"Ya. Tidak usah pedulikan penolakan, Moreno. Apa yang sudah aku rancang ini adalah sebuah tindakan pencegahan, jika kamu tidak mau melakukan sesuai yang aku rancang, maka, tidak akan ada yang tersisa lagi dari semua jerih payah yang sudah aku lakukan selama ini.""Baik, Tuan. Saya akan perhatikan hal itu. Sekarang, Tuan istirahat.""Keluarlah, aku akan ke kamar sebentar lagi."Danu membungkukkan tubuhnya, dan akhirnya ia keluar dari kamar Pak Marvel sambil membawa map yang diberikan oleh Pak Marvel padanya.Pikiran Danu bercabang, sebelah hati ia ingin melaksanakan apa yang dikatakan oleh Pak Marvel, sebelah hatinya lagi mencemaskan keadaan Moreno. Saat ia sudah masuk ke dalam kamarnya, Danu menghubungi rekannya yang tadi ia tugaskan untuk mencari Moreno di area yang sekiranya ada Moreno di sana.Rekannya mengatakan, tidak ada Moreno di area itu, ia mengatakan hanya melihat sejumlah pembalap liar yang sedang berkumpul entah akan melakukan balapan liar atau tidak. Danu terus meminta
"Apakah pria itu sudah meracuni cara berpikir kamu?" tanya Roger dan itu membuat Ridwan tersenyum kecut saat mendengar apa yang diucapkannya."Aku bukan anak kecil yang otaknya bisa mudah diracuni, aku bisa membedakan yang baik dan yang buruk, yang salah dan yang benar, jadi tidak perlu mengatakan sesuatu hingga seolah-olah kamu itu tidak bersalah.""Lalu, apakah kamu tahu kakakmu itu memiliki perangai seperti apa?""Dia memang seenaknya, tapi apakah itu alasan yang tepat untuk membenarkan bahwa pembunuhan kakakku itu wajar?""Tidak ada yang membunuh kakakmu, kakakmu itu bunuh diri, bukan dibunuh, jikapun dia dibunuh pasti pembunuhnya sudah ditangkap karena saat kejadian itu beberapa rider juga turun tangan untuk melakukan penyelidikan.""Apa aku percaya dengan apa yang kamu katakan itu? Seorang Red One bunuh diri? Aku bisa percaya hal itu terjadi jika saja istrimu itu mempermainkan kakakku, sekarang saja dia memiliki dua suami, kamu dan juga Moreno, benar, kan? Jadi, yang jadi racun
Ia segera berjongkok untuk memeriksa apakah pria yang kecelakaan itu terluka parah sambil membuka helm yang dipakai pria itu. "Ridwan! Kamu tidak apa-apa?" tanyanya ketika ia sudah membuka helm yang dipakai pria tersebut, wajahnya terlihat dan ternyata yang tergeletak adalah Ridwan. Berarti yang mengalami kecelakaan itu adalah Ridwan."Tubuhku sakit semua...."Ridwan mengeluh sambil mengerenyit menahan sakit. Sementara itu sebuah motor berhenti tidak jauh dari tempat mereka berada, dan pemilik motor itu buru-buru turun dari motornya."Apakah dia terluka parah?" tanyanya pada Dragon. "Sepertinya tangan dan kakinya lumayan terluka parah, kita harus membawanya ke klinik terdekat.""Bagaimana dengan motornya?""Nanti ada yang mengurus yang penting orangnya dulu yang harus kita utamakan.""Baik, mari kita bawa ke klinik terdekat."Pria yang baru datang yang tidak lain adalah Roger itu ingin berjongkok membantu Dragon yang akan mengangkat tubuh Ridwan, tapi Ridwan mencegah. "Tinggalkan
Mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Dragon, Roger mengusap wajahnya dengan kasar. Merasa sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut karena permasalahan yang sekarang membelit ia dengan istrinya adalah akibat dirinya yang tidak bisa membiayai pengobatan sang istri hingga akhirnya mereka terjerat dalam permainan Moreno."Dia butuh duit, karena Moreno menguasai bininya."Yang menjawab pertanyaan Dragon pada Roger adalah Ridwan, dan Dragon terkejut mendengar hal itu. "Apa benar yang dikatakan oleh Ridwan? Mitha dikuasai Moreno sampai kamu melakukan hal seperti ini?""Ini urusanku, tidak perlu ikut campur...."Grep!!Dragon menarik kerah pakaian yang dipakai oleh Roger ketika Roger seperti malas menjawab dengan benar pertanyaan yang dilontarkannya pada pria tersebut."Jawab aku, Roger! Apa yang dikatakan oleh Ridwan itu benar? Jawab!"Jika tadi, Roger tidak mau menatap wajah Dragon meskipun kerah kemejanya ditarik oleh pria itu, kali ini Roger menatap wajah sang rider tersebut dengan s
"Tapi aku yakin, Mitha bukan wanita seperti itu! Aku sangat yakin!""Kenyataannya emang kayak gitu, dia wanita yang memiliki suami dua, tanya aja sendiri dengan Moreno atau dia!"Setelah bicara demikian, Rani langsung membantu Ridwan untuk ia bawa ke klinik terdekat agar luka yang diderita oleh Ridwan bisa segera diobati. Rani tidak mempedulikan reaksi Dragon yang benar-benar terlihat masih terkejut dengan apa yang sudah dikatakannya. Gadis itu berharap, setelah ia mengatakan hal itu, Moreno akan dibenci oleh sesama rider dan Rani sangat menanti hal itu terjadi.Sepeninggal Rani dan juga Ridwan, Dragon akhirnya berniat ingin pergi meninggalkan tempat itu juga dengan pikiran yang penuh. Tidak habis pikir dengan apa yang baru saja ia dengar dan rasanya ia tidak mau percaya jika apa yang baru saja dikatakan oleh gadis tadi benar-benar sebuah kenyataan."Apa yang sebenarnya terjadi? Tidak mungkin Mitha melakukan tindakan demikian, bersuami dua? Astaga, aku benar-benar ingin tahu, apa yan
"Kalo lu bohong, gimana?" tanya Moreno terlihat ragu untuk mempercayai apa yang diucapkan oleh Mister X."Terserah. Kalau kamu tidak percaya aku akan menepati janji, terserah, kamu boleh kembali sekarang!"Sambil bicara seperti itu, Mister X melangkah meninggalkan motornya, menuju bangunan tersebut tanpa peduli dengan reaksi Moreno akibat mendengar apa yang diucapkannya.Moreno jadi kesal sendiri, jika ia pulang sedangkan masalahnya dengan si pemotor misterius itu belum sepenuhnya selesai, sampai kapanpun hidupnya dengan keluarganya akan terus diusik, karena itulah, Moreno akhirnya memutuskan untuk mengiyakan saja apa yang diinginkan oleh Mister X meskipun ia kesal karena menurutnya itu terlalu membuang waktu.Ketika Moreno turun dari motornya agar ia bisa mengikuti si pemotor misterius tersebut, ponselnya berdering kembali, dan kali ini Moreno mengeluarkan benda itu dari saku jaket yang dipakainya. Jee memanggil....{Apaan?}Moreno menerima panggilan Jee dengan nada suara terpaksa.
