Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, sebenarnya perasaan Roger sangat tertohok. Karena selama ini apa yang dikatakan Moreno memang benar, Mitha tidak pernah memulai terlebih dahulu dalam hal apapun itu, tapi Roger paham, bukan karena istrinya tidak mencintainya, tapi karena sang istri pernah mengalami sindrom trauma lantaran pernah menjadi korban pelecehan, hingga membuat perempuan itu kesulitan untuk sekedar memulai menyentuh terlebih dahulu. Bagi Roger, diizinkan menyentuh sudah termasuk tanda cinta, ia tidak menuntut istrinya untuk memulai, tapi mendengar apa yang dikatakan oleh Moreno, mengapa ia merasa terpuruk juga?"Aku rasa, itu bukan urusanmu, Bung. Sekarang, jika kau memang ingin aku menerima tantangan darimu, baiklah, aku akan melakukannya, tapi setelah itu, kalau aku bisa mengalahkan kamu, maka kamu juga harus mematuhi aturan yang sudah kamu buat sendiri, tidak akan pernah mengganggu pernikahan kami, lagi!"Akhirnya, Roger hanya bicara demikian, meskipun hatinya di
Karena terlalu terkejut, Moreno sampai jatuh ke lantai meskipun ia buru-buru bangkit kembali untuk memastikan ia tidak salah lihat. Akan tetapi, Moreno memang tidak salah lihat. Wajah Mitha berubah menjadi wajah pria yang sejujurnya ia tahu siapa pria tersebut. "Miko! Brengsek kamu, keluar kamu dari tubuh Mitha!" hardiknya dengan nada suara tertahan, tidak mau Mitha terbangun karena Moreno merasa belum saatnya wanita itu bangun.Miko adalah saudara kembar Mitha yang menghilang dari kandungan saat dilahirkan. Menurut Mitha, dahulu saat masih dalam kandungan, Mitha dan keluarganya tinggal di tempat terpencil lalu ketika orang tua Mitha bertengkar, sang ibu yang sedang hamil Mitha dan saudaranya itu keluar dari rumah dan tidak sengaja mengusik makhluk gaib yang ada di sekitar rumah mereka.Karena kesalahan yang tidak disengaja itulah, makhluk gaib merasa ibunya Mitha harus melakukan pertukaran agar Mitha bisa lahir dengan selamat. Pertukaran itu tidak disetujui oleh ibunya Mitha, namun
"Miko, Miko dalam bahaya!" jawab Mitha dan ia bergerak untuk turun dari tempat tidur seraya menyingkirkan tangan Moreno yang memegang tangannya, tapi ketika kedua kaki Mitha menginjak lantai.BRUKK!!Tiba-tiba saja, tubuhnya merosot jatuh seolah dua kakinya itu tidak bisa menopang tubuh perempuan tersebut. Melihat hal itu terjadi pada Mitha, Moreno buru-buru turun dari tempat tidur pula, lalu mendekati Mitha yang menyandarkan tubuhnya ke tepi tempat tidur."Ada yang sakit?" tanya Moreno tanpa peduli dengan tatapan mata Miko di sudut sana yang terlihat tidak suka melihat ia menyentuh sang adik kembar seperti itu."Kenapa lemas bener? Aku kayak enggak punya tulang, kepalaku pusing."Mitha mengerjapkan matanya, karena pandangan matanya tidak jelas hingga ia tidak bisa melihat kehadiran Miko di kamar itu yang juga samar-samar."Kamu masih terlalu lelah, kamu kembali tidur aja, ayahku juga belum siap kok nanti kalau sudah siap kamu bisa bangun, tanpa lelah menunggu."Moreno bicara demikia
Perlahan, genggaman Roger pada ponselnya mengerat, seolah ponsel itu adalah kepala Moreno hingga ia bisa mencengkramnya dengan kuat. Pria itu mengetik pesan balasan untuk istrinya, berusaha untuk tidak emosi meskipun sekarang ia sangat emosi.[Kamu tidur di rumah yang sama dengan Moreno?]Pesan Roger terkirim. Mitha menghela napas membacanya. [Akan enggak berdua aja, ada asisten rumah tangga Moreno, rumah ini luas, mungkin juga di kamar lain ada keluarga Moreno yang lain, jadi Papa enggak perlu curiga macam-macam][Apakah Moreno melakukan sesuatu sama kamu?][Enggak ada, aku baik-baik aja, dia enggak ngapa-ngapain aku, kok]Membaca pesan sang istri, kegelisahan Roger bukannya mereda, tapi semakin menjadi. Moreno bisa melakukan apa saja, itu yang ada di otaknya. [Katakan, apa yang terjadi tadi malam? Kamu tahu kejujuran hal yang paling utama dalam hubungan kita, kan?]Mitha yang membaca pesan dari suaminya yang terlihat seperti menyimpan perasaan marah dan cemburu mencoba maklum. Su
