"Apa?"Wajah Maira terlihat sangat terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno."Ya. Kita akhiri pernikahan kontrak kita."Setelah menegaskan hal itu, Moreno menyingkirkan tubuh dan tangan Maira yang menghalangi pergerakannya, namun karena tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Moreno, berikut menolak tentang keputusan Moreno yang ingin mengakhiri kontrak pernikahan mereka, Maira bersikeras untuk tetap tidak mau menyingkir dari hadapan Moreno, ini membuat Moreno kesal. Jika tadi ia tidak mengerahkan kekuatannya untuk menyingkirkan Maira, kali ini, pemuda itu mengerahkan kekuatannya hingga Maira nyaris tidak mampu menahan keinginan Moreno yang ingin melepaskan diri darinya. Ketika Moreno dan Maira sibuk bergulat satu sama lain, Rani dan Dafa yang penasaran apa yang sedang diributkan oleh sang tuan rumah beranjak menyusul ke belakang sambil berteriak memanggil nama Maira. Maira yang khawatir sandiwaranya terbongkar di hadapan Dafa dan Rani panik saat mengetahui kedua tamu
Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, wajah Dafa dan Pak Salim semakin merah. Kedua pria yang sama-sama menyukai Maira itu benar-benar tidak percaya, Maira yang mereka kenal sangat lugu, polos dan kaku ternyata se-agresif itu. Bahkan, Dafa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Moreno maju dan menatap Maira seperti ingin Maira membantah apa yang dikatakan oleh Moreno tadi dengan vulgar."Tidak mungkin! Aku sangat tahu, Maira itu wanita seperti apa, dia berciuman saja tidak bisa, tekhnik dia itu membosankan, mana mungkin dia juga bisa memberikan servis segala pada pria, aku tidak percaya!" katanya dengan mata yang masih melotot ke arah Maira.Maira ingin sekali menenggelamkan tubuhnya ke dasar lantai dapur jika bisa, karena ia sangat malu mendengar alasan yang diberikan oleh Moreno pada Dafa terutama pada bos-nya. Bagaimana nanti sikap Pak Salim saat di kantor setelah ini?Bagaimana jika atasannya itu menilai ia perempuan tidak tahu malu karena agresif saat ada tamu di rum
Sambil bicara demikian, jemari tangan Maira menarik turun resleting celana yang dipakai Moreno, hingga membuat wajah Moreno pucat. Sementara itu, Pak Salim yang mendengar ucapan Maira langsung berbalik dan melangkah pergi, tidak tahan tetap ada di situ sementara ia melihat betapa mesra Maira memperlakukan Moreno di hadapannya. "Perempuan tidak tahu malu!" rutuk Dafa yang juga langsung berbalik dan menyusul Pak Salim untuk pergi meninggalkan ambang pintu yang menghubungkan ruang tengah dengan ruang dapur. Setelah keduanya pergi, Moreno langsung mendorong Maira yang mendadak menjadi patung bodoh di tempatnya. Di satu sisi, wanita itu lega, Dafa dan Pak Salim sudah pergi tapi di sisi lain, Maira jadi sangat malu karena harus melakukan sesuatu yang menurutnya sangat gila. Moreno menatap wajah Maira dengan sorot mata menyelidik."Ngidam? Ngidam punya gue? Jangan ngimpi!!" katanya lalu berlalu dari hadapan Maira yang hanya bisa menyandarkan tubuhnya ke tembok dinding dapur. Bagaimana i
