"Apa? Hamil?""Tuan tidak tahu?"Melihat Danu yang terkejut mendengar ucapannya, Moreno menahan diri untuk mendamprat. Otaknya langsung berpikir, jangan-jangan ada yang terjadi saat Maira ke rumahnya, dan bertemu dengan ayahnya, hingga sang asisten pribadi ayahnya sampai bicara seperti itu padanya."Baiklah, pulanglah, jaga bokap dengan baik, gue pikirkan lagi untuk apa yang sudah lu katakan tadi."Danu menarik napas lega ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno. Tadinya, ia sudah berpikir, Moreno tidak tahu tentang kehamilan Maira hingga reaksi wajah anak majikannya itu terasa aneh di matanya. Hampir saja ia berpikir kehamilan Maira tidak benar, jika saja Moreno membahas itu lebih lanjut. Danu segera pamit pada Moreno, sementara itu, Moreno langsung bergegas menuju rumah untuk memberikan perhitungan pada Maira, apalagi yang diperbuat perempuan itu sampai asistennya mengatakan bahwa ia sebentar lagi jadi ayah?"Maira!!" teriaknya saat sudah sampai di dalam rumah.Maira yang bar
Perlahan, kedua mata Maira terpejam, seolah menunggu sentuhan yang seperti ingin diberikan oleh Moreno.Sedetik, dua detik, sampai satu menit apa yang ditunggu Maira tidak terjadi, bahkan suara Moreno terdengar sangat dekat di telinganya mengatakan...."Lu pengen gue cium? Jangan ngimpi!" katanya lalu dengan kasar, Moreno menyingkirkan tubuh Maira yang menghalangi pintu. Karena tadi sempat terhipnotis dengan apa yang dilakukan oleh Moreno, Maira jadi tidak fokus untuk berjaga. Dengan mudah, Moreno berhasil menyingkirkan dirinya dari pintu dan dalam sekejap, pria itu membuka pintu lalu keluar dari rumah meskipun Maira berusaha untuk memanggilnya mencegah agar ia jangan pergi.Moreno berlari melintasi pekarangan rumah untuk ke jalan, karena motor Kenzie masih ada di bengkel lantaran mengalami sedikit kerusakan akibat saat ia parkir di parkiran rumah sakit, motor itu ambruk.Mereka pulang dari rumah sakit saja diantar oleh Danu dengan mobil, karena itulah, Moreno pergi dari rumah mengan
Mendengar apa yang diucapkan oleh Rani, bayangan Moreno saat berbicara dengan perempuan berjilbab saat di rumah sakit langsung berkelebat di benak Maira.Ingin membantah, tapi apa yang dikatakan oleh Rani ada benarnya. Adam sendiri mengatakan bahwa Moreno belum bisa melupakan mantannya tersebut. Namun, apakah benar perempuan itu juga masih mengharapkan Moreno hingga merancang rencana membuat Moreno bercerai dengan dirinya?Hati Maira mendadak gelisah...."Maira, aku akui, aku memang sempat jahat sama kamu, aku tidak berpikir panjang saat berusaha untuk menarik perhatian Dafa, itu karena aku kurang kasih sayang, sekarang, aku merasa bersalah, aku minta maaf, ya? Apa yang harus aku lakukan untuk bisa membuat kamu memaafkan aku?"Suara Rani membuyarkan lamunan Maira, hingga perempuan itu menghela napas panjang."Aku enggak dendam sama kamu, apa yang sudah terjadi, aku rasa ada hikmahnya, sekarang aku sudah menikah, aku enggak mau memikirkan masalah itu lagi.""Jadi, kamu mau memaafkan ak
Suara Moreno lemah saat mengucapkan kalimat itu pada Andy. Membuat Andy membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Moreno dengan spatula di tangan. "Lu cinta sama Mitha, tapi kagak bisa memahami dia, artinya lu egois, masalah macam ini aja lu kagak tau, lu liat Jee? Dia emangnya dapat restu dari bokap dan kakak Mitha? Kagak juga, tapi Mitha mutusin Jee karena dia tertekan Jee selalu babi buta kalo cemburu!""Woy!! Kalian yang di dapur, gue tendang satu-satu gosipin gue!!"Teriakan Jee terdengar dari depan ketika Andy baru saja menuntaskan ucapannya pada Moreno."Kagak gosipin lu, gue cuma memberikan pencerahan buat Moreno!" balas Andy untuk teriakan Jee. "Jangan sebut nama gue! Bayar 100 ribu kalo sebut nama gue!"Andy menatap Moreno ketika Jee berteriak demikian padanya. "Disuruh bayar noh, mahal kalo mau sebut nama Jee," bisiknya, lalu ia segera membalikkan tubuhnya untuk fokus kembali dengan masakannya. Moreno diam untuk beberapa saat, selama ini ia berpikir bahwa Mitha memutusk
