Maira bingung ingin merespon bagaimana perkataan bos-nya, karena jika ia terlihat tidak tahu dengan apa yang dikatakan oleh suami Viona tersebut, ia khawatir bos-nya akan menilai dirinya dan Moreno memang tidak menikah dengan sungguh-sungguh."Itu masa lalu yang buruk memang, tapi saya percaya Moreno tidak melakukan hal itu, Pak."Akhirnya, Maira memilih untuk bersikap seolah-olah tahu, meskipun ia tidak tahu dan sejujurnya sangat terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya dari Pak Salim, tapi, Maira tidak ingin semuanya terbongkar jika bosnya itu curiga dengan sikapnya. "Kau tidak keberatan dengan catatan kriminal yang pernah dilakukan suamimu itu?""Semua orang punya masa lalu, Pak, jadi asalkan di masa sekarang Moreno berubah, saya tidak keberatan.""Dafa mantan tunanganmu itu pengusaha, kalian nyaris menikah tapi kemudian putus, padahal antara Dafa dan Moreno kurasa masa depan kamu lebih terjamin dengan Dafa.""Bapak bekerjasama dengan Dafa?"Karena sedang membahas Dafa, Mair
"Apa? Hamil?""Tuan tidak tahu?"Melihat Danu yang terkejut mendengar ucapannya, Moreno menahan diri untuk mendamprat. Otaknya langsung berpikir, jangan-jangan ada yang terjadi saat Maira ke rumahnya, dan bertemu dengan ayahnya, hingga sang asisten pribadi ayahnya sampai bicara seperti itu padanya."Baiklah, pulanglah, jaga bokap dengan baik, gue pikirkan lagi untuk apa yang sudah lu katakan tadi."Danu menarik napas lega ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno. Tadinya, ia sudah berpikir, Moreno tidak tahu tentang kehamilan Maira hingga reaksi wajah anak majikannya itu terasa aneh di matanya. Hampir saja ia berpikir kehamilan Maira tidak benar, jika saja Moreno membahas itu lebih lanjut. Danu segera pamit pada Moreno, sementara itu, Moreno langsung bergegas menuju rumah untuk memberikan perhitungan pada Maira, apalagi yang diperbuat perempuan itu sampai asistennya mengatakan bahwa ia sebentar lagi jadi ayah?"Maira!!" teriaknya saat sudah sampai di dalam rumah.Maira yang bar
Perlahan, kedua mata Maira terpejam, seolah menunggu sentuhan yang seperti ingin diberikan oleh Moreno.Sedetik, dua detik, sampai satu menit apa yang ditunggu Maira tidak terjadi, bahkan suara Moreno terdengar sangat dekat di telinganya mengatakan...."Lu pengen gue cium? Jangan ngimpi!" katanya lalu dengan kasar, Moreno menyingkirkan tubuh Maira yang menghalangi pintu. Karena tadi sempat terhipnotis dengan apa yang dilakukan oleh Moreno, Maira jadi tidak fokus untuk berjaga. Dengan mudah, Moreno berhasil menyingkirkan dirinya dari pintu dan dalam sekejap, pria itu membuka pintu lalu keluar dari rumah meskipun Maira berusaha untuk memanggilnya mencegah agar ia jangan pergi.Moreno berlari melintasi pekarangan rumah untuk ke jalan, karena motor Kenzie masih ada di bengkel lantaran mengalami sedikit kerusakan akibat saat ia parkir di parkiran rumah sakit, motor itu ambruk.Mereka pulang dari rumah sakit saja diantar oleh Danu dengan mobil, karena itulah, Moreno pergi dari rumah mengan