Benar-benar pria yang brengsek mantan Maira ini, lihat aja gue mau tahu apa yang sekarang dia rencanakan, dia berkhianat sama si Salim itu dan kedepannya bisa aja ntar gue yang ditusuk rame-rame sama dia, benar-benar orang yang enggak bisa dipercaya!Hati Moreno bicara demikian sambil menatap wajah Dafa yang saat itu masih menanti jawabannya."Terus, gimana dengan kerja sama lu dengan si pemotor misterius itu? Lu pengen gue mati, kan? Lu bayar dia buat bikin hidup gue enggak tenang?""Kalau kamu bersekutu dengan aku, aku tentu akan menghentikan semuanya, dia sudah tidak akan aku pekerjakan lagi, bagaimana?""Bagaimana dengan pembayarannya?"Sebuah suara terdengar dari arah belakang mereka, membuat mereka segera berpaling dan Mister X muncul dari sana lalu menyeruak anak buah yang mengelilingi Dafa dan Moreno, untuk bisa mendekati posisi Dafa berada. "Akan dikurangi karena misi tidak berjalan dengan tuntas!""Kamu cari mati?" kata Mister X mendengar apa yang diucapkan oleh Dafa padany
Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, Dafa mengarahkan pandangannya pada beberapa anak buahnya yang memang sudah tumbang di lantai bangunan setelah tadi bertarung dengan Mister X. Perasaan Dafa jadi ciut, kesombongannya karena memiliki uang seolah musnah ketika melihat Mister X melangkah ke arahnya. Tanpa sadar, ia berlindung di belakang Moreno, hingga hal ini membuat Moreno jadi sebal.Laki macam ini yang mau dijadiin suami sama si Maira? Cemen amat, tadi aja sok kuat, sekarang ngeliat si pemotor misterius itu bisa ngerobohin anak buahnya, dia macam trenggiling yang mau kabur....Moreno menggerutu di dalam hati, sambil menyingkirkan tangan Dafa yang memeluk lengannya. Sementara itu, Mister X sudah sampai di hadapan mereka, berdiri menatap ke arah Dafa dengan tatapan mata ingin membunuh dan juga ke arah Moreno, seolah-olah ia menantang Moreno bertarung dengannya jika tetap memilih untuk bersekutu dengan Dafa. "Lu mau bertarung sama gue?" tanya Moreno pada Mister X. "Aku hanya
"Mungkin...."Aku ini kenapa? Kenapa jadi semakin tidak tahu malu, rasanya ini bukan aku tapi aku enggak bisa mundur lagi sekarang....Hati Maira bicara, jari jemarinya saling menggenggam, seolah berusaha untuk mengatasi perasaannya yang kacau akibat perbuatan nekatnya yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Cinta itu perlu dipaksakan, Maira, karena kalau tidak, bagaimana mungkin cinta itu bisa tumbuh?Entah kenapa ucapan Dafa terngiang di telinganya membuat Maira yang awalnya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dafa perlahan justru mencoba mempraktekkannya. Apakah dengan memaksa Moreno, pemuda itu akhirnya bisa membuka hati dan bisa bangkit dari masa lalunya?Tuan Moreno sekarang seperti hilang semangat, Maira, aku tahu, itu karena ia sekarang putus asa untuk berharap Nona Mitha bisa menerimanya kembali, apalagi ia melihat hubungan Nona Mitha dengan suaminya tetap baik-baik saja meskipun ujian demi ujian terus menerpa pernikahan mereka, jika kau memang benar-benar tulus pa
"Kenapa? Takut aku peluk?""Enggak, tapi gue enggak nyaman aja!""Bilang aja kamu takut berdebar karena aku peluk!"Moreno menyeringai mendengar apa yang diucapkan oleh Maira. "Ya, udah! Naik!"Mendengar izin dari Moreno untuk membiarkan dirinya ikut di belakang pemuda tersebut, Maira menarik napas lega. Perempuan itu segera naik ke atas boncengan motor milik Moreno dan nekat memeluk pinggang Moreno meskipun ia sebenarnya tidak mau melakukan hal itu. Hanya saja, sudah terlanjur kesal Maira dengan Moreno sampai ia akhirnya nekat melakukan hal yang sebenarnya tidak mau dilakukannya.Dia benar-benar nekat meluk gue ternyata, oke, lu mau gue bikin ketar ketir? Tunggu aja! Gue akan buat lu benci sama gue, Maira Jasmine!Hati Moreno bicara sambil menambahkan kecepatan motornya. Pemuda itu tidak membawa Maira pulang ke kostnya tapi ia membawa Maira berkeliling tanpa tujuan dengan harapan Maira mabuk perjalanan karena ia membabi buta membawa motor miliknya.Namun apa yang diharapkan Moreno
