"Kak, cinta itu kalau tulus tidak mengenal rasa capek atau lelah.""Kau ingin aku seperti Moreno yang selalu mengharapkan seseorang yang tidak pernah mengharapkan aku?""Setidaknya, Kakak buktikan dulu seberapa dalam perasaan Kakak sama Moreno.""Kau selalu saja mendukung Moreno, menyebalkan sekali!"Maira beranjak keluar dari kamar Adam setelah mengomel seperti itu pada sang adik. Sementara Adam hanya geleng-geleng kepala melihat kakaknya seperti itu padanya. Sore harinya, Adam benar-benar datang ke lokasi di mana ia berjanji akan bertemu dengan Mimi. Ketika Adam sampai di tepi sungai, tempat mereka berjanji bertemu, Mimi sudah ada di sana dan melihat Adam gadis itu langsung tersenyum."Maaf, aku membuat kamu menunggu." Setelah tiba di samping Mimi, Adam bicara seperti itu pada Mimi dan Mimi tersenyum lagi sambil memberikan satu botol teh dingin yang dibelinya ketika ia menuju tempat di mana ia berjanji dengan Adam untuk bertemu.Adam menerima pemberian Mimi sambil mengucapkan pad
"Adam, kenapa kamu kayak gitu? Kayak ngeliat hantu?" tanya Mimi pada Adam dengan suara yang perlahan."Dia benar-benar kakak kamu?" tanya Adam seolah tidak percaya dengan pernyataan Mimi yang mengatakan bahwa pria yang ada di hadapannya itu memang kakak Mimi."Iya, dia kakakku, kenapa? Kamu kenal dia?" tanya Mimi masih bingung apa yang membuat Adam seperti sangat terkejut seperti itu melihat kakaknya."Hei!"Pertanyaan Mimi pada Adam terpaksa tidak direspon oleh Adam, karena kini, kakak Mimi sudah berdiri di hadapannya. "Kenapa lu ada di sini?" tanya Combro dengan wajah yang tidak terlihat senang pada Adam dan itu membuat Mimi semakin bingung."Kalian saling kenal?" tanyanya pada Adam dan sang kakak. Combro memberikan isyarat pada Mimi untuk ke pondok saja, dan ia sendiri langsung menyeret Adam menjauh dari pondok. "Kak! Jangan diapa-apain, dia temen aku lho!" teriak Mimi sebelum patuh untuk menunggu di pondok saja. Combro tidak menggubris perkataan sang adik. Ia fokus pada Adam, m
"Kalau itu untuk mengkhianati Moreno, aku tidak mau.""Kenapa lu begitu setia padanya? Memangnya dia peduli lu yang kesulitan keuangan?""Aku tidak suka penghianatan, karena itulah aku juga tidak mau berkhianat." "Baiklah, gue akan terangkan cara kerjanya, dan lu harus bisa mendengar dan memahaminya dengan baik karena kalo lu buat kesalahan, gue kagak akan memberikan lu ampun!"Adam hanya mengiyakan, dan ia mulai menyimak apa yang dikatakan oleh Combro sebagai tugasnya nanti ketika ia dikota sambil meneliti, apakah tugas itu bertentangan dengan hukum atau tidak.***Kejadian yang dialami oleh Moreno akhirnya merebak, meskipun Danu sudah berusaha untuk menahan sejumlah media bisnis untuk tidak mempublikasikan masalah tersebut ke publik. Ada beberapa media bisnis yang sebelumnya memang sudah dibayar oleh sang pemotor misterius atas perintah orang yang membayarnya, dan kali ini situasi perusahaan milik Pak Marvel mulai kacau karena Moreno dinilai tidak bisa menjaga nama baik sebagai pem
"Kau harus ikut aku ke Jakarta, dan tidak boleh menolak, titik!"Setelah bicara demikian, Moreno berbalik setelah tangannya nyaris ingin menyentuh wajah Mitha yang membuat Mitha cepat berkelit ke samping untuk menghindari apa yang ingin dilakukannya. Ia tidak peduli dengan reaksi Mitha atas apa yang dilakukan dan diucapkannya. Pemuda itu keluar dari kamar meninggalkan Mitha yang hanya bisa menarik napas berat. Sementara itu, di desa di mana orang tua Maira tinggal, Maira yang bersiap untuk kembali ke kota ketika tidak mendapatkan petunjuk apa-apa tentang ia yang tidak terlibat pengeroyokan yang menimpa Moreno dengan Mitha beberapa waktu yang lalu dikejutkan oleh kedatangan Tono. Saat itu, Adam sedang di kamar, ia yang berusaha untuk mencari cara untuk bisa ke kota agar mampu melakukan tugas dari Combro kesulitan mencari alasan karena Maira seperti sangat teliti menyelidiki gerak-geriknya.Saat Tono datang, orang tua mereka ada di kamar, ibunya sedang memijit sang suami, sebuah rutin
