Pertanyaan yang dilontarkan oleh sang bos membuat wajah Maira pucat. Namun, karena tidak mau bos-nya curiga, Maira berusaha untuk menekan perasaan terkejutnya dengan cara mempersilakan bosnya tersebut untuk masuk.Setelah mempersilakan Pak Salim masuk dan duduk, Maira bergegas ke dalam lalu menghampiri Moreno yang bersiap ingin mendampratnya ketika melihat sang istri kontrak kembali ke dapur. Namun, Maira lekas meletakkan telunjuknya di bibir meminta Moreno tidak melanjutkan omelan -omelannya karena di depan ada bos-nya.Mendengar apa yang diucapkan oleh Maira, Moreno mencibir. "Jorok lu! Ambil nasi berhamburan!" makinya tapi volume suaranya ia turunkan tidak lagi meninggi seperti tadi. "Duuuh, itu tadi aku kaget gara-gara kamu ngomong sembarangan! Maaf ya, nanti aku bereskan deh!""Sekarang! Jangan nanti! Nasi itu! Katanya lu miskin tapi lu enggak menghargai nasi!"Moreno masih melanjutkan omelannya, dan Maira menghela napas mendengarnya, lalu terpaksa meraih sapu untuk membersihk
Maira terpaksa patuh dengan perintah sang bos dan beranjak ke depan lalu duduk sejajar dengan bosnya di mobil tersebut.Rasanya benar-benar canggung, tapi, Maira berusaha untuk mengatasi perasaan itu karena tidak mau membuat kecurigaan sang bos makin menjadi-jadi."Maaf, Pak. Untuk apa yang Bapak lihat tadi."Karena Pak Salim tidak kunjung bicara meskipun mobil sudah melaju di atas jalan raya yang padat kendaraan, akhirnya, Maira yang berinisiatif bicara lebih dulu.Mendengar permintaan maaf Maira, Pak Salim menarik napas. Bagaimana caranya ia meluahkan perasaan kesalnya ketika ia melihat Maira di atas tubuh Moreno tadi?Mereka sudah menikah, bukankah wajar melakukan apa saja hingga terlihat mesra? Begitu hati Pak Salim terus menerus, sampai ia terdiam untuk beberapa saat lamanya agar mampu mengatasi perasaannya."Sikap suami kamu itu, apakah selalu seperti itu?"Akhirnya, sebuah kalimat keluar dari mulut Pak Salim, dan Maira sudah menebak, pasti itu yang akan dibahas bosnya."Kami me
"Kau tidak boleh hamil! Aku sudah bilang kau tidak boleh hamil, kan?""Kalau aku hamil, bagaimana? Kamu enggak mau tanggung jawab?""Kalau kamu hamil itu berarti, anak itu bukan anakku!""Aku hanya melakukannya dengan kamu, Dafa!""Tapi aku selalu memakai pengaman saat kita berhubungan, Rani, kau juga aku minta meminum pil KB, jadi kalau kamu hamil, itu tanggung jawab kamu, bukan aku!"Telapak tangan Rani mengepal mendengar ucapan Dafa yang diucapkan pria itu dengan nada suara yang meninggi. Sebenarnya, ia ingin mendebat, tapi karena Rani khawatir akan membuat Dafa semakin marah padanya, wanita itu akhirnya mengurungkan niatnya. Ia berpikir sejenak, topik apa yang harus ia bahas agar Dafa tidak semakin marah padanya? Rani tidak mau Dafa memutuskan hubungan mereka karena Dafa adalah ATM berjalan baginya. Selain itu, tidak pernah Rani merasa sangat menyukai seorang pria seperti rasa sukanya pada Dafa. Biasanya, Rani hanya fokus dengan uang yang dimiliki pria itu saja, tidak memakai per
