Home / Romansa / PESONA PAMAN TAMPAN / PART 2. PENGKHIANAT DAN WANITA ULAR

Share

PART 2. PENGKHIANAT DAN WANITA ULAR

Author: Chandranala
last update Last Updated: 2023-10-24 21:48:08

“Ada apa, Tamika? Kenapa ….”

“Lihat! Ada seorang pria yang tidak sadarkan diri. Cepat, kamu periksa pria itu! Masih bernapas atau tidak,” titah Tamika. Tubuhnya bergetar melihat kondisi pria itu yang cukup mengkhawatirkan. Di wajahnya, terdapat banyak luka sayatan. Darah yang keluar dari hidung, pelipis, dan sudut bibirnya pun sudah mengering.

“Astaga. Tunggu sebentar!” Makisha mengulurkan jari telunjuk ke arah hidung pria tersebut.

“Masih bernapas. Ayo, kita bawa ke klinik dr. Ann! Tapi, bagaimana cara membawa pria ini? Kita tidak mungkin kuat menggotongnya. Apalagi, jarak dari sini ke klinik cukup jauh.” Makisha tampak berpikir. ”Oh, begini saja. Biar aku yang mencari bantuan ke perkebunan. Kamu tunggu di sini! Jaga pria itu!” titah Makisha kemudian.

“Tapi ….”

Tanpa menunggu balasan Tamika, Makisha berlari meninggalkannya begitu saja. Menghilang diantara ilalang yang menjulang tinggi sebatas dada.

“Tuan. Bangun, Tuan!” Tamika mengguncang ujung sepatu pria tersebut. Namun, pria itu tidak bergerak sama sekali.

Entah berapa lama Tamika menunggu Makisha membawa bantuan, kakinya mulai terasa kebas akibat terlalu lama berjongkok di samping pria tersebut.

Mata Tamika memicing kala melihat beberapa orang tengah yang berjalan dengan tergesa menuju ke arahnya. “Syukurlah, bantuan sudah datang. Tolong bertahan sebentar lagi, Tuan!”

Beberapa orang pria dewasa menandu tubuh tak berdaya itu. Sedangkan Tamika dan Makisha berjalan di belakangnya. Dengan tergesa, mereka membawa pria tersebut menembus ilalang tinggi.

Tiba di klinik, dr. Ann segera memeriksa pria tersebut.

Gadis berambut cokelat itu menunggu dengan gelisah, berharap dr. Ann segera keluar dari ruangan tersebut. “Apa pria itu akan baik-baik saja?” tanyanya  risau.

“Ku harap dia baik-baik saja,” sahut Makisha kemudian.

Kelima pria yang sudah membantu, pergi meninggalkan klinik dr. Ann. Tinggallah Tamika dan Makisha duduk berdua, bersisian di kursi panjang yang memang tersedia di ruang tunggu klinik.

Keduanya bergegas bangkit dari duduknya saat melihat dr. Ann keluar dari ruangan perawatan.

“Bagaimana keadaan pria itu, dok?” tanya Tamika mengawali.

 “Tidak ada yang serius, keadaannya baik-baik saja. Kemungkinan, dia korban perampokan. Sebab, saya tidak menemukan apapun tentang identitasnya.” dr, Ann menjeda ucapannya. “Apa kalian mengenal pria itu? Saya merasa tidak pernah melihatnya di sekitaran sini,” tanya dr. Ann kemudian.

Kedua dara itu menggeleng. “Sebenarnya, kami menemukan dia tidak sadarkan diri di dekat jurang tepi hutan sana. Kami juga tidak mengenalnya.”

“Baiklah, kita hanya perlu menunggu dia sadar. Kalau begitu, saya permisi dulu. Kalau ada apa-apa, segera panggil saya!"

Setelah dr. Ann pergi, Tamika dan Makisha masuk ke dalam ruang perawatan tersebut. Tamika menatap intens pria yang tengah terbaring lemah tak sadarkan diri.

“Tampan,” gumam Tamika tanpa sadar.

“Maksudmu, pria ini tampan?” tanya Makisha sedikit heran. Pasalnya, pria itu terlihat lebih tua dari mereka berdua.

“Lumayanlah! Dari auranya, sepertinya dia bukan orang sembarangan. Lihat saja, pakaian yang dia kenakan merk-merk terkenal dunia.”

Makisha mengangguk. “Benar juga. Tapi, siapa dia? Apa dia seorang mafia?”

Tamika menggeleng kemudian mendekati pria tersebut. Dalam pandangannya, pria itu sangat rupawan dan berwibawa. Hidungnya yang mancung, bulu matanya yang lentik, dan bibirnya yang keriting, menambah kesan kharismatik pria itu. Dewasa sekali.

Cklek.

Pintu terbuka dari luar memerlihatkan Agnes yang tengah bergelayut manja di lengan Evan. Makisha menatap jijik pada keduanya.

