Maira terpaksa patuh dengan perintah sang bos dan beranjak ke depan lalu duduk sejajar dengan bosnya di mobil tersebut.Rasanya benar-benar canggung, tapi, Maira berusaha untuk mengatasi perasaan itu karena tidak mau membuat kecurigaan sang bos makin menjadi-jadi."Maaf, Pak. Untuk apa yang Bapak lihat tadi."Karena Pak Salim tidak kunjung bicara meskipun mobil sudah melaju di atas jalan raya yang padat kendaraan, akhirnya, Maira yang berinisiatif bicara lebih dulu.Mendengar permintaan maaf Maira, Pak Salim menarik napas. Bagaimana caranya ia meluahkan perasaan kesalnya ketika ia melihat Maira di atas tubuh Moreno tadi?Mereka sudah menikah, bukankah wajar melakukan apa saja hingga terlihat mesra? Begitu hati Pak Salim terus menerus, sampai ia terdiam untuk beberapa saat lamanya agar mampu mengatasi perasaannya."Sikap suami kamu itu, apakah selalu seperti itu?"Akhirnya, sebuah kalimat keluar dari mulut Pak Salim, dan Maira sudah menebak, pasti itu yang akan dibahas bosnya."Kami me
"Kau tidak boleh hamil! Aku sudah bilang kau tidak boleh hamil, kan?""Kalau aku hamil, bagaimana? Kamu enggak mau tanggung jawab?""Kalau kamu hamil itu berarti, anak itu bukan anakku!""Aku hanya melakukannya dengan kamu, Dafa!""Tapi aku selalu memakai pengaman saat kita berhubungan, Rani, kau juga aku minta meminum pil KB, jadi kalau kamu hamil, itu tanggung jawab kamu, bukan aku!"Telapak tangan Rani mengepal mendengar ucapan Dafa yang diucapkan pria itu dengan nada suara yang meninggi. Sebenarnya, ia ingin mendebat, tapi karena Rani khawatir akan membuat Dafa semakin marah padanya, wanita itu akhirnya mengurungkan niatnya. Ia berpikir sejenak, topik apa yang harus ia bahas agar Dafa tidak semakin marah padanya? Rani tidak mau Dafa memutuskan hubungan mereka karena Dafa adalah ATM berjalan baginya. Selain itu, tidak pernah Rani merasa sangat menyukai seorang pria seperti rasa sukanya pada Dafa. Biasanya, Rani hanya fokus dengan uang yang dimiliki pria itu saja, tidak memakai per
"Apa? Kamu becanda?" pekik Rani, tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Dafa. "Apa kau pikir, aku seperti bercanda?""Tapi, Dafa, ini tuh keterlaluan, kamu minta aku menggoda suami Maira, pria berandalan seperti itu bukan tipeku, aku-""Dia putra pewaris, kau tahu Marvel Marcellino Maurer?""Suami Maira anak Pak Marvel?""Ya.""Moreno?""Siapa lagi?""Apa benar dia anak Pak Marvel?""Aku ini pebisnis, Rani. Aku tahu pengusaha yang ada di kota ini, meskipun bukan rekan bisnis tapi aku tahu.""Baiklah, baik. Aku percaya, tapi aku tidak percaya kamu memberikan tugas seperti itu padaku, ini aneh, Dafa, kamu enggak cemburu aku menggoda pria lain?""Kau berharap aku cemburu?""Aku mencintaimu, apakah -""Kamu mau atau tidak?" potong Dafa dengan tatapan mata serius.Laki-laki ini memang benar-benar nyebelin, dia minta aku menggoda suami Maira? Malas banget aku, mending bos Maira, ganteng dan kaya, kalau suami Maira itu kan berandalan? Kalaupun dia pewaris, pasti juga dia enggak dijadi
"Apa? Selingkuhan, Salim?"Pak Marvel tidak bisa menahan rasa terkejutnya ketika asistennya memberikan informasi tersebut padanya. "Iya, masih saya selidiki terus, Tuan, semoga saja itu tidak benar.""Kau selidiki masalah itu, jika isu itu benar, aku tidak akan merestui pernikahan mereka, dan Moreno harus bercerai dengan perempuan itu!""Baik, Tuan!"Danu langsung pamit dari hadapan Pak Marvel setelah Pak Marvel mengatakan bahwa pembicaraan mereka sudah selesai.Sepeninggal Danu, Pak Marvel langsung meraih ponselnya dan laki-laki tersebut segera menghubungi seseorang dengan wajah yang terlihat tidak nyaman sekali untuk dilihat. ***"Ngapain lu ke sini?" tanya Kenzie ketika ia membuka pintu rumahnya ternyata yang sejak tadi menekan bel adalah Moreno."Gue pinjem motor!" Tanpa basa-basi, Moreno langsung mengatakan niatnya pada Kenzie, seorang pembalap profesional yang sekarang tidak lagi melakukan aktivitas itu lantaran tidak mendapatkan restu dari orang tuanya. Namun, karena balapan
