Mitha mengeratkan genggaman tangannya di kertas yang ia pegang ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno. Matanya menelusuri tulisan yang ada di atas kertas tersebut, sampai akhirnya...."Kamu enggak menulis berapa lama kita terikat kontrak?" katanya pada Moreno dengan wajah yang serius."Jika keadaan ayahku membaik, kita akan menyudahi kontrak kita.""Enggak bisa gitu! Penyakit kanker perlu penanganan yang lama, meskipun kondisi pasien sudah membaik, masih ada serangkaian pengobatan yang harus dilakukan untuk memastikan penyakit itu hilang, dan dilihat dari kondisi ayah kamu, waktu yang ditentukan itu bisa bertahun-tahun, aku aja membutuhkan waktu lebih dari 8 tahun untuk bisa seperti sekarang, kurang lebihnya, sedangkan ayah kamu?""Aku enggak peduli, dalam perjanjian ini asal kondisi ayahku membaik, dan bisa menerima sesuatu yang mengejutkan, kontrak kita juga akan selesai, kau, tidak perlu khawatir.""Tapi itu sama aja, kamu mengikat aku dalam waktu yang tidak tentu, Reno,
Pesan dari Moreno.Pemuda itu kembali mengingatkan pada Roger, bahwa urusan mereka belum selesai.Roger menghela napas panjang, perasaannya sesak bercampur geram. Ingin sekali ia menghajar Moreno, tapi apa daya, ia khawatir Mitha tahu apa yang sedang disembunyikannya.Alhasil, agar tidak membuat istrinya curiga, Roger mengajak sang istri untuk tidak membahas hal itu kembali. Karena mereka sama-sama suka memancing, dan air sungai Mahakam sedang pasang, Roger mencoba membuat situasi hati dan pikirannya tidak selalu terpengaruh dengan ancaman Moreno, dan memancing adalah pilihannya.***"Nona Maira? Kenapa kamu ada di sini?" tanya Danu ketika ia membuka pintu, karena sejak tadi bel di luar berbunyi, ternyata tamu yang datang adalah Maira.Lantaran Moreno tidak kunjung pulang, sementara ia butuh Moreno untuk meyakinkan Pak Salim bahwa pernikahan mereka itu bukan sebuah pernikahan sandiwara, Maira nekat ke rumah Moreno. Ia tidak peduli dengan anggapan bahwa ia wanita tidak tahu diri, seb
Telapak tangan Danu mengepal mendengar pertanyaan Maira. Rasanya ia cukup terkejut karena perempuan itu bisa mengetahui masalah yang seharusnya tidak banyak diketahui orang banyak lantaran masalah tersebut dijaga untuk tidak terpublikasi di media manapun karena menjaga nama baik keluarga besar majikannya.Jika ada seseorang yang tahu, artinya antara dua, Moreno yang membocorkan atau Mitha yang melakukannya."Saya bertanya, Nona, darimana Nona tahu tentang masalah yang sebenarnya tidak semua orang bisa mengetahuinya?"Danu mengulang pertanyaan. Dan Maira menghela napas mendengar pertanyaan itu diulang oleh Danu.Sebenarnya apa yang disembunyikan orang ini? Pasti ada sesuatu yang besar sudah dilakukan oleh Moreno sampai pertanyaanku aja enggak dia jawab.Maira bicara di dalam hati sampai akhirnya, perempuan itu menghela napas. "Baiklah, lupakan. Mungkin ada hal yang sekarang membuat Anda sulit untuk mengatakan masalah itu pada saya, saya pulang dulu."Karena Danu, tidak menjawab apa ya
"Kamu tahu masalah ini dari siapa?"Pertanyaan yang sama seperti yang dikatakan oleh pria bernama Danu itu. Ada apa sebenarnya? Apakah sangat penting untuk mengetahui dari siapa aku tahu soal itu?Maira membatin, sepertinya ia mulai penasaran, mengapa dengan orang berbeda pertanyaan itu juga sama?"Apakah itu penting?" tanya Maira sambil menatap wajah Mitha dengan sorot mata yang serius."Cukup penting, karena masalah ini sebenarnya bukan masalah sederhana yang bisa dibahas oleh sembarang orang.""Kenapa? Karena khawatir nama baik keluarga besar Moreno rusak?""Aku tidak bisa bicara banyak tentang hal ini sama kamu, karena bukan aku yang harus menceritakan semuanya sama kamu, tapi Moreno.""Dia mengakuinya, tidak membantah.""Kamu percaya?""Entahlah, aku itu enggak kenal dia dulunya, mana aku tahu tentang masa lalu dia?""Terus, untuk apa kamu menyelidiki masalah ini? Kamu enggak percaya dengan pengakuan Moreno atau suara hati kamu sendiri?""Sebenarnya, alasannya karena aku takut...