"Apa? Kamu becanda?" pekik Rani, tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Dafa. "Apa kau pikir, aku seperti bercanda?""Tapi, Dafa, ini tuh keterlaluan, kamu minta aku menggoda suami Maira, pria berandalan seperti itu bukan tipeku, aku-""Dia putra pewaris, kau tahu Marvel Marcellino Maurer?""Suami Maira anak Pak Marvel?""Ya.""Moreno?""Siapa lagi?""Apa benar dia anak Pak Marvel?""Aku ini pebisnis, Rani. Aku tahu pengusaha yang ada di kota ini, meskipun bukan rekan bisnis tapi aku tahu.""Baiklah, baik. Aku percaya, tapi aku tidak percaya kamu memberikan tugas seperti itu padaku, ini aneh, Dafa, kamu enggak cemburu aku menggoda pria lain?""Kau berharap aku cemburu?""Aku mencintaimu, apakah -""Kamu mau atau tidak?" potong Dafa dengan tatapan mata serius.Laki-laki ini memang benar-benar nyebelin, dia minta aku menggoda suami Maira? Malas banget aku, mending bos Maira, ganteng dan kaya, kalau suami Maira itu kan berandalan? Kalaupun dia pewaris, pasti juga dia enggak dijadi
"Apa? Selingkuhan, Salim?"Pak Marvel tidak bisa menahan rasa terkejutnya ketika asistennya memberikan informasi tersebut padanya. "Iya, masih saya selidiki terus, Tuan, semoga saja itu tidak benar.""Kau selidiki masalah itu, jika isu itu benar, aku tidak akan merestui pernikahan mereka, dan Moreno harus bercerai dengan perempuan itu!""Baik, Tuan!"Danu langsung pamit dari hadapan Pak Marvel setelah Pak Marvel mengatakan bahwa pembicaraan mereka sudah selesai.Sepeninggal Danu, Pak Marvel langsung meraih ponselnya dan laki-laki tersebut segera menghubungi seseorang dengan wajah yang terlihat tidak nyaman sekali untuk dilihat. ***"Ngapain lu ke sini?" tanya Kenzie ketika ia membuka pintu rumahnya ternyata yang sejak tadi menekan bel adalah Moreno."Gue pinjem motor!" Tanpa basa-basi, Moreno langsung mengatakan niatnya pada Kenzie, seorang pembalap profesional yang sekarang tidak lagi melakukan aktivitas itu lantaran tidak mendapatkan restu dari orang tuanya. Namun, karena balapan
Mau tidak mau, Moreno menghentikan langkahnya, dan berbalik untuk tahu siapa pemilik suara centil yang berani menyebut namanya, dan tahu tentang pernikahan kontraknya pula dengan Maira.Seorang wanita seksi dengan full makeup, menatap Moreno ketika wanita itu selesai menyandarkan motornya dengan benar di bahu jalan.Merasa tidak kenal, Moreno memilih acuh. Sekarang, moodnya sedang tidak baik, ia tidak peduli dengan apapun di sekitarnya, hingga pemuda itu berbalik kembali dan melangkah seolah tidak melihat siapapun.Wanita seksi yang tidak lain adalah Rani itu segera mengejar Moreno setelah meletakkan helm yang ia pakai di motor matic yang dipakainya. Demi memudahkan tugasnya mendekati Moreno, Rani difasilitasi oleh Dafa sebuah motor milik pria itu sehingga Rani tidak perlu memakai angkot untuk ke sana kemari dalam melakukan misinya."Apa, sih? Macam lalat aja ngikutin gue, gue bukan tai!!" ketus Moreno, sambil menyingkirkan Rani dengan tangannya karena Rani menghalangi jalannya, seper
Setelah berteriak, Dafa masuk ke mobilnya kembali, tidak mau Rani mendekatinya karena perempuan itu sangat kotor menurutnya. Mendengar apa yang dikatakan oleh Dafa, Rani buru-buru mengusap wajahnya, dan jarinya mendapatkan sesuatu yang dirasakannya tidak beres.Ketika Rani mencium jarinya yang terkena sesuatu tersebut, perempuan itu langsung shock. Bau itu sangat familiar! Apa yang dikatakan oleh Dafa benar, wajahnya terkena kotoran kucing. "Kucing kurang ajar siapa yang buang air di semak berbungaaaaaa!!!!"Teriakan Rani membuat burung-burung merpati beterbangan karena ketakutan. Beberapa orang hanya geleng-geleng kepala melihat wanita itu. Mereka mengira Rani gila. Sampai tidak ada yang berani mendekat, bertanya apalagi memberikan pertolongan!***Pulang kerja, Maira tidak menemukan Moreno di manapun. Rumah barunya kosong. Maira tidak tahu suami kontraknya itu ke mana, ketika ia mengirim pesan pada pemuda tersebut, pesannya hanya dibaca tidak dibalas oleh Moreno membuat Maira seba
