleh padanya. “Iya.”

“Semua undangan sudah disebarkan,” jawab Sekretaris pribadinya.

“Terima kasih.”

Terdengar suara langkah kaki di belakang mereka. Elena menoleh ke arah sumber suara. Rupanya yang datang adalah Paman Lionel.

“Bisa bicara sebentar?” ucap Lionel pada Elena.

“Di sini saja, Paman,” sahut Elena.

Lionel menatap sekretaris pribadi Elena. Perempuan itu mengerti lalu pergi menjauh dari mereka.

“Aku tidak punya waktu banyak, paman.”

Lionel menahan geram melihat keponakannya sudah tidak berlaku sopan seperti dulu lagi. “Mengenai Kaisar…”

“Tidak ada lagi yang perlu dibahas tentangnya. Dia anak kandung ayahku dan kami akan segera menikah. Paman tidak perlu lagi meragukannya.”

Saat Lionel hendak berkata, Kaisar datang membuatnya terdiam dan menunjukkan wajah kesal kemudian pergi meninggalkan mereka di sana.

“Apa dia hendak mencelakaimu?” tanya Kaisar memastikan.

Elena menggeleng. “Aku mau istrirahat.”

Kaisar mengangguk dan membiarkan gadis itu memasuki kamarnya. Tak lama kemudian handphone Kaisar berbunyi, sebuah pesan masuk datang. Kaisar membuka pesannya lalu membacanya : Persembahan dari militer untuk acara pernikahan akan tiba tepat waktu, Jenderal.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nancy Motulo
ngga tau,mungkin sesuatu yg luar biasa..
goodnovel comment avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
makin jadi teka teki ini si Abraham siapa yg i care nyawanya ya? memang ada baiknya kalo elan nikah sama kaisar. loh persembahan apa ini yg di berikan sama kaisar
goodnovel comment avatar
Hanny Abbarlah
persembahan apa yg datang di acara pernikahan kaisar? jd penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 5

    Setelah membaca pesan itu, Kaisar melangkah pergi menuju kamarnya. Saat dia melewati ruang tengah, Kaisar terkejut melihat kedua pamannya dan bibinya sudah duduk di sana seperti menunggunya. Paman Lionel, Paman Mason dan Bibi Lili berdiri sembari menatap Kaisar dengan tatapan yang memiliki banyak arti. Tatapan yang menyimpan rasa benci yang begitu besar kepadanya. Kaisar tahu mereka masih berusaha mencari cara agar bisa mendapatkan bagian dari semua harta kekayaan ayah angkatnya dengan bernegosiasi dengannya. “Bisa bicara sebentar,” pinta Lionel. Kaisar mengangguk, dan bergabung dengan mereka. “Ada apa, Paman?” tanya Kaisar. “Mengenai perusahaan Abraham Grup…” “Aku akan mengurusnya setelah pernikahanku dengan Elena selesai digelar,” sela Kaisar. “Kau tidak akan menggantikan posisiku yang kini menjadi CEO di sana, kan? Karena bagaimana pun akulah yang ditunjuk ayahmu untuk mengurus perusahaannya selama ini. Ayahmu hanya mengawasi saja dan akulah yang turut andil memajukan perus

    Last Updated : 2023-06-16
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 6

    “Kenapa Pak Menteri terlihat buru-buru sekali?” tanya salah satu tamu undangan pada temannya sambil menatap Sang Menteri yang sedang dikawal oleh Pengawalnya untuk keluar dari area resepsi pernikahan itu. Dia heran, padahal Sang Menteri baru saja datang dan harus pergi lagi. “Entahlah,” jawab temannya. “Apa mungkin karena ada hal mendesak yang harus ia lakukan?” “Bagaimana pun dia seorang abdi negara. Tugas negara mungkin lebih penting daripada menghadiri resepsi pernikahan ini.” “Tapi, hebat sekali Elena. Tamu-tamu yang datang berkelas semua.” “Siapa dulu mendiang ayahnya.” “Tapi sayang Elena harus menikah dengan…” Mereka menatap ke arah Kaisar dengan pandangan meremehkan. Yang tidak diketahui oleh siapapun adalah, Menteri Pertahanan terburu-buru meninggalkan lokasi karena Kaisar yang memerintahkannya demikian. Semua orang yang mengenal Kaisar tahu kalau perintahnya seperti sebuah ultimatum. Keras, tegas, dan tidak bisa dibantah. Elena yang sibuk didatangi oleh para tamu und

    Last Updated : 2023-06-20
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 7

