Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, wajah Dafa dan Pak Salim semakin merah. Kedua pria yang sama-sama menyukai Maira itu benar-benar tidak percaya, Maira yang mereka kenal sangat lugu, polos dan kaku ternyata se-agresif itu. Bahkan, Dafa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Moreno maju dan menatap Maira seperti ingin Maira membantah apa yang dikatakan oleh Moreno tadi dengan vulgar."Tidak mungkin! Aku sangat tahu, Maira itu wanita seperti apa, dia berciuman saja tidak bisa, tekhnik dia itu membosankan, mana mungkin dia juga bisa memberikan servis segala pada pria, aku tidak percaya!" katanya dengan mata yang masih melotot ke arah Maira.Maira ingin sekali menenggelamkan tubuhnya ke dasar lantai dapur jika bisa, karena ia sangat malu mendengar alasan yang diberikan oleh Moreno pada Dafa terutama pada bos-nya. Bagaimana nanti sikap Pak Salim saat di kantor setelah ini?Bagaimana jika atasannya itu menilai ia perempuan tidak tahu malu karena agresif saat ada tamu di rum
Sambil bicara demikian, jemari tangan Maira menarik turun resleting celana yang dipakai Moreno, hingga membuat wajah Moreno pucat. Sementara itu, Pak Salim yang mendengar ucapan Maira langsung berbalik dan melangkah pergi, tidak tahan tetap ada di situ sementara ia melihat betapa mesra Maira memperlakukan Moreno di hadapannya. "Perempuan tidak tahu malu!" rutuk Dafa yang juga langsung berbalik dan menyusul Pak Salim untuk pergi meninggalkan ambang pintu yang menghubungkan ruang tengah dengan ruang dapur. Setelah keduanya pergi, Moreno langsung mendorong Maira yang mendadak menjadi patung bodoh di tempatnya. Di satu sisi, wanita itu lega, Dafa dan Pak Salim sudah pergi tapi di sisi lain, Maira jadi sangat malu karena harus melakukan sesuatu yang menurutnya sangat gila. Moreno menatap wajah Maira dengan sorot mata menyelidik."Ngidam? Ngidam punya gue? Jangan ngimpi!!" katanya lalu berlalu dari hadapan Maira yang hanya bisa menyandarkan tubuhnya ke tembok dinding dapur. Bagaimana i
Pak Salim sudah tidak tahan untuk mengatasi perasaan cemburunya, hingga ia mengirimkan pesan seperti itu pada Maira.Maira terdiam membaca pesan tersebut dari Pak Salim. Jelas sekali ia merasa pesan itu dikirim dalam keadaan marah.Sekarang ini ia sedang membuat makanan di dapur. Meskipun sebenarnya ia malas karena kejadian tadi cukup membuat ia jadi tidak karuan, tapi karena ada Rani, Maira berusaha untuk menampakkan betapa bahagianya rumah tangga antara dirinya dengan Moreno.Karena terlalu tegang saat membaca pesan Pak Salim, bawang dan cabe, yang ia iris untuk menumis kangkung jadi hangus hingga membuat semua yang ada di rumah itu terbatuk-batuk. Tak terkecuali Moreno yang sedang berbenah di kamar. Pemuda yang sangat sensitif dengan bau gosong cabe itu segera keluar membuka pintu, tidak mengenakan pakaian hanya celana boxer dengan gambar Spongebob di bagian bokong. Sebenarnya bukan tidak sedang berpakaian, Moreno sedang mengganti pakaiannya tapi belum selesai sampai pernapasanny
"Aku suka sama kamu?""Ya!""Jangan geer! Aku enggak suka sama kamu! Aku mencium kamu tadi itu karena situasi yang membuat aku harus melakukan itu, bukan karena -""Simpan aja alasan lu sendiri, gue enggak akan percaya, tanya hati lu, apa benar lu enggak suka sama gue?""Reno! Aku enggak suka kamu karena kamu itu lebih muda dari aku, sejak dulu, aku itu suka pria yang lebih tua, apalagi kamu itu tengil, kamu pikir aku suka pria yang tengil? Enggak! Dan satu lagi, aku juga enggak mungkin suka sama kamu karena aku sudah memutuskan untuk tidak mau menikah, jadi kamu enggak bisa memutuskan kontrak hanya karena alasan sepele kayak gitu!""Lu emang tua dari gue, Maira, tapi lu ternyata terlalu bodoh membedakan perasaan suka dengan perasaan profesional, terserah, di atas kasur itu berkas yang harus lu tanda tangani, ketika lu udah tanda tangan, gue akan kirim duitnya sama lu!"Dengan kasar Moreno menyingkirkan tubuh Maira yang masih menghalanginya untuk keluar dari kamar. Kali ini, Maira tid