"Lu datang ke sini cuma mau bahas gituan sama gue?" tanya Moreno merasa sebal dengan sikap Dafa yang seperti menyelidiki kebenaran pernikahan antara ia dan Maira."Aku hanya tidak percaya, Maira menikah ketika ia justru sedang patah hati, kami itu baru putus, tidak mungkin Maira bisa secepat itu move on!"Moreno tersenyum sinis ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Dafa."Lu pede banget dibucinin Maira? Lu itu udah selingkuh, kalo orang selingkuh itu ya, udah gampang dimasukan tong sampah! Ngapain heran Maira langsung cinta sama gue!""Aku tidak selingkuh! Aku hanya ingin memberikan sedikit sensasi dalam hubungan aku dan Maira yang hambar! Aku ingin tahu, Maira cemburu tidak kalau aku melakukan hal itu padanya!""Sekarang, lu udah puas dengan hasil dari permainan murahan lu? Maira enggak minat lagi sama pria yang mudah disentuh wanita lain, jadi pergi lu dari sini!""Kau benar-benar ingin mencari masalah dengan aku, ya? Baik, aku pastikan, kamu akan menyesal nantinya!"Setelah meng
"Mungkin...."Aku ini kenapa? Kenapa jadi semakin tidak tahu malu, rasanya ini bukan aku tapi aku enggak bisa mundur lagi sekarang....Hati Maira bicara, jari jemarinya saling menggenggam, seolah berusaha untuk mengatasi perasaannya yang kacau akibat perbuatan nekatnya yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Cinta itu perlu dipaksakan, Maira, karena kalau tidak, bagaimana mungkin cinta itu bisa tumbuh?Entah kenapa ucapan Dafa terngiang di telinganya membuat Maira yang awalnya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dafa perlahan justru mencoba mempraktekkannya. Apakah dengan memaksa Moreno, pemuda itu akhirnya bisa membuka hati dan bisa bangkit dari masa lalunya?Tuan Moreno sekarang seperti hilang semangat, Maira, aku tahu, itu karena ia sekarang putus asa untuk berharap Nona Mitha bisa menerimanya kembali, apalagi ia melihat hubungan Nona Mitha dengan suaminya tetap baik-baik saja meskipun ujian demi ujian terus menerpa pernikahan mereka, jika kau memang benar-benar tulus pa
"Kenapa? Takut aku peluk?""Enggak, tapi gue enggak nyaman aja!""Bilang aja kamu takut berdebar karena aku peluk!"Moreno menyeringai mendengar apa yang diucapkan oleh Maira. "Ya, udah! Naik!"Mendengar izin dari Moreno untuk membiarkan dirinya ikut di belakang pemuda tersebut, Maira menarik napas lega. Perempuan itu segera naik ke atas boncengan motor milik Moreno dan nekat memeluk pinggang Moreno meskipun ia sebenarnya tidak mau melakukan hal itu. Hanya saja, sudah terlanjur kesal Maira dengan Moreno sampai ia akhirnya nekat melakukan hal yang sebenarnya tidak mau dilakukannya.Dia benar-benar nekat meluk gue ternyata, oke, lu mau gue bikin ketar ketir? Tunggu aja! Gue akan buat lu benci sama gue, Maira Jasmine!Hati Moreno bicara sambil menambahkan kecepatan motornya. Pemuda itu tidak membawa Maira pulang ke kostnya tapi ia membawa Maira berkeliling tanpa tujuan dengan harapan Maira mabuk perjalanan karena ia membabi buta membawa motor miliknya.Namun apa yang diharapkan Moreno