Pak Salim sudah tidak tahan untuk mengatasi perasaan cemburunya, hingga ia mengirimkan pesan seperti itu pada Maira.Maira terdiam membaca pesan tersebut dari Pak Salim. Jelas sekali ia merasa pesan itu dikirim dalam keadaan marah.Sekarang ini ia sedang membuat makanan di dapur. Meskipun sebenarnya ia malas karena kejadian tadi cukup membuat ia jadi tidak karuan, tapi karena ada Rani, Maira berusaha untuk menampakkan betapa bahagianya rumah tangga antara dirinya dengan Moreno.Karena terlalu tegang saat membaca pesan Pak Salim, bawang dan cabe, yang ia iris untuk menumis kangkung jadi hangus hingga membuat semua yang ada di rumah itu terbatuk-batuk. Tak terkecuali Moreno yang sedang berbenah di kamar. Pemuda yang sangat sensitif dengan bau gosong cabe itu segera keluar membuka pintu, tidak mengenakan pakaian hanya celana boxer dengan gambar Spongebob di bagian bokong. Sebenarnya bukan tidak sedang berpakaian, Moreno sedang mengganti pakaiannya tapi belum selesai sampai pernapasanny
"Aku suka sama kamu?""Ya!""Jangan geer! Aku enggak suka sama kamu! Aku mencium kamu tadi itu karena situasi yang membuat aku harus melakukan itu, bukan karena -""Simpan aja alasan lu sendiri, gue enggak akan percaya, tanya hati lu, apa benar lu enggak suka sama gue?""Reno! Aku enggak suka kamu karena kamu itu lebih muda dari aku, sejak dulu, aku itu suka pria yang lebih tua, apalagi kamu itu tengil, kamu pikir aku suka pria yang tengil? Enggak! Dan satu lagi, aku juga enggak mungkin suka sama kamu karena aku sudah memutuskan untuk tidak mau menikah, jadi kamu enggak bisa memutuskan kontrak hanya karena alasan sepele kayak gitu!""Lu emang tua dari gue, Maira, tapi lu ternyata terlalu bodoh membedakan perasaan suka dengan perasaan profesional, terserah, di atas kasur itu berkas yang harus lu tanda tangani, ketika lu udah tanda tangan, gue akan kirim duitnya sama lu!"Dengan kasar Moreno menyingkirkan tubuh Maira yang masih menghalanginya untuk keluar dari kamar. Kali ini, Maira tid
"Aku enggak pernah benci sama kamu, dan keluarga kamu, Reno. Kalau sikapku mungkin di mata kamu kurang nyaman, itu karena kamu yang enggak bisa menghargai pernikahanku dengan seseorang yang aku pilih sekarang."Lagi-lagi, Moreno mengepalkan telapak tangannya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Mitha. Rasanya, ingin sekali ia mengeluarkan serentetan omelan atau aksi protes karena ia sangat tidak suka mendengar kata-kata pernikahan diucapkan oleh perempuan tersebut. "Kalau kamu emang enggak benci sama aku, kamu bersedia ikut aku, kan?" katanya dengan nada suara diusahakan tidak meninggi agar tidak membuat Mitha curiga. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Mitha seperti orang bodoh. "Bujuk ayahku untuk mau berobat.""Kalau aku gagal?""Aku yakin kamu tidak akan gagal.""Kamu sudah minta izin istri kamu melakukan hal ini?""Untuk apa?""Maksud aku, kamu udah izin sama istri kamu kalau kamu menemui aku?""Sudah!" bohong Moreno, dan akhirnya ia tersenyum senang karena Mitha menerima
[Gue udah bilang jangan menghubungi bini lu, ini urusan pria, antara lu dan gue, kalau lu menghubungi bini lu, lu akan tau akibatnya!]Begitu bunyi pesan Moreno pada Roger hingga Roger hanya bisa geleng-geleng kepala membacanya."Orang kaya bisa melakukan apa saja untuk mengetahui sesuatu? Awas saja kamu!" gumam Roger sembari mengetik pesan balasan.Pria itu akhirnya menerima tantangan dari Moreno. Ia ingin tahu apa sebenarnya yang diinginkan pemuda tersebut hingga mengusik pernikahannya dengan Mitha?Sementara itu, Mitha yang masih menanti balasan pesan yang dikirimkannya pada sang suami hanya bisa menghela napas ketika kemudian pesan suaminya masuk yang mengatakan bahwa, tidak ada yang terjadi untuk pertanyaan Mitha yang mengandung perasaan was-wasnya tersebut. Pintu terbuka, Mitha berbalik karena ia mengira Moreno datang untuk memberitahunya bahwa ayahnya sudah siap untuk ditemui.Namun, dugaan Mitha meleset, karena yang datang ternyata seorang asisten rumah tangga, yang membawaka