"Aku enggak pernah benci sama kamu, dan keluarga kamu, Reno. Kalau sikapku mungkin di mata kamu kurang nyaman, itu karena kamu yang enggak bisa menghargai pernikahanku dengan seseorang yang aku pilih sekarang."Lagi-lagi, Moreno mengepalkan telapak tangannya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Mitha. Rasanya, ingin sekali ia mengeluarkan serentetan omelan atau aksi protes karena ia sangat tidak suka mendengar kata-kata pernikahan diucapkan oleh perempuan tersebut. "Kalau kamu emang enggak benci sama aku, kamu bersedia ikut aku, kan?" katanya dengan nada suara diusahakan tidak meninggi agar tidak membuat Mitha curiga. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Mitha seperti orang bodoh. "Bujuk ayahku untuk mau berobat.""Kalau aku gagal?""Aku yakin kamu tidak akan gagal.""Kamu sudah minta izin istri kamu melakukan hal ini?""Untuk apa?""Maksud aku, kamu udah izin sama istri kamu kalau kamu menemui aku?""Sudah!" bohong Moreno, dan akhirnya ia tersenyum senang karena Mitha menerima
[Gue udah bilang jangan menghubungi bini lu, ini urusan pria, antara lu dan gue, kalau lu menghubungi bini lu, lu akan tau akibatnya!]Begitu bunyi pesan Moreno pada Roger hingga Roger hanya bisa geleng-geleng kepala membacanya."Orang kaya bisa melakukan apa saja untuk mengetahui sesuatu? Awas saja kamu!" gumam Roger sembari mengetik pesan balasan.Pria itu akhirnya menerima tantangan dari Moreno. Ia ingin tahu apa sebenarnya yang diinginkan pemuda tersebut hingga mengusik pernikahannya dengan Mitha?Sementara itu, Mitha yang masih menanti balasan pesan yang dikirimkannya pada sang suami hanya bisa menghela napas ketika kemudian pesan suaminya masuk yang mengatakan bahwa, tidak ada yang terjadi untuk pertanyaan Mitha yang mengandung perasaan was-wasnya tersebut. Pintu terbuka, Mitha berbalik karena ia mengira Moreno datang untuk memberitahunya bahwa ayahnya sudah siap untuk ditemui.Namun, dugaan Mitha meleset, karena yang datang ternyata seorang asisten rumah tangga, yang membawaka
Danu tersenyum kecut membaca pesan sinis yang ditulis Moreno padanya. Akan tetapi, ia yang menyangka Moreno dengan Maira di villa tetap tidak dapat menyembunyikan perasaan senangnya karena kini Moreno sudah mau kembali ke rumah meskipun hanya berdiam diri di villa saja.Setidaknya sekarang, tugasnya berkurang satu. Betapa repotnya Danu ketika harus mengawasi Moreno setiap malam atas perintah Pak Marvel.Persoalan Moreno dengan Combro bukan persoalan yang sepele, sebab, Danu mendapatkan jejak, bahwa Combro memiliki backing dari orang yang tidak biasa. Pak Marvel belum mau memberikan kuasa untuknya agar bisa melakukan perlawanan pada Combro dengan kekuasaan sang majikan besar, itu karena Moreno belum kembali ke rumah hingga ayah Moreno sengaja membiarkan Moreno mengurus sendiri urusannya.Sekarang, sang majikan muda sudah kembali, wajar jika Danu merasa sangat lega.Asisten kepercayaan Pak Marvel itu bersiul kecil melanjutkan pekerjaannya mencuci mobil sampai bersih. Tidak sabar rasanya
Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, sebenarnya perasaan Roger sangat tertohok. Karena selama ini apa yang dikatakan Moreno memang benar, Mitha tidak pernah memulai terlebih dahulu dalam hal apapun itu, tapi Roger paham, bukan karena istrinya tidak mencintainya, tapi karena sang istri pernah mengalami sindrom trauma lantaran pernah menjadi korban pelecehan, hingga membuat perempuan itu kesulitan untuk sekedar memulai menyentuh terlebih dahulu. Bagi Roger, diizinkan menyentuh sudah termasuk tanda cinta, ia tidak menuntut istrinya untuk memulai, tapi mendengar apa yang dikatakan oleh Moreno, mengapa ia merasa terpuruk juga?"Aku rasa, itu bukan urusanmu, Bung. Sekarang, jika kau memang ingin aku menerima tantangan darimu, baiklah, aku akan melakukannya, tapi setelah itu, kalau aku bisa mengalahkan kamu, maka kamu juga harus mematuhi aturan yang sudah kamu buat sendiri, tidak akan pernah mengganggu pernikahan kami, lagi!"Akhirnya, Roger hanya bicara demikian, meskipun hatinya di