"Karena itu menjadi sebuah penyemangat untuk ayah kamu, Moreno. Aku pernah melakukannya, tapi beliau seperti tidak punya semangat hidup, kau tahu imbasnya apa jika seseorang yang sedang sakit, tidak memiliki semangat hidup?" kata Dokter Ahmad berujung pertanyaan."Dia harus istirahat total, kan, lu tahu sendiri itu dengan jelas.""Maka, berikan bukti pada ayahmu bahwa kau benar-benar bisa diandalkan olehnya."Moreno terdiam mendengar ultimatum yang diberikan oleh sang dokter. Sampai akhirnya, pembicaraan diakhiri dan Ahmad masih memberikan pesan pada Moreno untuk tidak lagi aktif balapan agar apa yang ia lakukan tidak dikaitkan dengan bisnis hingga bisa membuat perusahaan menjadi kena imbasnya.Moreno keluar dari ruangan dokter tersebut, dan di luar ia dihentikan oleh perempuan bercadar yang tadi dikatakan sang dokter adalah istrinya."Ada apa?" tanya Moreno sambil mundur untuk menjaga jarak pada perempuan bercadar tersebut. "Maaf, saya cuma ingin mengatakan sesuatu untuk masalah tem
"Ada apa? Apakah ucapanku ini salah?" tanya Ahmad yang membuat Moreno langsung tergagap."Enggak, enggak ada yang salah, lu benar.""Ada apa? Ada yang bisa aku bantu?""Enggak ada."Moreno yang merasa semakin sulit untuk tidak gugup di hadapan Ahmad bangkit dari tempat duduknya dan mengatakan pada Ahmad bahwa ia akan ke toilet. Tetapi, Ahmad yang tahu itu hanya alasan yang dibuat-buat oleh Moreno ikut bangkit pula dan melipat kedua tangannya di dada seolah ingin mengintrogasi Moreno sampai tuntas."Apa istrimu itu, Mitha, Reno?" tanyanya pada Moreno, hingga Moreno merasa perasaannya jadi tidak nyaman seketika."Kenapa tidak menjawab?" desak Ahmad, dan Moreno mengusap wajahnya dengan kasar, berusaha agar ia tidak terlihat gugup di hadapan dokter tersebut."Namanya memang Mitha, tapi lu enggak usah berpikir bahwa Mitha istri gue itu Mitha mantan lu.""Kenapa kamu langsung berpikir seperti itu? Memangnya nama Mitha hanya satu orang saja yang memakai?""Ya. Kali aja lu ngerasa gue ngawini
Perkataan panjang pria yang mengaku suami Mitha itu membuat Tante Mila mengerutkan keningnya.Ia benar-benar tidak paham dengan apa yang sudah diucapkan oleh pria tersebut hingga saat pria itu pergi setelah mengatakan pada Tante Mila bahwa ia menunggu apa yang akan dilakukan olehnya setelah ia membeberkan hal tadi pada perempuan tersebut. Tante Mila hanya mematung seperti orang bodoh. Wajah Tante Mila terlihat pucat. Tanpa berpikir panjang, perempuan itu segera ke ruang rawat inap suaminya dan langsung ingin mengajak sang anak untuk bicara.Tante Mila meminta Moreno yang sedang memperbaiki selang infus ayahnya agar laki-laki itu mengikutinya keluar. Melihat aura ibunya seperti orang yang sedang marah, Moreno mau tidak mau mengikuti meskipun hatinya bertanya-tanya."Reno, katakan sebenarnya ada apa, apakah pernikahan kamu dengan Mitha itu sebuah pernikahan palsu?"Mendengar apa yang diucapkan oleh sang ibu, wajah Moreno berubah. Ia terkejut karena ibunya tiba-tiba tahu tentang hal i
Apa yang dikatakan oleh sang istri membuat Ahmad terdiam. Perkataan istrinya membuat Ahmad untuk sesaat tidak bisa berkata-kata. Ia bingung ingin bicara seperti apa, sebab, khawatir akan semakin membuat sang istri jadi tersinggung."Sabrina, aku tidak mau membahas masalah ini sekarang, karena aku khawatir jika membahas, akan membuat sesuatu yang seharusnya tidak menjadi salah paham, jadi salah paham.""Kenapa kamu enggak menjawab pertanyaan aku tadi? Kamu melakukan hal itu karena kamu ingin menenangkan aku aja, kan? Bukan cinta?" Pertanyaan yang sama diucapkan oleh Sabrina, karena Ahmad tidak menjawab pertanyaan tersebut hingga perempuan itu jadi penasaran. "Aku sayang sama kamu, karena kamu istri yang baik, dan Solehah.""Sayang belum berarti kamu cinta.""Sabrina, ayolah, aku harus berangkat sekarang, kamu jangan bikin situasi menjadi tidak nyaman karena kita membahas hal yang tidak tepat waktunya, yang jelas aku bersyukur memiliki istri seperti kamu, untuk saat ini hanya itu yang
