Karena panggilannya tidak dijawab oleh Moreno, Mitha akhirnya menulis pesan dengan penuh perasaan yang geram.[Reno, kamu enggak mau angkat telpon aku?]Moreno langsung membaca pesan Mitha. Ia mengetik pesan balasan.[Video call, aku baru mau menerima]"CK! Reno ini keterlaluan, dia sengaja mempermainkan aku, sampai minta ini itu segala!" gerutu Mitha setelah membaca pesan dari Moreno. [Tidak mau menghubungi pakai video call? Aku yang melakukannya, dan kamu harus angkat!]Pesan Moreno masuk lagi, dan Mitha makin menggerutu tapi ia butuh bicara dengan Moreno, karena Moreno justru tidak mau meladeni pesan dan telpon darinya, terpaksa Mitha mengalah. Moreno tersenyum ketika ia menghubungi wanita itu memakai video call, Mitha menerima dan sejujurnya Mitha paling tidak suka melakukan panggilan dengan video jika tidak benar-benar penting.{Aku kangen sama kamu}Moreno langsung mengucapkan kata-kata itu sambil melangkah keluar ruang rawat inap ayahnya, tidak mau ayah atau ibunya mendengar
"Jangan. Jangan menyulitkan dirimu sendiri. Aku masih bisa mengatasinya, enggak papa.""Mau sampai kapan? Setiap kamu seperti ini, aku selalu merasa kesakitan, kita ini kembar, apapun yang kamu rasakan, aku juga akan merasakannya, selama kamu bersama dengan si tengil itu, aku sering merasa sakit, dia memang harus diberikan pelajaran!!"Miko masih terlihat marah padahal wujudnya sendiri samar pertanda ia sedang tidak punya kekuatan penuh tapi memaksa untuk datang."Miko, perhatikan keadaan kamu sendiri, lihat badan kamu, samar dan tidak terlihat kuat, kamu kembali aja, aku enggak papa kok, aku akan menyelesaikan semuanya.""Menyelesaikan? Kamu bisa melepaskan diri dari jeratan si tengil itu?""Insya Allah.""Lakukan dengan benar, kalau tidak, kamu juga akan membuat aku tersiksa, kamu paham itu, kan?"Mitha hanya mengangguk mendengar nasihat yang diberikan oleh Miko, sampai akhirnya, kakak kembarnya itu pergi meninggalkan Mitha yang masih merasa kesal dengan apa yang dikatakan oleh More
"Apa?" Mitha sangat terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh ayah Moreno. Ia tidak menyangka pria itu justru membahas masalah tersebut, bukan membahas yang sudah ia perkirakan sebelumnya. Pak Marvel bukannya sudah tahu apa yang aku lakukan dengan Moreno? Kenapa dia bicara seperti itu? Apa sebenarnya maksudnya?Hati Mitha bicara, dan ini membuat perempuan itu gelisah. Ia tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh Pak Marvel, yang jelas di dalam hati Mitha mulai khawatir."Bagaimana? Apakah kau bersedia?" Suara Pak Moreno membuyarkan lamunan Mitha dan wanita itu tergagap."Pak, maaf sebelumnya, saya -"Pintu ruangan terbuka, kalimat Mitha terhenti. Moreno masuk ke dalam ruangan dan duduk bergabung di antara ayah dan juga Mitha."Kenapa kamu masuk? Papi belum selesai bicara dengan Mitha."Pak Marvel melontarkan perkataan itu pada Moreno dengan nada suara yang datar. "Pi, aku suami Mitha, bukankah wajar aku mendampingi istriku bicara di hadapan Papi?"Mendengar apa yang diucapkan
Mitha membeku di tempatnya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh kakek Moreno.Melakukan penebusan dosa? Kalimat itu membuat ia jadi tidak bisa berkata-kata lagi. Kakek Moreno yang ia pikir adalah orang satu-satunya yang bisa ia harapkan untuk mendukung apa yang diinginkannya ternyata kini juga memiliki pemikiran yang sama dengan Moreno, itu membuat Mitha sekarang seperti dihempaskan ke jurang yang dalam.Sementara itu, kakek Moreno melangkah meninggalkan mereka setelah tadi bicara seperti itu pada Mitha. Ketika orang tua tersebut sudah pergi, Mitha menyandarkan tubuhnya ke tembok, dan Moreno tahu Mitha sekarang sangat terpukul. "Maaf, aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk masalah ini, kalau kakekku saja sampai bicara seperti itu padamu, itu artinya situasi sedang rumit, aku harap kamu tidak menambah kerumitan itu dengan bantahan bantahan kamu, patuh saja dulu, sampai kita tahu apa yang sebenarnya direncanakan ayahku."Suara Moreno terdengar, dan Mitha menarik napas panjang mendeng