Mendengar apa yang diucapkan oleh Rani, bayangan Moreno saat berbicara dengan perempuan berjilbab saat di rumah sakit langsung berkelebat di benak Maira.Ingin membantah, tapi apa yang dikatakan oleh Rani ada benarnya. Adam sendiri mengatakan bahwa Moreno belum bisa melupakan mantannya tersebut. Namun, apakah benar perempuan itu juga masih mengharapkan Moreno hingga merancang rencana membuat Moreno bercerai dengan dirinya?Hati Maira mendadak gelisah...."Maira, aku akui, aku memang sempat jahat sama kamu, aku tidak berpikir panjang saat berusaha untuk menarik perhatian Dafa, itu karena aku kurang kasih sayang, sekarang, aku merasa bersalah, aku minta maaf, ya? Apa yang harus aku lakukan untuk bisa membuat kamu memaafkan aku?"Suara Rani membuyarkan lamunan Maira, hingga perempuan itu menghela napas panjang."Aku enggak dendam sama kamu, apa yang sudah terjadi, aku rasa ada hikmahnya, sekarang aku sudah menikah, aku enggak mau memikirkan masalah itu lagi.""Jadi, kamu mau memaafkan ak
Suara Moreno lemah saat mengucapkan kalimat itu pada Andy. Membuat Andy membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Moreno dengan spatula di tangan. "Lu cinta sama Mitha, tapi kagak bisa memahami dia, artinya lu egois, masalah macam ini aja lu kagak tau, lu liat Jee? Dia emangnya dapat restu dari bokap dan kakak Mitha? Kagak juga, tapi Mitha mutusin Jee karena dia tertekan Jee selalu babi buta kalo cemburu!""Woy!! Kalian yang di dapur, gue tendang satu-satu gosipin gue!!"Teriakan Jee terdengar dari depan ketika Andy baru saja menuntaskan ucapannya pada Moreno."Kagak gosipin lu, gue cuma memberikan pencerahan buat Moreno!" balas Andy untuk teriakan Jee. "Jangan sebut nama gue! Bayar 100 ribu kalo sebut nama gue!"Andy menatap Moreno ketika Jee berteriak demikian padanya. "Disuruh bayar noh, mahal kalo mau sebut nama Jee," bisiknya, lalu ia segera membalikkan tubuhnya untuk fokus kembali dengan masakannya. Moreno diam untuk beberapa saat, selama ini ia berpikir bahwa Mitha memutusk
"Rentenir?" ulang Moreno seolah mencerna dan menghubungkan kejadian yang menimpanya dengan cerita yang disampaikan oleh Dragon."Iya, biasanya rentenir itu emang ngasih pinjaman uang sama orang yang benar-benar butuh uang tapi nyekik abis lewat bunga pinjaman, sayangnya dia sulit disentuh hukum karena ada dukungan dari orang yang berpengaruh, jadi ya gitu, mending lu berhenti balapan, daripada terlibat jauh dengan preman macam Combro.""Apakah itu alasan lu enggak mau balapan sama gue? Karena gue terlibat dengan Combro?""Gue balapan bukan mau menang, tapi cuma mau melampiaskan emosi doang.""Balapan sendiri?""Ya!""Tapikan enggak dapat duit?""Mau dapat duit ya ke sirkuit aja, kagak usah balapan liar, banyak resikonya.""Gue lagi berusaha untuk mewujudkan itu.""Gabung sama sebuah manajemen, entar hobi lu disalurkan.""Bisa bantu gue?""Gue cuma bisa bantu salah satu, dari dua permintaan lu itu.""Pelit amat lu!""Bomat!""Oke, sekarang gue lagi butuh motor, itu aja deh yang lu bant
Gawat, Rani sepertinya memang merencanakan sesuatu, aku harus hati-hati, bisa aja dia dengan Dafa merancang sebuah rencana yang membuat aku terancam, apalagi Dafa dan Pak Salim juga mulai berinteraksi bersama....Maira bicara di dalam hati, berusaha untuk mengatasi rasa gelisahnya karena merasa apa yang dilakukan oleh Rani cukup membuat dirinya tertekan.Ia meminta Rani untuk menunggu karena ia ingin membuka pintu dan berharap yang menekan bel itu adalah Moreno. Kehadiran Moreno benar-benar sangat diharapkan Maira sekarang ini."Dafa!"Maira terkejut saat ia membuka pintu, ternyata yang datang adalah Dafa. "Boleh aku masuk?" tanya Dafa tanpa peduli dengan ekspresi wajah terkejut Maira."Kamu ke sini mau apa?""Sayang!"Belum lagi pertanyaan Maira dijawab oleh Dafa, Rani berteriak demikian dari arah belakang Maira, membuat Maira menjadi seperti orang bodoh di antara keduanya.Maira tidak cemburu meskipun hatinya merasa sakit melihat bagaimana Rani tidak sungkan sama sekali bersikap me