    “Saranku, berhenti bersikap sok tau, Kaisar. Kamu mempermalukan dirimu sendiri.” Kembali, ejekan-ejekan itu dilontarkan untuk Kaisar. Kaisar tidak membalasnya, dan hanya tersenyum tipis. Terlihat tidak terpengaruh dengan apapun yang terjadi. Kaisar pun meninggalkan mereka untuk keluar dari area gedung itu. “Dia pergi karena malu,” ucap Bastian pada teman-temannya. Kedua teman-temannya tertawa. Kaisar kembali tidak menggubris ejekan mereka. Dia ingin memastikan apakah Menteri Pertahanan benar-benar sudah pergi dari sana atau malah dicegat oleh tamu yang lain di luar sana. Elena yang masih menyambut tamu tampak heran melihat Kaisar keluar. Dia menduga Kaisar sedang mencari tamu undangannya. “Mau kemana suamimu?” tanya salah satu tamu yang kini berada di hadapannya. “Mungkin dia ingin menemui tamu udangannya,” jawab Elena. “Perasaan yang datang semuanya tamu darimu,” ucap tamu itu heran. “Aku mengenal semua yang datang dan aku tahu mereka semua berkelas. Tidak mungkin diantara se

    Last Updated : 2023-06-20
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 8

    Balina menatap Jacob heran. Dia menarik tangannya untuk menjauh dari Elena dan teman-temannya. Dua teman yang ditinggalkan Balina menatap Elena. Salah satunya berkata padanya. “Kau tahu, semua tamu yang datang menghadiri pernikahanmu ini karena menghormati mendiang ayahmu. Mereka hanya menghormati mendiang ayahmu saja, tapi tidak benar-benar mengucapkan selamat berbahagia atasmu. Semuanya kecewa karena kau telah memilih…” “Ayo! Kita susul Balina,” ajak temannya lagi. Dia pun menarik tangan temannya untuk menjauhi Elena dari sana. Elena mengatur napas dan menahan semua hinaan yang datang padanya. Sementara itu, Jacob yang menarik tangan Balina tadi berhenti di sudut ruangan itu. “Kau kenapa?” tanya Balina saat mereka sudah jauh dari Elena dan teman-temannya. “Dari mana kau tahu kalau pengantin pria itu pernah berperang bersama dengan Damian Alarich di daerah perbatasan Utara?” Jacob malah berbalik bertanya kepadanya. “Ada apa memangnya dengan Damian Alarich itu?” Balina bertanya

    Last Updated : 2023-06-21
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 9

    Kaisar terdiam mendengar suara Damian Alarich di seberang sana. Permohonannya mengingatkannya kembali akan peristiwa di hari itu. Peristiwa saat dia berada di medan perang bersama pasukannya.“Tembaaak!!!” teriak Kaisar memerintahkan pasukannya.Pasukannya langsung menembaki para musuh yang menghadang mereka di hadapan sana tanpa takut. Teriakan Kaisar benar-benar menjadi penyemangat untuk mereka. Kaisar maju paling depan hingga membuat pasukannya ternganga. Dan tidak membutuhkan waktu lama, pasukan musuh di hadapan sana pun bertumbangan.Sementara Damian Alarick dan pasukannya yang berada di sisi lain, berhasil merobohkan pertahanan musuh. Namun ternyata mereka semua terperangkap di dalam jebakan musuh. Mereka dikelilingi musuh di berbagai arah dan tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain adu senjata dan pasrah pada nasib, apa akan menang atau kalah.Kaisar yang mengetahui itu di wilayah lain langsung menyelamatkan mereka dengan strategi perang yang dia miliki. Kaisar membawa pasukann

    Last Updated : 2023-06-30
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 10

    Jacob yang masih penasaran terkejut saat melihat Kaisar mendekatinya. Dia ingin pergi karena takut jika dugaannya benar bahwa Pengantin Pria itu bukan orang sembarangan.“Tunggu!” panggil Kaisar.Jacob berhenti melangkah dan menyembunyikan gemetarnya mendengar itu. Dia menoleh dan dengan refleks memberi hormat padanya. “Maafkan saya! Saya tidak bermaksud mengintip tapi saya tidak sengaja berada di sini.”Kaisar menunjukkan wajah pura-pura heran padanya. “Kenapa kau hormat padaku? Pangkat kita sama.”Jacob terkejut. Dia menurunkan tangannya dengan ragu, namun sikap Pengantin Pria itu membuatnya berubah pikiran. “Ka… Kalau pangkat kita sama, kenapa tadi pasukan persembahan itu hormat padamu?” tanyanya heran.Kaisar sedikit tertawa agar Jacob tidak semakin curiga.“Mereka memberi hormat untuk mendiang Tuan Abraham,” jawab Kaisar. “Dan sebagai ucapan selamat atas pernikahanku dengan anak gadisnya.”Jacob angguk-angguk. Saat dia mulai percaya, seketika dia menyesal sudah hormat padanya tad

