"Kau harus ikut aku ke Jakarta, dan tidak boleh menolak, titik!"Setelah bicara demikian, Moreno berbalik setelah tangannya nyaris ingin menyentuh wajah Mitha yang membuat Mitha cepat berkelit ke samping untuk menghindari apa yang ingin dilakukannya. Ia tidak peduli dengan reaksi Mitha atas apa yang dilakukan dan diucapkannya. Pemuda itu keluar dari kamar meninggalkan Mitha yang hanya bisa menarik napas berat. Sementara itu, di desa di mana orang tua Maira tinggal, Maira yang bersiap untuk kembali ke kota ketika tidak mendapatkan petunjuk apa-apa tentang ia yang tidak terlibat pengeroyokan yang menimpa Moreno dengan Mitha beberapa waktu yang lalu dikejutkan oleh kedatangan Tono. Saat itu, Adam sedang di kamar, ia yang berusaha untuk mencari cara untuk bisa ke kota agar mampu melakukan tugas dari Combro kesulitan mencari alasan karena Maira seperti sangat teliti menyelidiki gerak-geriknya.Saat Tono datang, orang tua mereka ada di kamar, ibunya sedang memijit sang suami, sebuah rutin
"Yang penting itu ayah kamu, Reno! Dia perlu ketemu sama kamu, kamu aja yang pergi.""Ayahku juga ingin ketemu sama kamu, jadi bukan aku aja yang harus ketemu dengan dia, kamu juga.""Aku enggak bisa, Reno. Lagian, orang tua kamu pasti bicara soal anak, aku enggak mau terlalu banyak berbohong sama mereka, jadi kamu aja yang pergi!""Jadi, benar, kan? Kamu itu cuma pura-pura sakit, kamu memang tidak mau ikut sama aku karena kamu enggak mau bersandiwara terlalu banyak di hadapan orang tuaku, kamu tidak profesional, Mitha! Aku kecewa!""Terserah kamu, aku capek menjelaskan hal yang sebenarnya, terserah kamu mau bilang apa, aku enggak peduli...."Suara Mitha melemah saat mengucapkan kalimat tersebut pada Moreno pertanda perempuan itu benar-benar merasa, energinya sudah semakin habis.Sementara itu, Moreno yang tidak percaya bahwa Mitha benar-benar tidak bisa ikut dengannya ke Jakarta, langsung menghubungi Dokter Bryan untuk memastikan kondisi perempuan tersebut.Sampai kemudian, Danu akhi
"Kamu benar-benar pernah melihat? Kapan? Kenapa kamu melakukan itu? Kamu jahat Moreno!"Moreno geleng-geleng kepala mendengar ucapan Mitha yang langsung memvonisnya jahat ketika ia mengatakan bahwa, ia memang mengetahui bagian-bagian tubuh wanita di hadapannya tersebut."Kamu benar-benar berpikir aku sekotor itu?""Kalau enggak, kenapa kamu bisa tahu?""Seorang pria tidak perlu membuka pakaian seorang perempuan untuk tahu bagian-bagian tubuh perempuan yang mana yang indah!"Mitha langsung menarik selimut yang menutupinya lebih ke atas saat Moreno bicara seperti itu padanya."Sudahlah, kamu tidak perlu menambah beban pikiran kamu dengan pikiran-pikiran yang tidak penting, aku mengetahui bagian tubuh kamu, bukan karena aku melihat secara diam-diam tapi-""Miko bilang kamu mengatakan pada Maira, kalau kamu melihat tanpa sengaja.""Dadamu?""Diam!""Iya, memang benar.""Kapan?""Saat kita kehujanan, pulang kamu kerja, pakaian kamu basah semua, aku juga bodoh tidak membawa jas hujan, jadi
Sial! Kenapa orang itu sampai kemari? Sebenarnya dia manusia atau hantu?Moreno bicara di dalam hati, hingga ibunya yang menatapnya jadi mengerutkan keningnya."Apakah dia musuhmu, Reno? Apakah orang itu salah satu pembalap liar yang merasa terganggu oleh kehadiranmu?" tanya wanita tersebut bertubi-tubi."Mami ingat kasus Red One itu, kan?""Ya. Kenapa? Bukannya kasus itu sudah selesai? Bukankah kau tidak membunuh dia?""Iya. Kasus itu sudah selesai, tapi ada orang lain yang memanfaatkan kasus itu hingga memprovokasi adik Red One, karena itulah aku dan Mitha sekarang diburu, Mami.""Jadi, orang yang sekarang memburu ayahmu juga orang yang sama yang juga memburu kamu dan Mitha?""Benar.""Mami harus memberikan perintah pada Danu untuk mengerahkan orang-orang yang bekerja dengan ayahmu agar mereka bisa mengatasi hal itu.""Tidak semudah saat kasus Red One itu merebak, Mi. Sekarang ini, orang itu digerakkan oleh seseorang yang memiliki uang, aku sedang menyelidikinya dengan Danu, dan jik