"Aku hanya ingin dia bisa berubah menjadi pria yang lebih baik lagi."Maira tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh Mitha. "Berubah menjadi lebih baik? Buktinya dia semakin rusak setelah putus dari kamu.""Maira, kita sama-sama perempuan, aku sangat yakin kamu bisa paham dengan, bagaimana seorang perempuan bisa merasa lelah, itulah yang aku rasakan pada saat bersama Moreno, aku sudah memberikan kesempatan, dan kalau akhirnya aku memilih pergi, aku hanya ingin mengajarkan padanya tentang sesuatu yang tidak boleh disepelekan mau sekecil apapun sesuatu itu, sudahlah, ini masalah aku dengan Moreno, kamu enggak usah ikut campur, kalau kamu suka sama dia, jujur aja, mungkin perasaan suka kamu bisa membuat dia berubah.""Kalau aku jujur sama dia, apakah kamu bisa membantuku?" tanya Maira setelah terdiam mendengar ucapan panjang yang dikatakan Mitha padanya."Soal apa?""Menjauh darinya, semakin kamu menjadi bayangan dia, Moreno tidak akan pernah bisa melupakan kamu, dan jika itu t
Maira benar-benar tidak bisa menahan rasa terkejutnya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh istri bosnya tersebut.Cobaan apa lagi ini, pikirnya? Mengapa ia diminta untuk bersandiwara lagi oleh orang yang berbeda sementara sandiwara sebelumnya saja sudah nyaris membuat ia gila memikirkan kelanjutannya. Namun, apakah ia bisa menolak permintaan sang istri bosnya tersebut?"Bagaimana, Maira? Apakah kau mau membantuku?" Suara Viona membuyarkan pergulatan batin Maira yang tidak menyangka wanita di hadapannya itu memintanya untuk melakukan sandiwara. "Oh, tentu saja, aku akan membayar semuanya, nanti aku akan membuat kontrak, jadi kau tidak perlu khawatir kalau ini tidak bisa dipertanggungjawabkan."Viona kembali bicara, karena ia melihat Maira seperti ragu menerima permintaan darinya.Sawah kita gagal panen, Maira. Untuk sekarang, kami minta maaf kalau kebutuhan Adam harus terus memberatkan kamu, biaya untuk sekolah SMA juga sangat mahal, Adam bilang dia tidak mau sekolah, mau ikut ay
Rei mengatakan ciri-ciri istri kontrak Moreno hingga kening Moreno berkerut mendengar penuturan Rei."Lu yakin ciri ciri itu enggak salah?""Gue yakin."Moreno langsung berbalik dan melangkah meninggalkan Rei. Rei terkejut dan memanggil pemuda itu namun Moreno hanya mengatakan ada yang harus ia urus terlebih dahulu, sehingga Rei terpaksa membiarkan Moreno pergi meninggalkan dirinya.Moreno yang emosi karena Maira menemui Mitha, langsung datang ke rumah wanita tersebut. Kedatangan Moreno membuat Maira yang saat itu masih gelisah karena ia memikirkan Moreno dan permintaan Viona sedikit terkejut tapi juga senang karena Moreno akhirnya kembali.Namun, saat pemuda itu berdiri di hadapannya, Maira jadi was-was karena aura banteng Moreno terasa olehnya. Moreno marah! "Ngapain lu menemui Mitha segala?" tanya Moreno tanpa basa basi."Kamu tau darimana? Mitha ngomong sama kamu?""Dengar, Maira! Mitha itu bukan tipe wanita yang suka mengadu! Gue tau sendiri kelakuan lu itu dan sekarang dia me
"Aku sudah bilang, aku enggak benci kamu dan keluarga kamu, Reno! Aku sudah melupakan semua yang pernah terjadi di antara kita, jadi kamu enggak ada hak mengatakan aku benci dengan kalian!""Kalau kamu enggak benci, lalu kenapa kamu bersikap seperti ini padaku? Kau tahu aku bayar kamu untuk bersandiwara, kenapa kamu justru mempersulit semuanya?""Karena aku memikirkan perasaan suami aku, aku-""Ya, sudah. Lupakan. Tidak perlu datang lagi, tidak usah peduli dengan kondisi ayahku, tidak usah datang ke hadapanku!"Moreno kehilangan kesabaran. Pria itu sudah tidak mau mendengar alasan apapun yang diucapkan oleh Mitha, hingga ia langsung naik ke motornya dan pergi dari tempat itu dengan perasaan bercampur aduk.Mitha menghela napas panjang melihat apa yang dilakukan Moreno. Rasanya jadi sesak, karena bayangan ayah Moreno berkelebat di benaknya dan itu membuat perempuan tersebut jadi kepikiran. Bagaimana dengan kondisi ayah Moreno?Ketika Mitha baru saja beranjak untuk kembali ke rumah mili