"Berarti, dia kena karma.""Reno!""Emang salah? Bener, kan? Dia kena karma, karena dulu nyalahin bininya melulu yang enggak subur, emang gue salah?""Iya. Emang kamu enggak salah, tapi apa harus seblak-blakan itu? Rasanya, kayak enggak tega aja Reno, apalagi sekarang dia udah kehilangan segalanya.""Dia kehilangan segalanya karena salah dia sendiri, ngapain gue mikirin? Dia juga banyak bikin aset gue terjual, biarin aja, lah! Karma, gue enggak peduli!""Jadi, kamu enggak mau memaafkan dia?""Belum puas kalo belum gebuk dia!""Kau ini, terserah kamu saja, aku cuma menyampaikan pesan itu, mau kamu terima atau enggak permintaan maaf dia, itu terserah kamu!""Ya, udah. Gue pulang kalo gitu, masih banyak urusan!"Moreno bangkit, dan hendak beranjak meninggalkan Maira tapi gerakannya terhenti ketika tiba-tiba saja Dafa yang entah darimana munculnya sudah mendekati meja di mana ia dan Maira bercakap tadi.Dafa mendekati Maira tapi Maira segera bangkit berdiri membuat Moreno yang ingin melan
"Aku bukan peduli, aku hanya ingin Xoyen sadar dan menghentikan semuanya, karena aku gerah melihat apa yang dilakukannya. Dia sudah menerima konsekuensi dari apa yang diperbuatnya, kau harus mengakhiri perseteruan kalian, begitu juga kau, Ridwan."Dragon menatap Moreno dan Ridwan satu persatu setelah ia bicara seperti itu pada keduanya. "Tapi, aku masih tidak puas jika aku belum membunuhnya!" bantah Ridwan dengan nada suara yang masih terdengar meninggi."Kalau kau membunuhnya dia justru senang karena lepas dari segala hal yang perlu ia pertanggungjawabkan.""Jadi, aku tidak perlu membunuhnya?""Memangnya kau ingin jadi seorang pembunuh?""Untuk seseorang yang sudah melakukan hal jahat pada kerabatku, kurasa itu tidak jadi soal.""Kau akan masuk penjara, Ridwan, kakakmu tidak akan senang jika itu kau lakukan, sudahlah, padamkan api kemarahanmu, Xoyen sudah mendapatkan karma dari apa yang dia perbuat, biarkan kita melihat apakah dia bisa berubah atau tidak. Tidak perlu mengotori tanga
Mendengar apa yang dikatakan oleh Ridwan, Mister X tertawa. Ia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keselamatannya meskipun ada dua orang pria yang menginginkan kematiannya. Ia masih terlihat santai hingga Moreno dan Ridwan benar-benar heran dengan hal itu."Kenapa kau tertawa, Brengsek! Kau meremehkan aku!!" teriak Ridwan yang ingin mendekati sisi tempat tidur di mana Mister X berbaring tapi Moreno segera mencegah hal itu dengan mencengkram salah satu bahu Ridwan."Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya lu udah balik ke Jakarta? Kenapa lu justru ke sini lagi? Enggak jadi balik, lu?" tanya Moreno pada Ridwan. "Aku sudah kembali ke Jakarta, aku bahkan sudah mulai bekerja lagi dan berusaha untuk melupakan semua yang sudah terjadi, tapi ada seseorang yang kenal dengan Mister X, tapi sekarang ia juga sudah berusaha untuk memulai hidup baru seperti aku setelah lama bersama dengan dia, dia yang mengatakan segalanya, dan setelah aku berusaha mencari tahu, memang kenyataannya seperti itu,