{Demi Allah, Tuan. Saya tidak pernah bicara apapun tentang hal itu pada tuan besar, saya bersumpah}Danu tetap berusaha untuk meyakinkan Moreno, bahwa bukan dia yang membuat ayah Moreno tahu tentang situasi Moreno dengan para pembalap liar. Hingga akhirnya, Moreno menyerah, ia mengakhiri percakapan, dan segera keluar dari toilet sebelum ayahnya curiga karena ia terlalu lama di dalam toilet."Reno, kenapa kau datang sendiri?" Baru saja Moreno ke dekat tepi pembaringan sang ayah, Pak Marvel sudah melontarkan pertanyaan tersebut pada Moreno."Mitha sakit, Pi. Tidak bisa ikut perjalanan ke sini.""Separah apa?""Lumayan parah, dokter bilang dia harus banyak banyak istirahat.""Kau tidak memperlakukan dia dengan baik?""Siapa bilang? Aku memperlakukan dia dengan sangat baik.""Perempuan akan sakit jika dia banyak pikiran, Reno. Ingat itu."Moreno terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh ayahnya, sampai akhirnya Moreno pamit untuk bertemu dengan dokter yang merawat ayahnya karena ibunya m
"Karena itu menjadi sebuah penyemangat untuk ayah kamu, Moreno. Aku pernah melakukannya, tapi beliau seperti tidak punya semangat hidup, kau tahu imbasnya apa jika seseorang yang sedang sakit, tidak memiliki semangat hidup?" kata Dokter Ahmad berujung pertanyaan."Dia harus istirahat total, kan, lu tahu sendiri itu dengan jelas.""Maka, berikan bukti pada ayahmu bahwa kau benar-benar bisa diandalkan olehnya."Moreno terdiam mendengar ultimatum yang diberikan oleh sang dokter. Sampai akhirnya, pembicaraan diakhiri dan Ahmad masih memberikan pesan pada Moreno untuk tidak lagi aktif balapan agar apa yang ia lakukan tidak dikaitkan dengan bisnis hingga bisa membuat perusahaan menjadi kena imbasnya.Moreno keluar dari ruangan dokter tersebut, dan di luar ia dihentikan oleh perempuan bercadar yang tadi dikatakan sang dokter adalah istrinya."Ada apa?" tanya Moreno sambil mundur untuk menjaga jarak pada perempuan bercadar tersebut. "Maaf, saya cuma ingin mengatakan sesuatu untuk masalah tem
"Ada apa? Apakah ucapanku ini salah?" tanya Ahmad yang membuat Moreno langsung tergagap."Enggak, enggak ada yang salah, lu benar.""Ada apa? Ada yang bisa aku bantu?""Enggak ada."Moreno yang merasa semakin sulit untuk tidak gugup di hadapan Ahmad bangkit dari tempat duduknya dan mengatakan pada Ahmad bahwa ia akan ke toilet. Tetapi, Ahmad yang tahu itu hanya alasan yang dibuat-buat oleh Moreno ikut bangkit pula dan melipat kedua tangannya di dada seolah ingin mengintrogasi Moreno sampai tuntas."Apa istrimu itu, Mitha, Reno?" tanyanya pada Moreno, hingga Moreno merasa perasaannya jadi tidak nyaman seketika."Kenapa tidak menjawab?" desak Ahmad, dan Moreno mengusap wajahnya dengan kasar, berusaha agar ia tidak terlihat gugup di hadapan dokter tersebut."Namanya memang Mitha, tapi lu enggak usah berpikir bahwa Mitha istri gue itu Mitha mantan lu.""Kenapa kamu langsung berpikir seperti itu? Memangnya nama Mitha hanya satu orang saja yang memakai?""Ya. Kali aja lu ngerasa gue ngawini
Perkataan panjang pria yang mengaku suami Mitha itu membuat Tante Mila mengerutkan keningnya.Ia benar-benar tidak paham dengan apa yang sudah diucapkan oleh pria tersebut hingga saat pria itu pergi setelah mengatakan pada Tante Mila bahwa ia menunggu apa yang akan dilakukan olehnya setelah ia membeberkan hal tadi pada perempuan tersebut. Tante Mila hanya mematung seperti orang bodoh. Wajah Tante Mila terlihat pucat. Tanpa berpikir panjang, perempuan itu segera ke ruang rawat inap suaminya dan langsung ingin mengajak sang anak untuk bicara.Tante Mila meminta Moreno yang sedang memperbaiki selang infus ayahnya agar laki-laki itu mengikutinya keluar. Melihat aura ibunya seperti orang yang sedang marah, Moreno mau tidak mau mengikuti meskipun hatinya bertanya-tanya."Reno, katakan sebenarnya ada apa, apakah pernikahan kamu dengan Mitha itu sebuah pernikahan palsu?"Mendengar apa yang diucapkan oleh sang ibu, wajah Moreno berubah. Ia terkejut karena ibunya tiba-tiba tahu tentang hal i