    Last Updated : 2023-06-30
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 11

    “Oh ya, saya sudah tahu siapa anda,” ucap Vander pada Kaisar dengan wajah menyimpan ketidaksukaannya.Paman Lionel dan Elena tampak terkejut. Kaisar pun merasa curiga jika pria itu sudah tahu siapa dirinya.“Kau mengenal dia sebelum ini?” tanya Paman Lionel mencoba memastikan.“Aku tahu dia anak pungut Tuan Abraham, bukan?” jawab Vander sedikit tersenyum kecut. Vander pun mendekatkan wajahnya ke telinga Paman Lionel. “Anak pungut yang menyusahkan keluarga kalian.”Paman Lionel tertawa mendengar itu. Sementara Kaisar menyimpan lega meski mencoba menahan emosi karena turut mendengar bisikannya pada Paman Lionel dengan nada menghina. Dia pikir Vander sudah tahu siapa dirinya. Elena tampak sudah tidak nyaman berada di sana. Dia pun tampak kasihan dengan Kaisar yang sejak awal pesta dimulai, penghinaan-penghinaan dihujani kepadanya.Paman Lionel pun menarik tangan Kaisar untuk menjauh sedikit dari Vander dan Elena.“Sebaiknya kau sambut saja tamu-tamu lainnya,” pinta Paman Lionel. “Ini kes

    Last Updated : 2023-07-01
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 12

    “Sepertinya kau tahu banyak tentang bisnis,” ucap Vander menyembunyikan keterkejutannya pada Kaisar.“Aku hanya suka membaca dan mengikuti berita nasional saja,” jawab Kaisar beralasan.“Oh,” sahut vander, kemudian dia menatap Elena dengan tatapan genitnya, “Apa karena kau menganggapnya cerdas kau memilihnya untuk menjadi pendampingmu?”Elena terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan Vander itu.“Mungkin dia pernah menjadi OB di sebuah perusahaan dan tahu banyak karena sering mencuri dengar,” ucap Paman Lionel yang kembali meremehkan Kaisar. “Kata siapa dia cerdas?”Kaisar baru saja hendak bicara, namun Elena berkata duluan pada pamannya. “Bukan kah paman sudah tahu kalau Kaisar memasuki dunia militer?“Itu hanya rumor saja bukan? Mungkin dia hanya ingin menyelamatkan namanya saja, padahal pangkat tentara tingkat rendah sama sekali tidak akan membuatnya pantas berada di sampingmu,” geram Paman Lionel yang tidak dapat lagi menahan emosinya.Kaisar kembali menahan emosi

    Last Updated : 2023-07-26

Latest chapter

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 126

    Keheningan malam terpecah oleh suara gemuruh di sekitar villa yang terpencil. Tentara-tentara setia menjaga pos mereka dengan teliti, meraba setiap bayangan yang melintas di bawah sinar bulan. Namun, kehadiran yang tak diundang telah menyusup, mengubah ketenangan menjadi kekacauan.Tiba-tiba, suara keras membelah udara. "Ada penyusup!" teriak salah satu tentara yang berjaga, memecah kesunyian malam. Serentak, rekan-rekannya bersiap, senjata teracung, siap menghadapi ancaman yang tak terlihat.Namun, di sisi lain bangunan villa, Jenderal Kaisar merasa jantungnya berdegup kencang. Ia bersembunyi di balik tembok batu, menatap kegelapan dengan mata tajamnya. Pikirannya berputar, mencari cara terbaik untuk melindungi diri terlebih dahulu karena ada sebuah rencana yang akan dia lakukan untuk Jenderal Paul.Sementara itu, Damian merasakan getaran tegang melintas di udara. Bersama pasukannya, ia merapatkan barisan, menunggu tanda untuk bertindak. Mereka telah menunggu saat ini dengan sabar, d