Wajah Danu seperti orang bodoh sekarang setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno padanya.Benar-benar di luar dugaan, sesuatu yang biasanya hanya ia lihat di drama dan film ternyata sekarang ia lihat di dunia nyata dan pelakunya majikannya sendiri, bagaimana ia bisa melakukan aksi protes?"Jadi, Tuan dan Nona Mitha tadi malam, begitu?" tanya Danu sambil mendekatkan dua jari telunjuknya membentuk dua manusia yang sedang bersatu. "Ya!""Tapi, Nona Mitha itu berasal dari keluarga yang religius, Tuan, memang saat bersama Tuan dahulu, dia belum memakai jilbab, tapi bukankah berkali-kali Tuan ditolak saat Tuan minta lebih dari sekedar ciuman?""Kalau orang masih saling cinta, emang bisa mikir itu dosa atau enggak?""Astaghfirullah, Tuan, istighfar, baiklah, saya tidak bisa ikut campur dalam masalah percintaan Tuan, itu hak Tuan, jika memang hubungan Tuan dengan Nona Maira hanya sebuah kontrak, lebih baik dihentikan, tidak ada pernikahan kontrak dalam Islam, Tuan.""Gue tau, gue uda
Mitha membeberkan sederet dosa yang dilakukan Moreno saat dahulu mereka masih bersama, dan Moreno merasa tertekan mendengar itu semua."Aku tahu, aku tahu aku banyak berbohong sama kamu, tapi yang penting kan aku itu serius sama kamu, aku-""Cukup! Kalau kamu merasa bahwa apa yang aku katakan itu sebuah hal yang sepele, artinya kamu emang enggak pernah paham aku, Reno. Bukan masalah kamu itu bandel atau enggak, tapi kebohongan kamu itu sudah menjadi sebuah kebiasaan, kamu bilang perasaan kamu itu bukan sebuah kebohongan, hal kecil aja kamu bohong, gimana untuk sesuatu yang besar?""Terus kamu sendiri? Kamu di sini merasa lebih suci dari aku?""Enggak! Aku penuh dosa juga, aku enggak merasa paling suci, aku tahu untuk janji yang pernah aku katakan dulu, itu aku ingkari, tapi apa kamu tau ada istilah training bagiku?""Apa? Training?""Ya. Ibaratnya kamu itu masih ditraining, kita pacaran itu penjajakan, kalau kamu berpikir, sudah diterima artinya sudah memiliki, itu enggak benar, yang
"Ooh, itu aku minta Danu buat membetulkan keran di sini tadi pas Mitha ke sini kurang bagus aliran airnya."Moreno mencoba mencari alasan hingga sang ayah menatap ke arah Danu untuk meminta penjelasan pula bahwa apakah yang dikatakan oleh sang anak itu benar. "Benar, Tuan, apakah Tuan mau pakai kamar mandi? Kerannya sudah bagus, silahkan."Pak Marvel menolak. Ia menyusul ke kamar mandi bukan untuk melakukan apapun, hanya ingin memeriksa karena sejak tadi ia mendengar suara berisik di kamar mandi, yang mana itu adalah ulah dari Moreno yang menendang ember ke arah Danu. Pria itu meminta keduanya untuk kembali ke ruang makan, sebab ia tidak mau Mitha sendirian di sana.Danu dan Moreno menurut. Keduanya langsung mengikuti langkah Pak Marvel kembali ke ruang makan di mana Mitha masih di sana. Moreno duduk di samping Mitha, Danu diminta ikut bergabung duduk di samping Pak Marvel.Situasi menjadi tegang menurut Mitha karena ia tidak mau menurut dengan apa yang dikatakan oleh Moreno tentan
Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, wajah Mitha pucat. Ingin membantah, tapi apa yang dikatakan oleh Moreno benar. Saat ia bangun tidur, kakinya tidak bisa menumpu tubuh, ia juga merasa lemas seperti habis digempur terus menerus tadi malam, apakah yang dikatakan Moreno itu benar? Berpikir sampai di sana, Mitha mendorong Moreno yang condong di hadapannya.Wanita itu bangkit dari tempat duduknya dan berbalik beranjak pergi untuk keluar dari ruangan itu, tapi Moreno tidak membiarkan Mitha beranjak. "Kau tidak boleh pulang kalau belum pamit dengan ayahku!" katanya dengan nada suara yang tegas. Moreno menghalangi Mitha agar perempuan itu tidak bisa melangkah meninggalkan ruang makan. Mitha mendongakkan kepalanya, menatap Moreno dengan tatapan mata penuh perasaan marah. "Aku benci sama kamu, Reno!" katanya lalu menyingkirkan Moreno yang menghalanginya, namun Moreno yang tidak mau membiarkan Mitha pergi tanpa pamit pada ayahnya mencengkram salah satu tangan Mitha, hingga Mitha me