"Keterlaluan kamu!!" Mendengar apa yang diucapkan oleh Tante Mila, Mitha sudah mengerti mengapa perempuan itu melakukan hal tadi padanya. Mitha berusaha untuk berdiri dengan benar ketika tadi nyaris tersungkur akibat apa yang dilakukan oleh Tante Mila padanya."Maaf, bisa katakan padaku, ada apa? Kenapa Mama begitu marah?" tanya Mitha bertubi-tubi. Meskipun ia sepertinya bisa menebak apa yang dipikirkan oleh Tante Mila sampai terlihat marah seperti itu padanya, tapi Mitha ingin mendengar langsung dari mulut Tante Mila agar ia bisa yakin, memang masalah itu yang membuat ibunya Moreno tersebut semarah sekarang. "Masih pura-pura tidak tahu? Yang benar saja! Kamu memanfaatkan anakku untuk bisa berobat, kan? Astaga Mitha, aku dulu sangat menyukaimu, aku mengira tidak semua orang miskin itu suka memanfaatkan orang kaya, tapi ternyata, semua sama saja!""Maafkan aku, Ma....""Jangan panggil aku Mama! Aku tidak sudi menjadi mertua perempuan rubah seperti kamu!"Mitha tertunduk dalam. Hatin
Banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan oleh Moreno hingga Adam bingung ingin menjawab yang mana dahulu."Kenapa diam? Cepatlah jawab, apa yang lu ketahui tentang mereka? Dan kenapa bisa lu tahu soal itu?"Suara Moreno terdengar membuyarkan lamunan Adam yang bingung akan menjawab apa atas pertanyaan yang bertubi-tubi dilontarkan oleh Moreno.Adam menarik napas. Mencoba mengatur kata untuk membuat kalimat agar ia tidak salah bicara di hadapan Moreno yang terlihat tidak sabar untuk mendengar jawaban yang diberikan olehnya. Akhirnya, sedikit demi sedikit mengalirlah cerita dari Adam hingga alasan mengapa ia tahu sedikit apa yang sebenarnya terjadi dengan Moreno. Moreno terdiam sejenak setelah mendengar cerita Adam, sampai kemudian...."Jadi sekarang rider setan itu bergabung dengan si pemotor misterius itu untuk melawan gue?""Sepertinya begitu.""Sepertinya? Kenapa lu aja nggak yakin dengan dugaan lu sendiri?""Aku masih dalam tahap menyelidiki, belum sepenuhnya yakin karena memang b
Moreno terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Danu padanya. Danu yang melihat keterdiaman Moreno menarik napas panjang."Tuan, saya tahu Tuan pasti tidak akan suka melihat Nona Mitha menangis karena Tuan. Benar, kan?""Memangnya lu ngeliat dia nangis?""Beberapa kali.""Terus lu yakin dia nangis gara-gara gue?""Ya, karena saya mendengar apa yang diucapkannya pada dirinya sendiri saat mengeluarkan air mata.""Tapi gue itu membantu dia, Danu. Kalau dia enggak gue bantu, lu pikir dia akan bisa bertahan sampai sekarang?""Statusnya yang sudah menjadi istri orang itulah yang membuat dia merasa sedih dengan situasi yang Tuan ciptakan, jadi mungkin Tuan pikirkan hal ini sekali lagi.""Sudahlah, lu fokus dengan apa yang kita selidiki saja, bokap gue juga ada di sini, dan kita tidak bisa bertindak lambat untuk membongkar semua rahasia yang belum terpecahkan!"Danu tidak bisa bicara apapun lagi saat Moreno menutup pembicaraan seperti itu. Mau tidak mau ia diam meskipun masih banyak kalimat
{Kamu minta uang lagi?} Pak Salim terlihat kesal saat mengucapkan kata-kata itu pada sang penelepon yang menghubunginya.{Benar, Tuan. Karena ini sangat beresiko, jadi saya minta bayaran tambahan}{Apakah tidak bisa kamu melakukan dulu baru pembayaran menyusul?}{Tidak bisa, Tuan. Saya harus dibayar dimuka dulu baru kemudian saya bekerja}{CK! Kamu ini, baiklah, nanti aku kirim, kau harus memastikan pekerjaan berjalan lancar jangan hanya meminta bayaran lebih tapi pekerjaan saja tidak beres}Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Pak Salim menutup telpon. Meskipun kesal karena ia diminta untuk membayar tambahan, tapi karena ia sedang butuh rencana itu diteruskan, mantan bos Maira tersebut akhirnya mengiyakan saja meskipun ia mengomel karena situasi perusahaan juga harus membuat ia berhemat itu sebabnya mengeluarkan uang bukan hal yang mudah bagi Pak Salim apalagi dalam jumlah yang banyak.***"Bu, bagaimana kabarnya?" Maira perlahan duduk di hadapan Viona ketika perempuan itu memi