"Apa?"Wajah Maira terlihat sangat terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno."Ya. Kita akhiri pernikahan kontrak kita."Setelah menegaskan hal itu, Moreno menyingkirkan tubuh dan tangan Maira yang menghalangi pergerakannya, namun karena tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Moreno, berikut menolak tentang keputusan Moreno yang ingin mengakhiri kontrak pernikahan mereka, Maira bersikeras untuk tetap tidak mau menyingkir dari hadapan Moreno, ini membuat Moreno kesal. Jika tadi ia tidak mengerahkan kekuatannya untuk menyingkirkan Maira, kali ini, pemuda itu mengerahkan kekuatannya hingga Maira nyaris tidak mampu menahan keinginan Moreno yang ingin melepaskan diri darinya. Ketika Moreno dan Maira sibuk bergulat satu sama lain, Rani dan Dafa yang penasaran apa yang sedang diributkan oleh sang tuan rumah beranjak menyusul ke belakang sambil berteriak memanggil nama Maira. Maira yang khawatir sandiwaranya terbongkar di hadapan Dafa dan Rani panik saat mengetahui kedua tamu
"Mungkin...."Aku ini kenapa? Kenapa jadi semakin tidak tahu malu, rasanya ini bukan aku tapi aku enggak bisa mundur lagi sekarang....Hati Maira bicara, jari jemarinya saling menggenggam, seolah berusaha untuk mengatasi perasaannya yang kacau akibat perbuatan nekatnya yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Cinta itu perlu dipaksakan, Maira, karena kalau tidak, bagaimana mungkin cinta itu bisa tumbuh?Entah kenapa ucapan Dafa terngiang di telinganya membuat Maira yang awalnya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dafa perlahan justru mencoba mempraktekkannya. Apakah dengan memaksa Moreno, pemuda itu akhirnya bisa membuka hati dan bisa bangkit dari masa lalunya?Tuan Moreno sekarang seperti hilang semangat, Maira, aku tahu, itu karena ia sekarang putus asa untuk berharap Nona Mitha bisa menerimanya kembali, apalagi ia melihat hubungan Nona Mitha dengan suaminya tetap baik-baik saja meskipun ujian demi ujian terus menerpa pernikahan mereka, jika kau memang benar-benar tulus pa
"Kenapa? Takut aku peluk?""Enggak, tapi gue enggak nyaman aja!""Bilang aja kamu takut berdebar karena aku peluk!"Moreno menyeringai mendengar apa yang diucapkan oleh Maira. "Ya, udah! Naik!"Mendengar izin dari Moreno untuk membiarkan dirinya ikut di belakang pemuda tersebut, Maira menarik napas lega. Perempuan itu segera naik ke atas boncengan motor milik Moreno dan nekat memeluk pinggang Moreno meskipun ia sebenarnya tidak mau melakukan hal itu. Hanya saja, sudah terlanjur kesal Maira dengan Moreno sampai ia akhirnya nekat melakukan hal yang sebenarnya tidak mau dilakukannya.Dia benar-benar nekat meluk gue ternyata, oke, lu mau gue bikin ketar ketir? Tunggu aja! Gue akan buat lu benci sama gue, Maira Jasmine!Hati Moreno bicara sambil menambahkan kecepatan motornya. Pemuda itu tidak membawa Maira pulang ke kostnya tapi ia membawa Maira berkeliling tanpa tujuan dengan harapan Maira mabuk perjalanan karena ia membabi buta membawa motor miliknya.Namun apa yang diharapkan Moreno
