Maira memukul pundak Moreno mendengar apa yang diucapkan oleh pemuda tersebut. Awalnya, Maira ingin mendamprat Moreno, tapi ketika melihat wajah Moreno yang seperti orang hidup segan matipun tak mampu, keinginan Maira jadi tidak diteruskan, perempuan itu menarik napas panjang seolah merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Moreno."Apa yang harus aku lakukan untuk bisa membuat kamu enggak kayak gini?" katanya dengan suara perlahan."Sayangnya, lu enggak bisa melakukan apapun, karena lu enggak akan bisa membuat apa yang gue rasakan ini jadi lega.""Jadi, mulai sekarang mungkin kamu harus bisa menerima kenyataan, Moreno. Mitha bukan jodoh kamu, dia juga sudah bahagia dengan suaminya, apa kamu tega membuat pernikahan mereka hancur karena perasaan kamu belum hilang pada Mitha?""Terus apa sekarang keputusan dia itu masuk akal? Dia memilih masuk penjara daripada nikah sama gue, atau tidur sama gue satu kali aja!""Apa? Ayah kamu memberikan persyaratan seperti itu?""Yang kedua itu persyarat
Wajah Maira merah padam mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno padanya. Ada perasaan malu bercampur sebal ketika Moreno mengucapkan kalimat tadi dengan tatapan mata seperti menganggapnya wanita murahan. Padahal, ia ingin Moreno segera pulang karena tidak mau pria itu melakukan sesuatu yang bisa saja membuat pemuda tersebut rugi sendiri. Jika sudah seperti itu, Maira jadi mengurungkan niatnya untuk mencegah kepergian Moreno. Sudah berkali-kali ia merendahkan harga diri di depan Moreno hanya karena tidak mau Moreno bertindak sembarangan. Rasanya sekarang ia tidak punya wajah lagi untuk melakukan hal itu. "Ya, udah. Pulang sana! Aku enggak peduli lagi kamu mau ngapain, yang susah kamu juga, kan? Kamu dikhawatirkan juga enggak mau peduli, buat apa aku khawatir lagi? Pulang sana!"Mendengar apa yang diucapkan oleh Maira, Moreno memajukan bibirnya, tanpa kata ia berbalik dan pergi meninggalkan Maira yang benar-benar tidak habis pikir mengapa ia masih saja peduli dengan pria yang sama se
"Ya. Tidak usah pedulikan penolakan, Moreno. Apa yang sudah aku rancang ini adalah sebuah tindakan pencegahan, jika kamu tidak mau melakukan sesuai yang aku rancang, maka, tidak akan ada yang tersisa lagi dari semua jerih payah yang sudah aku lakukan selama ini.""Baik, Tuan. Saya akan perhatikan hal itu. Sekarang, Tuan istirahat.""Keluarlah, aku akan ke kamar sebentar lagi."Danu membungkukkan tubuhnya, dan akhirnya ia keluar dari kamar Pak Marvel sambil membawa map yang diberikan oleh Pak Marvel padanya.Pikiran Danu bercabang, sebelah hati ia ingin melaksanakan apa yang dikatakan oleh Pak Marvel, sebelah hatinya lagi mencemaskan keadaan Moreno. Saat ia sudah masuk ke dalam kamarnya, Danu menghubungi rekannya yang tadi ia tugaskan untuk mencari Moreno di area yang sekiranya ada Moreno di sana.Rekannya mengatakan, tidak ada Moreno di area itu, ia mengatakan hanya melihat sejumlah pembalap liar yang sedang berkumpul entah akan melakukan balapan liar atau tidak. Danu terus meminta
"Apakah pria itu sudah meracuni cara berpikir kamu?" tanya Roger dan itu membuat Ridwan tersenyum kecut saat mendengar apa yang diucapkannya."Aku bukan anak kecil yang otaknya bisa mudah diracuni, aku bisa membedakan yang baik dan yang buruk, yang salah dan yang benar, jadi tidak perlu mengatakan sesuatu hingga seolah-olah kamu itu tidak bersalah.""Lalu, apakah kamu tahu kakakmu itu memiliki perangai seperti apa?""Dia memang seenaknya, tapi apakah itu alasan yang tepat untuk membenarkan bahwa pembunuhan kakakku itu wajar?""Tidak ada yang membunuh kakakmu, kakakmu itu bunuh diri, bukan dibunuh, jikapun dia dibunuh pasti pembunuhnya sudah ditangkap karena saat kejadian itu beberapa rider juga turun tangan untuk melakukan penyelidikan.""Apa aku percaya dengan apa yang kamu katakan itu? Seorang Red One bunuh diri? Aku bisa percaya hal itu terjadi jika saja istrimu itu mempermainkan kakakku, sekarang saja dia memiliki dua suami, kamu dan juga Moreno, benar, kan? Jadi, yang jadi racun