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 125

    Debi dan Nadi merunduk di balik semak-semak, mata mereka terfokus pada villa yang terletak di tengah hutan. Suara angin sepoi-sepoi berbisik di antara pepohonan, menciptakan atmosfer ketegangan yang mendalam."Tidak lama lagi, Nadi," bisik Debi, matanya tetap terjaga untuk melihat setiap perubahan di sekitar mereka.Nadi mengangguk, tangannya menggenggam erat panah di busurnya. "Kita harus siap. Jenderal Kaisar pasti tidak akan lagi Jenderal Kaisar akan tiba ke sini.”Tiba-tiba, ponsel Debi memecah keheningan. Dia menarik keluar perangkatnya dan melihat panggilan masuk dari Jenderal Kaisar. "Ini dia," gumamnya, menjawab panggilan dengan hati-hati."Debi," suara berat Jenderal Kaisar terdengar di seberang sana, "bagaimana situasinya?"Debi menatap layar ponselnya, mencoba memilih kata-kata dengan hati-hati. "Situasi masih aman, Jenderal. Kami masih di luar villa. Jenderal Paul masih di dalam."Jenderal Kaisar menghela nafas, suaranya penuh dengan ketenangan. "Dia tidak akan bisa bersem

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 124

    Jenderal Paul keluar dari ruang kerjanya dengan langkah mantap, diikuti oleh dua ajudannya yang selalu setia mendampinginya. Sambil menghubungi pengurus villa melalui ponselnya, dia tersenyum, "Saya akan ke sana, mohon persiapkan segalanya karena saya ingin bersantai di sana."Pengurus villa dengan sigap menjawab, "Baik, Tuan Jenderal. Kami akan menyiapkan semuanya segera."Saat Jenderal Paul dan ajudannya tiba di depan lobby, seorang petugas pengamanan membuka pintu mobil, memberi hormat sambil memberikan salam. Jenderal Paul, yang senantiasa rendah hati, menyapa kembali. Bersama dengan dua ajudannya, mereka naik ke dalam mobil yang telah disiapkan dengan rapi di depan pintu.Mobil bergerak lancar melalui gerbang menuju arah villa. Jenderal Paul melihat sekelilingnya dengan senyuman tenang. Pemandangan pegunungan yang hijau dan langit biru yang cerah memberikan kontras yang memukau.Jenderal Paul memutar kepala ke arah sopir, "Mengantar ke Villa, Pak."Supir mengangguk mengiyakan dan

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 123

    Dinginnya udara malam menyambut kedatangan Kaisar, Damian, Rudi, Nadi, dan pasukan khususnya di bandara negara Taruma. Mereka menyamar sebagai warga biasa, menyelinap masuk tanpa menimbulkan kecurigaan sekalipun. Langkah mereka seolah-olah tidak meninggalkan jejak, tetapi kenyataannya, perjalanan mereka penuh perhitungan dan ketenangan.Sesaat setelah melewati pintu kedatangan, suasana kembali normal. Para penumpang berhamburan menuju bagian keluar bandara dengan perasaan lega. Kaisar memandang sekeliling dengan tatapan tajam, memastikan bahwa mereka berhasil meloloskan diri tanpa terdeteksi.Namun, ketenangan itu tiba-tiba terguncang saat seorang petugas keamanan memanggil mereka dari kejauhan. "Tunggu!" seru petugas tersebut sambil melambaikan tangan.Kaisar, Damian, Rudi, Nadi, dan pasukan khususnya memandang satu sama lain dengan raut wajah tegang. Mereka bergerak menuju petugas dengan langkah hati-hati. Petugas tersebut tampak serius, sambil memegang sebuah jam tangan.Kaisar yan

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 122

    Kaisar duduk di kursi belakang mobil mewahnya, tangan kanannya menekan erat-erat ponsel pintarnya sementara supir setia dan ajudan pribadinya mengemudi dengan hati-hati melalui jalanan yang ramai di ibu kota New Taraka. Kaisar berbicara dengan serius, "Yusa, saya dan tim akan segera tiba di negara Taruma. Pastikan semuanya siap dan awasi bandara serta jalanan menuju rumah rahasia. Laporkan segera jika ada kejanggalan."Yusa, seorang agen rahasia yang bertanggung jawab atas keamanan Kaisar, menjawab, "Baik, Jenderal Kaisar. Kami akan memastikan semuanya berjalan lancar dan aman. Semoga perjalanan Anda sampai di sini tanpa hambatan."Dengan tekad bulat, Kaisar menambahkan, "Saya tahu risikonya tinggi, tetapi ini adalah langkah yang harus kita ambil."Yusa mengangguk seraya menyampaikan doanya, "Kami akan berdoa untuk keselamatan Jenderal dan seluruh tim. Semoga misi ini berhasil tanpa ada korban jiwa."Setelah menutup teleponnya, Yusa segera memberitahu tim agennya yang sedang berkumpul