"Berarti, dia kena karma.""Reno!""Emang salah? Bener, kan? Dia kena karma, karena dulu nyalahin bininya melulu yang enggak subur, emang gue salah?""Iya. Emang kamu enggak salah, tapi apa harus seblak-blakan itu? Rasanya, kayak enggak tega aja Reno, apalagi sekarang dia udah kehilangan segalanya.""Dia kehilangan segalanya karena salah dia sendiri, ngapain gue mikirin? Dia juga banyak bikin aset gue terjual, biarin aja, lah! Karma, gue enggak peduli!""Jadi, kamu enggak mau memaafkan dia?""Belum puas kalo belum gebuk dia!""Kau ini, terserah kamu saja, aku cuma menyampaikan pesan itu, mau kamu terima atau enggak permintaan maaf dia, itu terserah kamu!""Ya, udah. Gue pulang kalo gitu, masih banyak urusan!"Moreno bangkit, dan hendak beranjak meninggalkan Maira tapi gerakannya terhenti ketika tiba-tiba saja Dafa yang entah darimana munculnya sudah mendekati meja di mana ia dan Maira bercakap tadi.Dafa mendekati Maira tapi Maira segera bangkit berdiri membuat Moreno yang ingin melan
"Aku bukan peduli, aku hanya ingin Xoyen sadar dan menghentikan semuanya, karena aku gerah melihat apa yang dilakukannya. Dia sudah menerima konsekuensi dari apa yang diperbuatnya, kau harus mengakhiri perseteruan kalian, begitu juga kau, Ridwan."Dragon menatap Moreno dan Ridwan satu persatu setelah ia bicara seperti itu pada keduanya. "Tapi, aku masih tidak puas jika aku belum membunuhnya!" bantah Ridwan dengan nada suara yang masih terdengar meninggi."Kalau kau membunuhnya dia justru senang karena lepas dari segala hal yang perlu ia pertanggungjawabkan.""Jadi, aku tidak perlu membunuhnya?""Memangnya kau ingin jadi seorang pembunuh?""Untuk seseorang yang sudah melakukan hal jahat pada kerabatku, kurasa itu tidak jadi soal.""Kau akan masuk penjara, Ridwan, kakakmu tidak akan senang jika itu kau lakukan, sudahlah, padamkan api kemarahanmu, Xoyen sudah mendapatkan karma dari apa yang dia perbuat, biarkan kita melihat apakah dia bisa berubah atau tidak. Tidak perlu mengotori tanga
Mendengar apa yang dikatakan oleh Ridwan, Mister X tertawa. Ia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keselamatannya meskipun ada dua orang pria yang menginginkan kematiannya. Ia masih terlihat santai hingga Moreno dan Ridwan benar-benar heran dengan hal itu."Kenapa kau tertawa, Brengsek! Kau meremehkan aku!!" teriak Ridwan yang ingin mendekati sisi tempat tidur di mana Mister X berbaring tapi Moreno segera mencegah hal itu dengan mencengkram salah satu bahu Ridwan."Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya lu udah balik ke Jakarta? Kenapa lu justru ke sini lagi? Enggak jadi balik, lu?" tanya Moreno pada Ridwan. "Aku sudah kembali ke Jakarta, aku bahkan sudah mulai bekerja lagi dan berusaha untuk melupakan semua yang sudah terjadi, tapi ada seseorang yang kenal dengan Mister X, tapi sekarang ia juga sudah berusaha untuk memulai hidup baru seperti aku setelah lama bersama dengan dia, dia yang mengatakan segalanya, dan setelah aku berusaha mencari tahu, memang kenyataannya seperti itu,
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Viona membuat Maira menghentikan tangannya yang sedang sibuk membuat es teh."Ibu dan Bapak masih saling mencintai, tentu saja memberikan kesempatan kedua itu tidak bodoh, yang penting saat diberi kesempatan, suami Ibu memang benar-benar terlihat berubah.""Semuanya berubah, termasuk kehidupan kami yang biasanya glamor, tapi bukan sesuatu yang penting menurut aku karena uang bisa dicari, yang penting adalah sikapnya berubah lebih perhatian dan lebih peduli dengan perasaanku.""Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya, Bu. Semoga, Ibu dan Bapak bisa terus bersama sampai akhir hayat, dan bisa mendapatkan keturunan....""Amiiiiin, jangan singgung soal keturunan di hadapannya, ya? Aku tahu, mukjizat itu pasti ada, tapi dia selalu bilang, apakah mukjizat bisa diberikan pada pendosa seperti dia?""Oooh, baik, Bu. Aku tidak akan membahas masalah keturunan dengan bapak, tapi, apakah Ibu yakin bapak memang sulit memiliki keturunan?""Sepertinya, ya. Dia tida