"Berarti, dia kena karma.""Reno!""Emang salah? Bener, kan? Dia kena karma, karena dulu nyalahin bininya melulu yang enggak subur, emang gue salah?""Iya. Emang kamu enggak salah, tapi apa harus seblak-blakan itu? Rasanya, kayak enggak tega aja Reno, apalagi sekarang dia udah kehilangan segalanya.""Dia kehilangan segalanya karena salah dia sendiri, ngapain gue mikirin? Dia juga banyak bikin aset gue terjual, biarin aja, lah! Karma, gue enggak peduli!""Jadi, kamu enggak mau memaafkan dia?""Belum puas kalo belum gebuk dia!""Kau ini, terserah kamu saja, aku cuma menyampaikan pesan itu, mau kamu terima atau enggak permintaan maaf dia, itu terserah kamu!""Ya, udah. Gue pulang kalo gitu, masih banyak urusan!"Moreno bangkit, dan hendak beranjak meninggalkan Maira tapi gerakannya terhenti ketika tiba-tiba saja Dafa yang entah darimana munculnya sudah mendekati meja di mana ia dan Maira bercakap tadi.Dafa mendekati Maira tapi Maira segera bangkit berdiri membuat Moreno yang ingin melan
"Aku bukan peduli, aku hanya ingin Xoyen sadar dan menghentikan semuanya, karena aku gerah melihat apa yang dilakukannya. Dia sudah menerima konsekuensi dari apa yang diperbuatnya, kau harus mengakhiri perseteruan kalian, begitu juga kau, Ridwan."Dragon menatap Moreno dan Ridwan satu persatu setelah ia bicara seperti itu pada keduanya. "Tapi, aku masih tidak puas jika aku belum membunuhnya!" bantah Ridwan dengan nada suara yang masih terdengar meninggi."Kalau kau membunuhnya dia justru senang karena lepas dari segala hal yang perlu ia pertanggungjawabkan.""Jadi, aku tidak perlu membunuhnya?""Memangnya kau ingin jadi seorang pembunuh?""Untuk seseorang yang sudah melakukan hal jahat pada kerabatku, kurasa itu tidak jadi soal.""Kau akan masuk penjara, Ridwan, kakakmu tidak akan senang jika itu kau lakukan, sudahlah, padamkan api kemarahanmu, Xoyen sudah mendapatkan karma dari apa yang dia perbuat, biarkan kita melihat apakah dia bisa berubah atau tidak. Tidak perlu mengotori tanga
Mendengar apa yang dikatakan oleh Ridwan, Mister X tertawa. Ia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keselamatannya meskipun ada dua orang pria yang menginginkan kematiannya. Ia masih terlihat santai hingga Moreno dan Ridwan benar-benar heran dengan hal itu."Kenapa kau tertawa, Brengsek! Kau meremehkan aku!!" teriak Ridwan yang ingin mendekati sisi tempat tidur di mana Mister X berbaring tapi Moreno segera mencegah hal itu dengan mencengkram salah satu bahu Ridwan."Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya lu udah balik ke Jakarta? Kenapa lu justru ke sini lagi? Enggak jadi balik, lu?" tanya Moreno pada Ridwan. "Aku sudah kembali ke Jakarta, aku bahkan sudah mulai bekerja lagi dan berusaha untuk melupakan semua yang sudah terjadi, tapi ada seseorang yang kenal dengan Mister X, tapi sekarang ia juga sudah berusaha untuk memulai hidup baru seperti aku setelah lama bersama dengan dia, dia yang mengatakan segalanya, dan setelah aku berusaha mencari tahu, memang kenyataannya seperti itu,
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Viona membuat Maira menghentikan tangannya yang sedang sibuk membuat es teh."Ibu dan Bapak masih saling mencintai, tentu saja memberikan kesempatan kedua itu tidak bodoh, yang penting saat diberi kesempatan, suami Ibu memang benar-benar terlihat berubah.""Semuanya berubah, termasuk kehidupan kami yang biasanya glamor, tapi bukan sesuatu yang penting menurut aku karena uang bisa dicari, yang penting adalah sikapnya berubah lebih perhatian dan lebih peduli dengan perasaanku.""Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya, Bu. Semoga, Ibu dan Bapak bisa terus bersama sampai akhir hayat, dan bisa mendapatkan keturunan....""Amiiiiin, jangan singgung soal keturunan di hadapannya, ya? Aku tahu, mukjizat itu pasti ada, tapi dia selalu bilang, apakah mukjizat bisa diberikan pada pendosa seperti dia?""Oooh, baik, Bu. Aku tidak akan membahas masalah keturunan dengan bapak, tapi, apakah Ibu yakin bapak memang sulit memiliki keturunan?""Sepertinya, ya. Dia tida