"Yang penting itu ayah kamu, Reno! Dia perlu ketemu sama kamu, kamu aja yang pergi.""Ayahku juga ingin ketemu sama kamu, jadi bukan aku aja yang harus ketemu dengan dia, kamu juga.""Aku enggak bisa, Reno. Lagian, orang tua kamu pasti bicara soal anak, aku enggak mau terlalu banyak berbohong sama mereka, jadi kamu aja yang pergi!""Jadi, benar, kan? Kamu itu cuma pura-pura sakit, kamu memang tidak mau ikut sama aku karena kamu enggak mau bersandiwara terlalu banyak di hadapan orang tuaku, kamu tidak profesional, Mitha! Aku kecewa!""Terserah kamu, aku capek menjelaskan hal yang sebenarnya, terserah kamu mau bilang apa, aku enggak peduli...."Suara Mitha melemah saat mengucapkan kalimat tersebut pada Moreno pertanda perempuan itu benar-benar merasa, energinya sudah semakin habis.Sementara itu, Moreno yang tidak percaya bahwa Mitha benar-benar tidak bisa ikut dengannya ke Jakarta, langsung menghubungi Dokter Bryan untuk memastikan kondisi perempuan tersebut.Sampai kemudian, Danu akhi
"Kamu benar-benar pernah melihat? Kapan? Kenapa kamu melakukan itu? Kamu jahat Moreno!"Moreno geleng-geleng kepala mendengar ucapan Mitha yang langsung memvonisnya jahat ketika ia mengatakan bahwa, ia memang mengetahui bagian-bagian tubuh wanita di hadapannya tersebut."Kamu benar-benar berpikir aku sekotor itu?""Kalau enggak, kenapa kamu bisa tahu?""Seorang pria tidak perlu membuka pakaian seorang perempuan untuk tahu bagian-bagian tubuh perempuan yang mana yang indah!"Mitha langsung menarik selimut yang menutupinya lebih ke atas saat Moreno bicara seperti itu padanya."Sudahlah, kamu tidak perlu menambah beban pikiran kamu dengan pikiran-pikiran yang tidak penting, aku mengetahui bagian tubuh kamu, bukan karena aku melihat secara diam-diam tapi-""Miko bilang kamu mengatakan pada Maira, kalau kamu melihat tanpa sengaja.""Dadamu?""Diam!""Iya, memang benar.""Kapan?""Saat kita kehujanan, pulang kamu kerja, pakaian kamu basah semua, aku juga bodoh tidak membawa jas hujan, jadi
Sial! Kenapa orang itu sampai kemari? Sebenarnya dia manusia atau hantu?Moreno bicara di dalam hati, hingga ibunya yang menatapnya jadi mengerutkan keningnya."Apakah dia musuhmu, Reno? Apakah orang itu salah satu pembalap liar yang merasa terganggu oleh kehadiranmu?" tanya wanita tersebut bertubi-tubi."Mami ingat kasus Red One itu, kan?""Ya. Kenapa? Bukannya kasus itu sudah selesai? Bukankah kau tidak membunuh dia?""Iya. Kasus itu sudah selesai, tapi ada orang lain yang memanfaatkan kasus itu hingga memprovokasi adik Red One, karena itulah aku dan Mitha sekarang diburu, Mami.""Jadi, orang yang sekarang memburu ayahmu juga orang yang sama yang juga memburu kamu dan Mitha?""Benar.""Mami harus memberikan perintah pada Danu untuk mengerahkan orang-orang yang bekerja dengan ayahmu agar mereka bisa mengatasi hal itu.""Tidak semudah saat kasus Red One itu merebak, Mi. Sekarang ini, orang itu digerakkan oleh seseorang yang memiliki uang, aku sedang menyelidikinya dengan Danu, dan jik
{Demi Allah, Tuan. Saya tidak pernah bicara apapun tentang hal itu pada tuan besar, saya bersumpah}Danu tetap berusaha untuk meyakinkan Moreno, bahwa bukan dia yang membuat ayah Moreno tahu tentang situasi Moreno dengan para pembalap liar. Hingga akhirnya, Moreno menyerah, ia mengakhiri percakapan, dan segera keluar dari toilet sebelum ayahnya curiga karena ia terlalu lama di dalam toilet."Reno, kenapa kau datang sendiri?" Baru saja Moreno ke dekat tepi pembaringan sang ayah, Pak Marvel sudah melontarkan pertanyaan tersebut pada Moreno."Mitha sakit, Pi. Tidak bisa ikut perjalanan ke sini.""Separah apa?""Lumayan parah, dokter bilang dia harus banyak banyak istirahat.""Kau tidak memperlakukan dia dengan baik?""Siapa bilang? Aku memperlakukan dia dengan sangat baik.""Perempuan akan sakit jika dia banyak pikiran, Reno. Ingat itu."Moreno terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh ayahnya, sampai akhirnya Moreno pamit untuk bertemu dengan dokter yang merawat ayahnya karena ibunya m