"Ya. Mitha itu adalah mantannya yang dulu, sekarang mereka menikah karena Moreno mengatakan bahwa perempuan itu sudah bercerai dengan suaminya yang pertama, tapi ternyata tidak sama sekali."Pak Marvel bercerita sembari menahan perasaannya yang membuncah. Tetapi, Ahmad masih berpikir bahwa perempuan yang bernama Mitha itu bukan Mitha yang pernah bersamanya dahulu, hanya saja, kata-kata Pak Marvel yang mengatakan bahwa Mitha yang menjadi istri Moreno itu adalah Mitha mantan Moreno membuat Ahmad jadi penasaran, sebab, ia tahu Mitha yang ia kenal memang pernah bersama dengan Moreno di masalalu dan ia sangat tahu kisah mereka sangat jelas."Apakah Mitha yang Bapak maksud itu pacar Moreno yang dulu, yang pernah meninggalkan Moreno karena ia tidak tahan dengan sifat Moreno yang saat itu banyak berbohong?""Benar. Dia orangnya."Astaga, apakah ini benar? Moreno dan Mitha menikah? Apa yang sebenarnya terjadi? Aku benar-benar tidak tahu tentang hal ini.....Hati Ahmad bicara demikian setelah P
Mendengar apa yang diucapkan oleh ibunya, Moreno segera keluar dari ruangan rawat inap sang ayah dan bergegas untuk mencari sang ayah namun, ia mengurungkan niatnya ketika melihat Dokter Ahmad mendorong ayahnya yang sedang duduk di kursi roda. Buru-buru ia menghampiri."Pi, darimana saja?" tanyanya begitu dekat dengan sang ayah."Ada apa? Kenapa wajahmu begitu pucat?" Bukannya menjawab pertanyaan Moreno, sang ayah justru balik bertanya."Tadi ada orang asing yang masuk ke ruang Papi, aku tidak melihat, tapi mami yang melihat."Dokter Ahmad segera menghubungi petugas keamanan rumah sakit dan meminta mereka memeriksa seluruh penjuru rumah sakit agar mereka tahu siapa orang yang sudah menyelinap masuk ke ruang ayah Moreno saat mendengar keterangan Moreno. Sementara itu Moreno mendorong kursi roda di mana ayahnya duduk ke dalam ruangan rawat inap sang ayah.Sesampainya di dalam, istrinya buru-buru mendekati."Papi darimana? Mami tadi melihat orang asing masuk ke ruang ini dan mencari P
"Gue bilang, gue punya alasan sendiri dan lu enggak perlu tau alasan gue yang sebenarnya! Lu enggak berhak ikut campur, karena lu cuma mantan dia! Inget, bini lu udah ngasih kode sama gue, jadi lu jangan bertindak berlebihan, Ahmad! Obati aja bokap gue, enggak perlu ikut campur urusan gue!"Moreno menghardik, hingga Ahmad benar-benar berusaha untuk menahan diri untuk tidak marah."Berapa biaya pengobatan yang kau keluarkan untuk Mitha? Sakit apa dia sebenarnya? Penyakit lamanya kambuh?""Lu enggak ngerti ucapan gue tadi? Enggak perlu ikut campur, Ahmad! Gue bisa menyelesaikan masalah gue dengan Mitha!"Moreno berbalik, dan segera ingin beranjak meninggalkan Ahmad, tapi langkahnya terhenti ketika suara Ahmad kembali terdengar. "Ayahmu sekarat, Reno. Apakah kau pikir hal yang sudah kau lakukan ini membuat dia bisa sembuh? Kau tahu bukan? Orang yang sakit itu pikirannya tidak boleh tertekan, jika tertekan, penyakitnya akan semakin kambuh dengan parah, kau tahu itu, bukan?"Moreno membal
"Ya!""Mana surat wasiatnya?""Maaf, aku tidak bisa memperlihatkannya padamu.""Apa? Lu enggak mau memperlihatkan pada gue? Kenapa? Gue anaknya, gue berhak tau apa yang diperlihatkan bokap gue sama lu!""Ya, aku tahu, tapi kau harus berjanji satu hal, kau pertimbangkan apa yang kukatakan tadi padamu.""Jangan membuat gue kesel, Mad! Gue bilang berikan surat wasiat itu, gue berhak tau karena gue anaknya!"Nada suara Moreno yang meninggi membuat Ahmad menyilangkan jari telunjuknya ke bibirnya agar Moreno bisa menahan diri untuk tidak seenaknya meninggikan suara lantaran sekarang mereka di rumah sakit dan waktu sudah sedikit larut.Moreno yang melihat isyarat yang diberikan oleh Ahmad memilih masa bodoh, sebab, ia sudah terlanjur penasaran wasiat apa yang dimaksud Ahmad dan untuk apa ayahnya justru memberitahukan wasiat pada Ahmad sementara pada dirinya yang notabene anaknya sendiri tidak diberitahukan?"Moreno, tolonglah, kau harus berpikir jernih untuk menyikapi masalah ini, kau tidak