"Baik, Panglima. Aku paham, terima kasih sudah memberikan aku kesempatan untuk tetap berinteraksi dengan kakakku." Panglima Tanakarma hanya mengiyakan tanpa bicara panjang lebar lagi, lalu dalam hitungan detik, pria dari alam gaib itu dirasakan Mitha tidak lagi ada di dalam ruangan tersebut meskipun ia tidak melihat. "Apakah dia sudah pergi?" tanya Moreno, pada Mitha beberapa menit kemudian. "Sudah." "Kamu yakin bisa memenuhi syarat untuk bisa bertemu dengan Miko?" "Yakin tidak yakin, aku harus yakin." "Mustahil...." Moreno hanya bicara seperti itu sambil melangkah keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Mitha yang masih melontarkan kata-kata, bahwa ia akan tetap berusaha untuk membuat utangnya lunas bagaimanapun caranya. Moreno dan juga Mitha akhirnya pulang ke rumah mereka masing-masing didampingi oleh keluarga mereka. Moreno banyak diam, meskipun masa masa kritisnya sudah lewat, tapi berdasarkan keterangan Panglima Tanakarma, keadaannya dengan Mitha memang sepe
"Kamu masih tidak percaya juga bahwa aku bisa berubah?" tanya Pak Salim sambil menatap wajah Viona dengan sangat serius."Bukan tidak percaya, tapi aku trauma, Maira adalah temanku, aku sudah menganggap dia seperti seorang adik, jadi wajar jika aku merasa takut kalau-kalau kamu justru masih menyukainya, aku harus bagaimana bersikap dengan dia....""Viona, aku benar-benar tidak lagi memiliki keinginan untuk memiliki Maira, aku hanya berpikir ingin bersamamu jika masih diberi kesempatan, tapi jika tidak, aku juga tidak memaksa, aku tahu diri.""Jadi, apa yang akan kau lakukan untuk membuat aku tidak khawatir lagi tentang perasaan kamu dengan Maira?""Aku akan membantu Maira untuk bisa mendapatkan Moreno lagi...."Wajah Viona seketika berubah semringah mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Salim. "Kamu serius?""Sangat serius.""Kenapa kamu ingin melakukan hal itu?""Karena aku tahu, Maira sangat mencintai Moreno.""Ya, kamu benar, Maira memang sangat mencintai Moreno, tapi pemuda itu
"Iya, aku yang sulit memiliki keturunan, bukan kamu...." "Kamu ke dokter? Periksa?""Tidak sengaja, saat itu, aku mencari pekerjaan, bertemu dengan temanku yang jadi dokter, kami makan bersama dan banyak mengobrol, lalu entah siapa yang memulai sampai akhirnya kami bicara soal anak, dan aku mengatakan bahwa kita tidak punya anak, dia terkejut.""Terkejut karena kita masih muda tapi sulit dapat keturunan?""Ya.""Terus, dia menyarankan kamu untuk periksa?""Ya.""Kenapa kamu mau? Kamukan selalu bilang, kamu sehat dan yang sakit itu aku?""Aku menantang diri sendiri, aku merasa aku memang sehat dan masalahnya ada padamu, jadi karena itulah aku periksa.""Jika benar, yang bermasalah itu aku, kamu akan datang padaku dan menyudutkan aku?""Tidak, Viona. Aku memang egois, selalu merasa paling benar, tapi aku berusaha untuk berpikir jernih, dan selama kita berpisah, aku benar-benar merasa, aku memang sudah keterlaluan sama kamu."Viona memandang wajah Pak Salim dengan sorot mata yang tajam,