Danu tersenyum kecut membaca pesan sinis yang ditulis Moreno padanya. Akan tetapi, ia yang menyangka Moreno dengan Maira di villa tetap tidak dapat menyembunyikan perasaan senangnya karena kini Moreno sudah mau kembali ke rumah meskipun hanya berdiam diri di villa saja.Setidaknya sekarang, tugasnya berkurang satu. Betapa repotnya Danu ketika harus mengawasi Moreno setiap malam atas perintah Pak Marvel.Persoalan Moreno dengan Combro bukan persoalan yang sepele, sebab, Danu mendapatkan jejak, bahwa Combro memiliki backing dari orang yang tidak biasa. Pak Marvel belum mau memberikan kuasa untuknya agar bisa melakukan perlawanan pada Combro dengan kekuasaan sang majikan besar, itu karena Moreno belum kembali ke rumah hingga ayah Moreno sengaja membiarkan Moreno mengurus sendiri urusannya.Sekarang, sang majikan muda sudah kembali, wajar jika Danu merasa sangat lega.Asisten kepercayaan Pak Marvel itu bersiul kecil melanjutkan pekerjaannya mencuci mobil sampai bersih. Tidak sabar rasanya
"Mungkin...."Aku ini kenapa? Kenapa jadi semakin tidak tahu malu, rasanya ini bukan aku tapi aku enggak bisa mundur lagi sekarang....Hati Maira bicara, jari jemarinya saling menggenggam, seolah berusaha untuk mengatasi perasaannya yang kacau akibat perbuatan nekatnya yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Cinta itu perlu dipaksakan, Maira, karena kalau tidak, bagaimana mungkin cinta itu bisa tumbuh?Entah kenapa ucapan Dafa terngiang di telinganya membuat Maira yang awalnya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dafa perlahan justru mencoba mempraktekkannya. Apakah dengan memaksa Moreno, pemuda itu akhirnya bisa membuka hati dan bisa bangkit dari masa lalunya?Tuan Moreno sekarang seperti hilang semangat, Maira, aku tahu, itu karena ia sekarang putus asa untuk berharap Nona Mitha bisa menerimanya kembali, apalagi ia melihat hubungan Nona Mitha dengan suaminya tetap baik-baik saja meskipun ujian demi ujian terus menerpa pernikahan mereka, jika kau memang benar-benar tulus pa
"Kenapa? Takut aku peluk?""Enggak, tapi gue enggak nyaman aja!""Bilang aja kamu takut berdebar karena aku peluk!"Moreno menyeringai mendengar apa yang diucapkan oleh Maira. "Ya, udah! Naik!"Mendengar izin dari Moreno untuk membiarkan dirinya ikut di belakang pemuda tersebut, Maira menarik napas lega. Perempuan itu segera naik ke atas boncengan motor milik Moreno dan nekat memeluk pinggang Moreno meskipun ia sebenarnya tidak mau melakukan hal itu. Hanya saja, sudah terlanjur kesal Maira dengan Moreno sampai ia akhirnya nekat melakukan hal yang sebenarnya tidak mau dilakukannya.Dia benar-benar nekat meluk gue ternyata, oke, lu mau gue bikin ketar ketir? Tunggu aja! Gue akan buat lu benci sama gue, Maira Jasmine!Hati Moreno bicara sambil menambahkan kecepatan motornya. Pemuda itu tidak membawa Maira pulang ke kostnya tapi ia membawa Maira berkeliling tanpa tujuan dengan harapan Maira mabuk perjalanan karena ia membabi buta membawa motor miliknya.Namun apa yang diharapkan Moreno