Ia segera berjongkok untuk memeriksa apakah pria yang kecelakaan itu terluka parah sambil membuka helm yang dipakai pria itu. "Ridwan! Kamu tidak apa-apa?" tanyanya ketika ia sudah membuka helm yang dipakai pria tersebut, wajahnya terlihat dan ternyata yang tergeletak adalah Ridwan. Berarti yang mengalami kecelakaan itu adalah Ridwan."Tubuhku sakit semua...."Ridwan mengeluh sambil mengerenyit menahan sakit. Sementara itu sebuah motor berhenti tidak jauh dari tempat mereka berada, dan pemilik motor itu buru-buru turun dari motornya."Apakah dia terluka parah?" tanyanya pada Dragon. "Sepertinya tangan dan kakinya lumayan terluka parah, kita harus membawanya ke klinik terdekat.""Bagaimana dengan motornya?""Nanti ada yang mengurus yang penting orangnya dulu yang harus kita utamakan.""Baik, mari kita bawa ke klinik terdekat."Pria yang baru datang yang tidak lain adalah Roger itu ingin berjongkok membantu Dragon yang akan mengangkat tubuh Ridwan, tapi Ridwan mencegah. "Tinggalkan
Mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Dragon, Roger mengusap wajahnya dengan kasar. Merasa sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut karena permasalahan yang sekarang membelit ia dengan istrinya adalah akibat dirinya yang tidak bisa membiayai pengobatan sang istri hingga akhirnya mereka terjerat dalam permainan Moreno."Dia butuh duit, karena Moreno menguasai bininya."Yang menjawab pertanyaan Dragon pada Roger adalah Ridwan, dan Dragon terkejut mendengar hal itu. "Apa benar yang dikatakan oleh Ridwan? Mitha dikuasai Moreno sampai kamu melakukan hal seperti ini?""Ini urusanku, tidak perlu ikut campur...."Grep!!Dragon menarik kerah pakaian yang dipakai oleh Roger ketika Roger seperti malas menjawab dengan benar pertanyaan yang dilontarkannya pada pria tersebut."Jawab aku, Roger! Apa yang dikatakan oleh Ridwan itu benar? Jawab!"Jika tadi, Roger tidak mau menatap wajah Dragon meskipun kerah kemejanya ditarik oleh pria itu, kali ini Roger menatap wajah sang rider tersebut dengan s
"Tapi aku yakin, Mitha bukan wanita seperti itu! Aku sangat yakin!""Kenyataannya emang kayak gitu, dia wanita yang memiliki suami dua, tanya aja sendiri dengan Moreno atau dia!"Setelah bicara demikian, Rani langsung membantu Ridwan untuk ia bawa ke klinik terdekat agar luka yang diderita oleh Ridwan bisa segera diobati. Rani tidak mempedulikan reaksi Dragon yang benar-benar terlihat masih terkejut dengan apa yang sudah dikatakannya. Gadis itu berharap, setelah ia mengatakan hal itu, Moreno akan dibenci oleh sesama rider dan Rani sangat menanti hal itu terjadi.Sepeninggal Rani dan juga Ridwan, Dragon akhirnya berniat ingin pergi meninggalkan tempat itu juga dengan pikiran yang penuh. Tidak habis pikir dengan apa yang baru saja ia dengar dan rasanya ia tidak mau percaya jika apa yang baru saja dikatakan oleh gadis tadi benar-benar sebuah kenyataan."Apa yang sebenarnya terjadi? Tidak mungkin Mitha melakukan tindakan demikian, bersuami dua? Astaga, aku benar-benar ingin tahu, apa yan
"Kalo lu bohong, gimana?" tanya Moreno terlihat ragu untuk mempercayai apa yang diucapkan oleh Mister X."Terserah. Kalau kamu tidak percaya aku akan menepati janji, terserah, kamu boleh kembali sekarang!"Sambil bicara seperti itu, Mister X melangkah meninggalkan motornya, menuju bangunan tersebut tanpa peduli dengan reaksi Moreno akibat mendengar apa yang diucapkannya.Moreno jadi kesal sendiri, jika ia pulang sedangkan masalahnya dengan si pemotor misterius itu belum sepenuhnya selesai, sampai kapanpun hidupnya dengan keluarganya akan terus diusik, karena itulah, Moreno akhirnya memutuskan untuk mengiyakan saja apa yang diinginkan oleh Mister X meskipun ia kesal karena menurutnya itu terlalu membuang waktu.Ketika Moreno turun dari motornya agar ia bisa mengikuti si pemotor misterius tersebut, ponselnya berdering kembali, dan kali ini Moreno mengeluarkan benda itu dari saku jaket yang dipakainya. Jee memanggil....{Apaan?}Moreno menerima panggilan Jee dengan nada suara terpaksa.