"Rentenir?" ulang Moreno seolah mencerna dan menghubungkan kejadian yang menimpanya dengan cerita yang disampaikan oleh Dragon."Iya, biasanya rentenir itu emang ngasih pinjaman uang sama orang yang benar-benar butuh uang tapi nyekik abis lewat bunga pinjaman, sayangnya dia sulit disentuh hukum karena ada dukungan dari orang yang berpengaruh, jadi ya gitu, mending lu berhenti balapan, daripada terlibat jauh dengan preman macam Combro.""Apakah itu alasan lu enggak mau balapan sama gue? Karena gue terlibat dengan Combro?""Gue balapan bukan mau menang, tapi cuma mau melampiaskan emosi doang.""Balapan sendiri?""Ya!""Tapikan enggak dapat duit?""Mau dapat duit ya ke sirkuit aja, kagak usah balapan liar, banyak resikonya.""Gue lagi berusaha untuk mewujudkan itu.""Gabung sama sebuah manajemen, entar hobi lu disalurkan.""Bisa bantu gue?""Gue cuma bisa bantu salah satu, dari dua permintaan lu itu.""Pelit amat lu!""Bomat!""Oke, sekarang gue lagi butuh motor, itu aja deh yang lu bant
Gawat, Rani sepertinya memang merencanakan sesuatu, aku harus hati-hati, bisa aja dia dengan Dafa merancang sebuah rencana yang membuat aku terancam, apalagi Dafa dan Pak Salim juga mulai berinteraksi bersama....Maira bicara di dalam hati, berusaha untuk mengatasi rasa gelisahnya karena merasa apa yang dilakukan oleh Rani cukup membuat dirinya tertekan.Ia meminta Rani untuk menunggu karena ia ingin membuka pintu dan berharap yang menekan bel itu adalah Moreno. Kehadiran Moreno benar-benar sangat diharapkan Maira sekarang ini."Dafa!"Maira terkejut saat ia membuka pintu, ternyata yang datang adalah Dafa. "Boleh aku masuk?" tanya Dafa tanpa peduli dengan ekspresi wajah terkejut Maira."Kamu ke sini mau apa?""Sayang!"Belum lagi pertanyaan Maira dijawab oleh Dafa, Rani berteriak demikian dari arah belakang Maira, membuat Maira menjadi seperti orang bodoh di antara keduanya.Maira tidak cemburu meskipun hatinya merasa sakit melihat bagaimana Rani tidak sungkan sama sekali bersikap me
"Apa?"Wajah Maira terlihat sangat terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno."Ya. Kita akhiri pernikahan kontrak kita."Setelah menegaskan hal itu, Moreno menyingkirkan tubuh dan tangan Maira yang menghalangi pergerakannya, namun karena tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Moreno, berikut menolak tentang keputusan Moreno yang ingin mengakhiri kontrak pernikahan mereka, Maira bersikeras untuk tetap tidak mau menyingkir dari hadapan Moreno, ini membuat Moreno kesal. Jika tadi ia tidak mengerahkan kekuatannya untuk menyingkirkan Maira, kali ini, pemuda itu mengerahkan kekuatannya hingga Maira nyaris tidak mampu menahan keinginan Moreno yang ingin melepaskan diri darinya. Ketika Moreno dan Maira sibuk bergulat satu sama lain, Rani dan Dafa yang penasaran apa yang sedang diributkan oleh sang tuan rumah beranjak menyusul ke belakang sambil berteriak memanggil nama Maira. Maira yang khawatir sandiwaranya terbongkar di hadapan Dafa dan Rani panik saat mengetahui kedua tamu
Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, wajah Dafa dan Pak Salim semakin merah. Kedua pria yang sama-sama menyukai Maira itu benar-benar tidak percaya, Maira yang mereka kenal sangat lugu, polos dan kaku ternyata se-agresif itu. Bahkan, Dafa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Moreno maju dan menatap Maira seperti ingin Maira membantah apa yang dikatakan oleh Moreno tadi dengan vulgar."Tidak mungkin! Aku sangat tahu, Maira itu wanita seperti apa, dia berciuman saja tidak bisa, tekhnik dia itu membosankan, mana mungkin dia juga bisa memberikan servis segala pada pria, aku tidak percaya!" katanya dengan mata yang masih melotot ke arah Maira.Maira ingin sekali menenggelamkan tubuhnya ke dasar lantai dapur jika bisa, karena ia sangat malu mendengar alasan yang diberikan oleh Moreno pada Dafa terutama pada bos-nya. Bagaimana nanti sikap Pak Salim saat di kantor setelah ini?Bagaimana jika atasannya itu menilai ia perempuan tidak tahu malu karena agresif saat ada tamu di rum