Mau tidak mau, Moreno menghentikan langkahnya, dan berbalik untuk tahu siapa pemilik suara centil yang berani menyebut namanya, dan tahu tentang pernikahan kontraknya pula dengan Maira.Seorang wanita seksi dengan full makeup, menatap Moreno ketika wanita itu selesai menyandarkan motornya dengan benar di bahu jalan.Merasa tidak kenal, Moreno memilih acuh. Sekarang, moodnya sedang tidak baik, ia tidak peduli dengan apapun di sekitarnya, hingga pemuda itu berbalik kembali dan melangkah seolah tidak melihat siapapun.Wanita seksi yang tidak lain adalah Rani itu segera mengejar Moreno setelah meletakkan helm yang ia pakai di motor matic yang dipakainya. Demi memudahkan tugasnya mendekati Moreno, Rani difasilitasi oleh Dafa sebuah motor milik pria itu sehingga Rani tidak perlu memakai angkot untuk ke sana kemari dalam melakukan misinya."Apa, sih? Macam lalat aja ngikutin gue, gue bukan tai!!" ketus Moreno, sambil menyingkirkan Rani dengan tangannya karena Rani menghalangi jalannya, seper
Setelah berteriak, Dafa masuk ke mobilnya kembali, tidak mau Rani mendekatinya karena perempuan itu sangat kotor menurutnya. Mendengar apa yang dikatakan oleh Dafa, Rani buru-buru mengusap wajahnya, dan jarinya mendapatkan sesuatu yang dirasakannya tidak beres.Ketika Rani mencium jarinya yang terkena sesuatu tersebut, perempuan itu langsung shock. Bau itu sangat familiar! Apa yang dikatakan oleh Dafa benar, wajahnya terkena kotoran kucing. "Kucing kurang ajar siapa yang buang air di semak berbungaaaaaa!!!!"Teriakan Rani membuat burung-burung merpati beterbangan karena ketakutan. Beberapa orang hanya geleng-geleng kepala melihat wanita itu. Mereka mengira Rani gila. Sampai tidak ada yang berani mendekat, bertanya apalagi memberikan pertolongan!***Pulang kerja, Maira tidak menemukan Moreno di manapun. Rumah barunya kosong. Maira tidak tahu suami kontraknya itu ke mana, ketika ia mengirim pesan pada pemuda tersebut, pesannya hanya dibaca tidak dibalas oleh Moreno membuat Maira seba
"Lu datang ke sini cuma mau bahas gituan sama gue?" tanya Moreno merasa sebal dengan sikap Dafa yang seperti menyelidiki kebenaran pernikahan antara ia dan Maira."Aku hanya tidak percaya, Maira menikah ketika ia justru sedang patah hati, kami itu baru putus, tidak mungkin Maira bisa secepat itu move on!"Moreno tersenyum sinis ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Dafa."Lu pede banget dibucinin Maira? Lu itu udah selingkuh, kalo orang selingkuh itu ya, udah gampang dimasukan tong sampah! Ngapain heran Maira langsung cinta sama gue!""Aku tidak selingkuh! Aku hanya ingin memberikan sedikit sensasi dalam hubungan aku dan Maira yang hambar! Aku ingin tahu, Maira cemburu tidak kalau aku melakukan hal itu padanya!""Sekarang, lu udah puas dengan hasil dari permainan murahan lu? Maira enggak minat lagi sama pria yang mudah disentuh wanita lain, jadi pergi lu dari sini!""Kau benar-benar ingin mencari masalah dengan aku, ya? Baik, aku pastikan, kamu akan menyesal nantinya!"Setelah meng
Perasaan Maira menjadi tidak tenang. Apa yang dilakukan Dafa di ruangan Pak Salim? Sejak kapan Pak Salim berinteraksi dengan Dafa? Apakah mereka melakukan kerjasama?Banyak sekali pertanyaan yang ada di otak Maira, dan ia tidak tahu bagaimana mencari jawabannya. Jika ia masuk ke dalam ruangan bos-nya, apa tidak berlebihan?Maira segera menghubungi Moreno, karena ia bingung, kepada siapa lagi ia mengadukan perasaan gelisahnya sekarang. Namun, panggilan Maira tidak ditanggapi oleh Moreno, Maira tidak tahu, apakah Moreno kembali tidur atau sedang sibuk, yang jelas saat situasi tegang seperti sekarang, tapi Moreno tidak menanggapi panggilannya, rasanya Maira ingin sekali mencekik leher pemuda itu karena terlalu kesal.Di waktu yang sama, Dafa yang sudah duduk di sofa yang ada di ruang kerja milik Pak Salim langsung membuka percakapan."Sebelumnya, terima kasih, Anda mau menerima kedatangan saya di kantor Anda, meskipun kita tidak terlibat sebuah kerjasama."Mantan tunangan Maira itu bic