Moreno menarik napas panjang mendengar apa yang dipertanyakan oleh sang ibu. Hatinya bimbang antara mengatakan atau tidak apa yang sudah diketahuinya tentang keadaan sang ayah, dan rasanya ia sekarang kalut jika menyembunyikannya apakah ia bisa menghadapi dan mengatasinya sendirian?"Reno, kenapa kamu diam saja? Katakan pada Mami, apa yang sebenarnya terjadi? Kamu sepertinya tahu sesuatu, benar tidak?"Suara sang ibu kembali terdengar dan ini membuat Moreno tergagap. Dan pemuda itu menarik napas panjang."Penyakit papi semakin parah, Mi, dan papi merasa tidak ada gunanya untuk meneruskan pengobatan di sini, dia mau dia kembali ke Samarinda, kembali ke rumah, apa yang harus kita lakukan?" Pasrah dengan reaksi ibunya seperti apa ketika ia mengatakan tentang situasi sang ayah, Moreno mengucapkan kata-kata itu pada ibunya dengan nada suara yang terdengar perlahan tapi cukup seperti petir menyambar di telinga bagi sang ibu."Apa maksudmu? Kau tahu darimana tentang kondisi ayahmu? Apakah,
"Aku akan mencoba membicarakannya dengan Pak Marvel nanti."Sabrina menarik napas. Perlahan, diraihnya tangan Ahmad dan dibimbing untuk bangkit dari tempat duduk tersebut lalu diajaknya sang suami ke lantai atas untuk ke kamar mereka karena hari sudah lebih dari tengah malam. Ahmad menurut saja dengan apa yang dilakukan oleh sang istri. Pikirannya yang kusut membuat ia tidak konsentrasi untuk melakukan apapun hingga saat Sabrina mengajaknya ke kamar ia patuh saja."Apakah aku boleh menghubungi Mitha?" tanya Ahmad dan pertanyaannya itu membuat Sabrina menghentikan gerakannya."Kenapa tiba-tiba kamu minta izin untuk menghubungi dia?" "Enggak papa, karena ini jam tidak biasa, aku khawatir kamu keberatan.""Memangnya dia enggak tidur?""Biasanya dia bangun untuk shalat malam.""Kalau dia haid?""Oh, benar juga."Ahmad mengurungkan niatnya saat sadar kemungkinan Mitha berhalangan hingga tidak mungkin perempuan itu shalat malam, dan pastinya jika ia menghubungi akan membuat wanita itu ter
Karena panggilannya tidak dijawab oleh Moreno, Mitha akhirnya menulis pesan dengan penuh perasaan yang geram.[Reno, kamu enggak mau angkat telpon aku?]Moreno langsung membaca pesan Mitha. Ia mengetik pesan balasan.[Video call, aku baru mau menerima]"CK! Reno ini keterlaluan, dia sengaja mempermainkan aku, sampai minta ini itu segala!" gerutu Mitha setelah membaca pesan dari Moreno. [Tidak mau menghubungi pakai video call? Aku yang melakukannya, dan kamu harus angkat!]Pesan Moreno masuk lagi, dan Mitha makin menggerutu tapi ia butuh bicara dengan Moreno, karena Moreno justru tidak mau meladeni pesan dan telpon darinya, terpaksa Mitha mengalah. Moreno tersenyum ketika ia menghubungi wanita itu memakai video call, Mitha menerima dan sejujurnya Mitha paling tidak suka melakukan panggilan dengan video jika tidak benar-benar penting.{Aku kangen sama kamu}Moreno langsung mengucapkan kata-kata itu sambil melangkah keluar ruang rawat inap ayahnya, tidak mau ayah atau ibunya mendengar
"Jangan. Jangan menyulitkan dirimu sendiri. Aku masih bisa mengatasinya, enggak papa.""Mau sampai kapan? Setiap kamu seperti ini, aku selalu merasa kesakitan, kita ini kembar, apapun yang kamu rasakan, aku juga akan merasakannya, selama kamu bersama dengan si tengil itu, aku sering merasa sakit, dia memang harus diberikan pelajaran!!"Miko masih terlihat marah padahal wujudnya sendiri samar pertanda ia sedang tidak punya kekuatan penuh tapi memaksa untuk datang."Miko, perhatikan keadaan kamu sendiri, lihat badan kamu, samar dan tidak terlihat kuat, kamu kembali aja, aku enggak papa kok, aku akan menyelesaikan semuanya.""Menyelesaikan? Kamu bisa melepaskan diri dari jeratan si tengil itu?""Insya Allah.""Lakukan dengan benar, kalau tidak, kamu juga akan membuat aku tersiksa, kamu paham itu, kan?"Mitha hanya mengangguk mendengar nasihat yang diberikan oleh Miko, sampai akhirnya, kakak kembarnya itu pergi meninggalkan Mitha yang masih merasa kesal dengan apa yang dikatakan oleh More