"Baik, Panglima. Aku paham, terima kasih sudah memberikan aku kesempatan untuk tetap berinteraksi dengan kakakku." Panglima Tanakarma hanya mengiyakan tanpa bicara panjang lebar lagi, lalu dalam hitungan detik, pria dari alam gaib itu dirasakan Mitha tidak lagi ada di dalam ruangan tersebut meskipun ia tidak melihat. "Apakah dia sudah pergi?" tanya Moreno, pada Mitha beberapa menit kemudian. "Sudah." "Kamu yakin bisa memenuhi syarat untuk bisa bertemu dengan Miko?" "Yakin tidak yakin, aku harus yakin." "Mustahil...." Moreno hanya bicara seperti itu sambil melangkah keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Mitha yang masih melontarkan kata-kata, bahwa ia akan tetap berusaha untuk membuat utangnya lunas bagaimanapun caranya. Moreno dan juga Mitha akhirnya pulang ke rumah mereka masing-masing didampingi oleh keluarga mereka. Moreno banyak diam, meskipun masa masa kritisnya sudah lewat, tapi berdasarkan keterangan Panglima Tanakarma, keadaannya dengan Mitha memang sepe
"Kamu masih tidak percaya juga bahwa aku bisa berubah?" tanya Pak Salim sambil menatap wajah Viona dengan sangat serius."Bukan tidak percaya, tapi aku trauma, Maira adalah temanku, aku sudah menganggap dia seperti seorang adik, jadi wajar jika aku merasa takut kalau-kalau kamu justru masih menyukainya, aku harus bagaimana bersikap dengan dia....""Viona, aku benar-benar tidak lagi memiliki keinginan untuk memiliki Maira, aku hanya berpikir ingin bersamamu jika masih diberi kesempatan, tapi jika tidak, aku juga tidak memaksa, aku tahu diri.""Jadi, apa yang akan kau lakukan untuk membuat aku tidak khawatir lagi tentang perasaan kamu dengan Maira?""Aku akan membantu Maira untuk bisa mendapatkan Moreno lagi...."Wajah Viona seketika berubah semringah mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Salim. "Kamu serius?""Sangat serius.""Kenapa kamu ingin melakukan hal itu?""Karena aku tahu, Maira sangat mencintai Moreno.""Ya, kamu benar, Maira memang sangat mencintai Moreno, tapi pemuda itu
"Iya, aku yang sulit memiliki keturunan, bukan kamu...." "Kamu ke dokter? Periksa?""Tidak sengaja, saat itu, aku mencari pekerjaan, bertemu dengan temanku yang jadi dokter, kami makan bersama dan banyak mengobrol, lalu entah siapa yang memulai sampai akhirnya kami bicara soal anak, dan aku mengatakan bahwa kita tidak punya anak, dia terkejut.""Terkejut karena kita masih muda tapi sulit dapat keturunan?""Ya.""Terus, dia menyarankan kamu untuk periksa?""Ya.""Kenapa kamu mau? Kamukan selalu bilang, kamu sehat dan yang sakit itu aku?""Aku menantang diri sendiri, aku merasa aku memang sehat dan masalahnya ada padamu, jadi karena itulah aku periksa.""Jika benar, yang bermasalah itu aku, kamu akan datang padaku dan menyudutkan aku?""Tidak, Viona. Aku memang egois, selalu merasa paling benar, tapi aku berusaha untuk berpikir jernih, dan selama kita berpisah, aku benar-benar merasa, aku memang sudah keterlaluan sama kamu."Viona memandang wajah Pak Salim dengan sorot mata yang tajam,