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Viona membuat Maira menghentikan tangannya yang sedang sibuk membuat es teh."Ibu dan Bapak masih saling mencintai, tentu saja memberikan kesempatan kedua itu tidak bodoh, yang penting saat diberi kesempatan, suami Ibu memang benar-benar terlihat berubah.""Semuanya berubah, termasuk kehidupan kami yang biasanya glamor, tapi bukan sesuatu yang penting menurut aku karena uang bisa dicari, yang penting adalah sikapnya berubah lebih perhatian dan lebih peduli dengan perasaanku.""Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya, Bu. Semoga, Ibu dan Bapak bisa terus bersama sampai akhir hayat, dan bisa mendapatkan keturunan....""Amiiiiin, jangan singgung soal keturunan di hadapannya, ya? Aku tahu, mukjizat itu pasti ada, tapi dia selalu bilang, apakah mukjizat bisa diberikan pada pendosa seperti dia?""Oooh, baik, Bu. Aku tidak akan membahas masalah keturunan dengan bapak, tapi, apakah Ibu yakin bapak memang sulit memiliki keturunan?""Sepertinya, ya. Dia tida
"Baik, Panglima. Aku paham, terima kasih sudah memberikan aku kesempatan untuk tetap berinteraksi dengan kakakku." Panglima Tanakarma hanya mengiyakan tanpa bicara panjang lebar lagi, lalu dalam hitungan detik, pria dari alam gaib itu dirasakan Mitha tidak lagi ada di dalam ruangan tersebut meskipun ia tidak melihat. "Apakah dia sudah pergi?" tanya Moreno, pada Mitha beberapa menit kemudian. "Sudah." "Kamu yakin bisa memenuhi syarat untuk bisa bertemu dengan Miko?" "Yakin tidak yakin, aku harus yakin." "Mustahil...." Moreno hanya bicara seperti itu sambil melangkah keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Mitha yang masih melontarkan kata-kata, bahwa ia akan tetap berusaha untuk membuat utangnya lunas bagaimanapun caranya. Moreno dan juga Mitha akhirnya pulang ke rumah mereka masing-masing didampingi oleh keluarga mereka. Moreno banyak diam, meskipun masa masa kritisnya sudah lewat, tapi berdasarkan keterangan Panglima Tanakarma, keadaannya dengan Mitha memang sepe
"Kamu masih tidak percaya juga bahwa aku bisa berubah?" tanya Pak Salim sambil menatap wajah Viona dengan sangat serius."Bukan tidak percaya, tapi aku trauma, Maira adalah temanku, aku sudah menganggap dia seperti seorang adik, jadi wajar jika aku merasa takut kalau-kalau kamu justru masih menyukainya, aku harus bagaimana bersikap dengan dia....""Viona, aku benar-benar tidak lagi memiliki keinginan untuk memiliki Maira, aku hanya berpikir ingin bersamamu jika masih diberi kesempatan, tapi jika tidak, aku juga tidak memaksa, aku tahu diri.""Jadi, apa yang akan kau lakukan untuk membuat aku tidak khawatir lagi tentang perasaan kamu dengan Maira?""Aku akan membantu Maira untuk bisa mendapatkan Moreno lagi...."Wajah Viona seketika berubah semringah mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Salim. "Kamu serius?""Sangat serius.""Kenapa kamu ingin melakukan hal itu?""Karena aku tahu, Maira sangat mencintai Moreno.""Ya, kamu benar, Maira memang sangat mencintai Moreno, tapi pemuda itu
"Iya, aku yang sulit memiliki keturunan, bukan kamu...." "Kamu ke dokter? Periksa?""Tidak sengaja, saat itu, aku mencari pekerjaan, bertemu dengan temanku yang jadi dokter, kami makan bersama dan banyak mengobrol, lalu entah siapa yang memulai sampai akhirnya kami bicara soal anak, dan aku mengatakan bahwa kita tidak punya anak, dia terkejut.""Terkejut karena kita masih muda tapi sulit dapat keturunan?""Ya.""Terus, dia menyarankan kamu untuk periksa?""Ya.""Kenapa kamu mau? Kamukan selalu bilang, kamu sehat dan yang sakit itu aku?""Aku menantang diri sendiri, aku merasa aku memang sehat dan masalahnya ada padamu, jadi karena itulah aku periksa.""Jika benar, yang bermasalah itu aku, kamu akan datang padaku dan menyudutkan aku?""Tidak, Viona. Aku memang egois, selalu merasa paling benar, tapi aku berusaha untuk berpikir jernih, dan selama kita berpisah, aku benar-benar merasa, aku memang sudah keterlaluan sama kamu."Viona memandang wajah Pak Salim dengan sorot mata yang tajam,