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 121

    Dalam keheningan kediaman sewaannya di negara Taruma, Yusa merogoh kantongnya untuk mengambil sebuah alat komunikasi. Dengan gerakan cepat, dia menekan beberapa tombol dan menunggu sambungan.Jenderal Kaisar duduk di ruang komandonya yang megah. Ketika teleponnya berdering, dia segera mengangkatnya dengan penuh kehati-hatian."Halo," sapanya tegas, menandakan kesiapan untuk menerima laporan apa pun.Yusa, dengan napasnya yang cepat, memberikan laporan pada Jenderal Kaisar, "Jenderal, kami telah menemukan jejak Jenderal Paul. Kami memetakan tempat-tempat yang sering dia kunjungi."Jenderal Kaisar menahan nafasnya sejenak, matanya berbinar dalam sorot cahaya lampu ruangan yang redup. "Bagus. Bagaimana kondisinya?"Yusa menjawab dengan tegas, "Kami sudah siap untuk melanjutkan rencana berikutnya, Jenderal. Kami hanya menunggu arahan dari Anda."Jenderal Kaisar menarik napas lega, melihat kesempatan untuk mengakhiri ancaman yang disebabkan oleh Jenderal Paul."Segera kirimkan lokasi-lokas

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 120

    Di ruang istana yang megah, Jenderal Kaisar duduk di seberang meja dari Elena, istrinya. Suasana ruangan itu dipenuhi ketegangan yang mendalam. Kaisar menatap Elena dengan ekspresi serius, dan Elena dapat merasakan ada sesuatu yang sangat penting yang ingin diungkapkan suaminya."Sayang," ucap Kaisar dengan suara yang dalam, "ada sesuatu yang perlu kusampaikan padamu."Elena mengangguk, matanya penuh dengan rasa penasaran dan kekhawatiran. "Apa yang terjadi, Kaisar?"Jenderal Kaisar mengambil nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Para peretas yang telah mengancam keamanan negara kita adalah agen mata-mata dari negara Taruma."Elena merasakan kejutan melintas di wajahnya. "Negara Taruma? Bagaimana bisa?"Kaisar menjelaskan dengan penuh ketegasan, "Kami telah melakukan penyelidikan, dan berdasarkan bukti yang kami temukan, kami berhasil menghabisi beberapa dari mereka. Bahkan, seorang dari mereka sudah kami tangkap."Elena merasa campur aduk antara kelegaan dan kecemasan. "Apakah ancaman

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 119

    Ruang rawat inap rumah sakit militer itu terasa hening, hanya terdengar suara mesin-mesin alat medis yang terus berdenyut. Kaisar duduk di kursi di sebelah tempat tidur yang ditempati oleh Bara, salah satu agen rahasia dari pihak musuh yang berhasil mereka sandera. Damian berdiri di sampingnya sambil memperhatikan dengan serius.Dokter yang berkemeja putih memeriksa luka tembakan yang melukai Bara. Kaisar dan Damian menyimak setiap kata yang diucapkan dokter dengan ketegangan yang menggelayuti hati mereka."Dia harus istirahat dan pulih selama beberapa minggu. Luka tembaknya cukup serius, tapi kami melakukan yang terbaik untuk memperbaiki kerusakan," ujar dokter dengan suara lembut.Kaisar menundukkan kepalanya sejenak, lalu menatap Bara yang terbaring tak berdaya. "Lakukan apa pun yang diperlukan untuk kesembuhannya, dokter."Damian menarik napas panjang. "Jenderal, apakah Anda yakin kita harus meninggalkannya di sini? Bagaimana jika ada pihak lawan yang mencoba menyusup ke sini dan

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 118

    Di dalam kamar hotel, Bara dan tim agennya sedang sibuk mengatur strategi mereka. Keheningan di kamar itu terputus ketika salah satu agen mendapat laporan penting."Apa yang terjadi di lobby?" tanya Bara dengan ekspresi serius.Salah satu agen menjawab dengan ketidakpastian, "Ada banyak pasukan tentara di sana, Bara. CCTV menunjukkan gerakan yang mencurigakan."Bara segera memeriksa layar laptop, matanya meneliti setiap sudut ruang hotel yang ditampilkan oleh kamera pengawas. Benar saja, tentara-tentara bersenjata berjaga di sekitar lobby."Sepertinya kita telah diintai," kata Bara dengan suara tegas. "Pihak musuh mungkin sudah mengetahui keberadaan kita di sini."Ketegangan menyelimuti kamar, dan Bara segera memberikan perintah, "Bersiaplah untuk segala kemungkinan. Keluarkan senjata dan siapkan diri untuk perlawanan. Jika mereka benar-benar menyerang, kita harus siap menghadapinya."Semua anggota tim segera bergerak dengan sigap. Senjata-senjata ditarik, dan wajah-wajah mereka mence

DMCA.com Protection Status