"Apa?" Mitha sangat terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh ayah Moreno. Ia tidak menyangka pria itu justru membahas masalah tersebut, bukan membahas yang sudah ia perkirakan sebelumnya. Pak Marvel bukannya sudah tahu apa yang aku lakukan dengan Moreno? Kenapa dia bicara seperti itu? Apa sebenarnya maksudnya?Hati Mitha bicara, dan ini membuat perempuan itu gelisah. Ia tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh Pak Marvel, yang jelas di dalam hati Mitha mulai khawatir."Bagaimana? Apakah kau bersedia?" Suara Pak Moreno membuyarkan lamunan Mitha dan wanita itu tergagap."Pak, maaf sebelumnya, saya -"Pintu ruangan terbuka, kalimat Mitha terhenti. Moreno masuk ke dalam ruangan dan duduk bergabung di antara ayah dan juga Mitha."Kenapa kamu masuk? Papi belum selesai bicara dengan Mitha."Pak Marvel melontarkan perkataan itu pada Moreno dengan nada suara yang datar. "Pi, aku suami Mitha, bukankah wajar aku mendampingi istriku bicara di hadapan Papi?"Mendengar apa yang diucapkan
Mitha membeku di tempatnya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh kakek Moreno.Melakukan penebusan dosa? Kalimat itu membuat ia jadi tidak bisa berkata-kata lagi. Kakek Moreno yang ia pikir adalah orang satu-satunya yang bisa ia harapkan untuk mendukung apa yang diinginkannya ternyata kini juga memiliki pemikiran yang sama dengan Moreno, itu membuat Mitha sekarang seperti dihempaskan ke jurang yang dalam.Sementara itu, kakek Moreno melangkah meninggalkan mereka setelah tadi bicara seperti itu pada Mitha. Ketika orang tua tersebut sudah pergi, Mitha menyandarkan tubuhnya ke tembok, dan Moreno tahu Mitha sekarang sangat terpukul. "Maaf, aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk masalah ini, kalau kakekku saja sampai bicara seperti itu padamu, itu artinya situasi sedang rumit, aku harap kamu tidak menambah kerumitan itu dengan bantahan bantahan kamu, patuh saja dulu, sampai kita tahu apa yang sebenarnya direncanakan ayahku."Suara Moreno terdengar, dan Mitha menarik napas panjang mendeng
"Keterlaluan kamu!!" Mendengar apa yang diucapkan oleh Tante Mila, Mitha sudah mengerti mengapa perempuan itu melakukan hal tadi padanya. Mitha berusaha untuk berdiri dengan benar ketika tadi nyaris tersungkur akibat apa yang dilakukan oleh Tante Mila padanya."Maaf, bisa katakan padaku, ada apa? Kenapa Mama begitu marah?" tanya Mitha bertubi-tubi. Meskipun ia sepertinya bisa menebak apa yang dipikirkan oleh Tante Mila sampai terlihat marah seperti itu padanya, tapi Mitha ingin mendengar langsung dari mulut Tante Mila agar ia bisa yakin, memang masalah itu yang membuat ibunya Moreno tersebut semarah sekarang. "Masih pura-pura tidak tahu? Yang benar saja! Kamu memanfaatkan anakku untuk bisa berobat, kan? Astaga Mitha, aku dulu sangat menyukaimu, aku mengira tidak semua orang miskin itu suka memanfaatkan orang kaya, tapi ternyata, semua sama saja!""Maafkan aku, Ma....""Jangan panggil aku Mama! Aku tidak sudi menjadi mertua perempuan rubah seperti kamu!"Mitha tertunduk dalam. Hatin
Banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan oleh Moreno hingga Adam bingung ingin menjawab yang mana dahulu."Kenapa diam? Cepatlah jawab, apa yang lu ketahui tentang mereka? Dan kenapa bisa lu tahu soal itu?"Suara Moreno terdengar membuyarkan lamunan Adam yang bingung akan menjawab apa atas pertanyaan yang bertubi-tubi dilontarkan oleh Moreno.Adam menarik napas. Mencoba mengatur kata untuk membuat kalimat agar ia tidak salah bicara di hadapan Moreno yang terlihat tidak sabar untuk mendengar jawaban yang diberikan olehnya. Akhirnya, sedikit demi sedikit mengalirlah cerita dari Adam hingga alasan mengapa ia tahu sedikit apa yang sebenarnya terjadi dengan Moreno. Moreno terdiam sejenak setelah mendengar cerita Adam, sampai kemudian...."Jadi sekarang rider setan itu bergabung dengan si pemotor misterius itu untuk melawan gue?""Sepertinya begitu.""Sepertinya? Kenapa lu aja nggak yakin dengan dugaan lu sendiri?""Aku masih dalam tahap menyelidiki, belum sepenuhnya yakin karena memang b