"Berarti, dia kena karma.""Reno!""Emang salah? Bener, kan? Dia kena karma, karena dulu nyalahin bininya melulu yang enggak subur, emang gue salah?""Iya. Emang kamu enggak salah, tapi apa harus seblak-blakan itu? Rasanya, kayak enggak tega aja Reno, apalagi sekarang dia udah kehilangan segalanya.""Dia kehilangan segalanya karena salah dia sendiri, ngapain gue mikirin? Dia juga banyak bikin aset gue terjual, biarin aja, lah! Karma, gue enggak peduli!""Jadi, kamu enggak mau memaafkan dia?""Belum puas kalo belum gebuk dia!""Kau ini, terserah kamu saja, aku cuma menyampaikan pesan itu, mau kamu terima atau enggak permintaan maaf dia, itu terserah kamu!""Ya, udah. Gue pulang kalo gitu, masih banyak urusan!"Moreno bangkit, dan hendak beranjak meninggalkan Maira tapi gerakannya terhenti ketika tiba-tiba saja Dafa yang entah darimana munculnya sudah mendekati meja di mana ia dan Maira bercakap tadi.Dafa mendekati Maira tapi Maira segera bangkit berdiri membuat Moreno yang ingin melan
"Aku bukan peduli, aku hanya ingin Xoyen sadar dan menghentikan semuanya, karena aku gerah melihat apa yang dilakukannya. Dia sudah menerima konsekuensi dari apa yang diperbuatnya, kau harus mengakhiri perseteruan kalian, begitu juga kau, Ridwan."Dragon menatap Moreno dan Ridwan satu persatu setelah ia bicara seperti itu pada keduanya. "Tapi, aku masih tidak puas jika aku belum membunuhnya!" bantah Ridwan dengan nada suara yang masih terdengar meninggi."Kalau kau membunuhnya dia justru senang karena lepas dari segala hal yang perlu ia pertanggungjawabkan.""Jadi, aku tidak perlu membunuhnya?""Memangnya kau ingin jadi seorang pembunuh?""Untuk seseorang yang sudah melakukan hal jahat pada kerabatku, kurasa itu tidak jadi soal.""Kau akan masuk penjara, Ridwan, kakakmu tidak akan senang jika itu kau lakukan, sudahlah, padamkan api kemarahanmu, Xoyen sudah mendapatkan karma dari apa yang dia perbuat, biarkan kita melihat apakah dia bisa berubah atau tidak. Tidak perlu mengotori tanga
Mendengar apa yang dikatakan oleh Ridwan, Mister X tertawa. Ia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keselamatannya meskipun ada dua orang pria yang menginginkan kematiannya. Ia masih terlihat santai hingga Moreno dan Ridwan benar-benar heran dengan hal itu."Kenapa kau tertawa, Brengsek! Kau meremehkan aku!!" teriak Ridwan yang ingin mendekati sisi tempat tidur di mana Mister X berbaring tapi Moreno segera mencegah hal itu dengan mencengkram salah satu bahu Ridwan."Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya lu udah balik ke Jakarta? Kenapa lu justru ke sini lagi? Enggak jadi balik, lu?" tanya Moreno pada Ridwan. "Aku sudah kembali ke Jakarta, aku bahkan sudah mulai bekerja lagi dan berusaha untuk melupakan semua yang sudah terjadi, tapi ada seseorang yang kenal dengan Mister X, tapi sekarang ia juga sudah berusaha untuk memulai hidup baru seperti aku setelah lama bersama dengan dia, dia yang mengatakan segalanya, dan setelah aku berusaha mencari tahu, memang kenyataannya seperti itu,
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Viona membuat Maira menghentikan tangannya yang sedang sibuk membuat es teh."Ibu dan Bapak masih saling mencintai, tentu saja memberikan kesempatan kedua itu tidak bodoh, yang penting saat diberi kesempatan, suami Ibu memang benar-benar terlihat berubah.""Semuanya berubah, termasuk kehidupan kami yang biasanya glamor, tapi bukan sesuatu yang penting menurut aku karena uang bisa dicari, yang penting adalah sikapnya berubah lebih perhatian dan lebih peduli dengan perasaanku.""Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya, Bu. Semoga, Ibu dan Bapak bisa terus bersama sampai akhir hayat, dan bisa mendapatkan keturunan....""Amiiiiin, jangan singgung soal keturunan di hadapannya, ya? Aku tahu, mukjizat itu pasti ada, tapi dia selalu bilang, apakah mukjizat bisa diberikan pada pendosa seperti dia?""Oooh, baik, Bu. Aku tidak akan membahas masalah keturunan dengan bapak, tapi, apakah Ibu yakin bapak memang sulit memiliki keturunan?""Sepertinya, ya. Dia tida
"Baik, Panglima. Aku paham, terima kasih sudah memberikan aku kesempatan untuk tetap berinteraksi dengan kakakku." Panglima Tanakarma hanya mengiyakan tanpa bicara panjang lebar lagi, lalu dalam hitungan detik, pria dari alam gaib itu dirasakan Mitha tidak lagi ada di dalam ruangan tersebut meskipun ia tidak melihat. "Apakah dia sudah pergi?" tanya Moreno, pada Mitha beberapa menit kemudian. "Sudah." "Kamu yakin bisa memenuhi syarat untuk bisa bertemu dengan Miko?" "Yakin tidak yakin, aku harus yakin." "Mustahil...." Moreno hanya bicara seperti itu sambil melangkah keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Mitha yang masih melontarkan kata-kata, bahwa ia akan tetap berusaha untuk membuat utangnya lunas bagaimanapun caranya. Moreno dan juga Mitha akhirnya pulang ke rumah mereka masing-masing didampingi oleh keluarga mereka. Moreno banyak diam, meskipun masa masa kritisnya sudah lewat, tapi berdasarkan keterangan Panglima Tanakarma, keadaannya dengan Mitha memang sepe
"Kamu masih tidak percaya juga bahwa aku bisa berubah?" tanya Pak Salim sambil menatap wajah Viona dengan sangat serius."Bukan tidak percaya, tapi aku trauma, Maira adalah temanku, aku sudah menganggap dia seperti seorang adik, jadi wajar jika aku merasa takut kalau-kalau kamu justru masih menyukainya, aku harus bagaimana bersikap dengan dia....""Viona, aku benar-benar tidak lagi memiliki keinginan untuk memiliki Maira, aku hanya berpikir ingin bersamamu jika masih diberi kesempatan, tapi jika tidak, aku juga tidak memaksa, aku tahu diri.""Jadi, apa yang akan kau lakukan untuk membuat aku tidak khawatir lagi tentang perasaan kamu dengan Maira?""Aku akan membantu Maira untuk bisa mendapatkan Moreno lagi...."Wajah Viona seketika berubah semringah mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Salim. "Kamu serius?""Sangat serius.""Kenapa kamu ingin melakukan hal itu?""Karena aku tahu, Maira sangat mencintai Moreno.""Ya, kamu benar, Maira memang sangat mencintai Moreno, tapi pemuda itu
"Iya, aku yang sulit memiliki keturunan, bukan kamu...." "Kamu ke dokter? Periksa?""Tidak sengaja, saat itu, aku mencari pekerjaan, bertemu dengan temanku yang jadi dokter, kami makan bersama dan banyak mengobrol, lalu entah siapa yang memulai sampai akhirnya kami bicara soal anak, dan aku mengatakan bahwa kita tidak punya anak, dia terkejut.""Terkejut karena kita masih muda tapi sulit dapat keturunan?""Ya.""Terus, dia menyarankan kamu untuk periksa?""Ya.""Kenapa kamu mau? Kamukan selalu bilang, kamu sehat dan yang sakit itu aku?""Aku menantang diri sendiri, aku merasa aku memang sehat dan masalahnya ada padamu, jadi karena itulah aku periksa.""Jika benar, yang bermasalah itu aku, kamu akan datang padaku dan menyudutkan aku?""Tidak, Viona. Aku memang egois, selalu merasa paling benar, tapi aku berusaha untuk berpikir jernih, dan selama kita berpisah, aku benar-benar merasa, aku memang sudah keterlaluan sama kamu."Viona memandang wajah Pak Salim dengan sorot mata yang tajam,