“Mau apa kalian berdua kemari? Mau mempertontonkan kemesraan kalian? Sadarlah Evan! Saat ini juga, hati Tamika sudah membeku. Dia sudah tidak mempedulikan kamu lagi. Jadi, apa yang kamu inginkan lagi dari dirinya?” tanya Makisha geram.

Napas Makisha naik turun seraya menahan amarahnya. Kedua mata hazelnya beradu pandang dengan Agnes yang tanpa malu semakin erat menggenggam jemari Evan.

“Lihat, Evan! Tamika sudah memutar balikkan fakta. Mereka berdua pasti memiliki hubungan terlarang di belakang kalian,” tuduh Agnes.

Evan menatap tajam Tamika yang tengah tersenyum penuh arti.

“Astaga, Agnes. Bicara apa kau ini?” bentak Makisha tidak suka.

Sementara itu, Tamika tetap berdiam diri, berdiri di samping pria yang masih terbaring lemah. Tanpa mereka sadari, pria itu sudah membuka mata akibat keributan yang terjadi di sana.

“Evan, sebenarnya aku tahu satu rahasia besar milik Tamika. Selama ini, aku menutup rapat-rapat semua itu darimu. Aku menghargai dia sebagai sahabatku.”

Tamika mengernyitkan kening.

“Sebenarnya, beberapa kali aku melihat Tamika sedang bermesraan dengan pria lain, saat kamu sedang pergi ke luar kota. Aku … aku tidak menceritakan itu padamu karena aku menyayangi Tamika. Dia ….”

“Omong kosong macam apa ini, Agnes? Kamu memfitnah Tamika agar dia terlihat buruk di depan kekasihmu itu? Cih, menjijikan sekali permainanmu! Tidak tahu malu. Dasar wanita ….” Ucapan Makisha terhenti saat Tamika menyentuh pundak miliknya. Dia pun menoleh.

“Sudahlah! Kamu tidak perlu menanggapi ucapan wanita gila itu. Biarkan dia merasa di atas angin. Biarkan dia merasa menjadi pemenang. Toh, semua orang di kota ini sudah mengetahui kebusukan mereka berdua, kan?”

Tamika tersenyum sinis menatap Agnes yang sudah mengepalkan tangan. Wajahnya sudah terlihat memerah, menahan amarah.

“Percayalah! Jalang tetaplah jalang. Tidak akan pernah bisa berubah menjadi wanita terhormat. Mereka tetaplah sampah, menjijikan.”

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Tamika tersenyum menyeringai menatap keduanya. Sedangkan Evan, rahangnya mulai mengeras. Kilatan amarah terpancar dari sorot matanya yang tajam.

Tangan Agnes sudah terangkat bebas hendak menampar Tamika. Namun, dengan sigap Makisha menahan lengannya sebelum menyentuh pipi Tamika. Dia menampar balik pipi Agnes dengan sangat kencang dan membuat gadis itu terhuyung ke belakang.

Agnes meringis kesakitan.

Setelah peristiwa penamparan itu, Makisha mengusir Evan dan Agnes keluar ruangan. Dia mendorong-dorong tubuh keduanya bersamaan.

“Pergi kalian berdua! Dasar pengkhianat! Wanita ular!” Makisha memaki keduanya.

Tamika menghela napas kasar melihat ketiganya keluar dari ruangan tersebut, kemudian beralih menatap pada pria tadi. Tubuhnya sedikit terperanjat melihat dia sudah membuka matanya.

“Syukurlah, Anda sudah sadar, Tuan. Bagaimana perasaanmu saat ini?” tanya Tamika semakin mendekat pada pria tersebut.

“Saya berada di mana?” tanyanya tanpa menjawab pertanyaan Tamika.

“Anda sekarang berada di klinik dekat perkebunan apel. Anda berasal dari mana? Siapa nama Anda?” cecar Tamika, tak memberi ruang pria itu untuk bernapas.

Pria tersebut terkekeh pelan. “Saya Adrian Sanders.”

Mata Adrian terus saja tertutup, membuat Tamika kembali khawatir. “Apa yang Anda keluhkan, Tuan? Kenapa Anda terus saja menutup mata? Apa mata Anda terasa sakit?” cecar Tamika lagi.

Lagi lagi, Adrian terkekeh pelan. “Saya baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir seperti itu, Nona …?”

“Douglass, saya Tamika Douglass. Syukurlah kalau Anda tidak mengalami keluhan apapun. Oh, iya. Apa ada kerabat Anda yang bisa saya hubungi? Atau, istri Anda mungkin?”

“Saya hanya ingin memberi kabar pada putri saya, Kimberly,” ujar Adrian. Dia menatap lurus ke arah gorden putih yang ada di ruangan tersebut.

“Baiklah, bisa Anda sebutkan nomor yang bisa saya hubungi?” pinta Tamika kemudian.

Terdengar suara pintu dibuka dari luar membuat Tamika dan Adrian menoleh secara bersamaan. Terlihat, seorang pria masuk ke dalam ruangan tersebut membuat mata Tamika sedikit mengkerutkan kening.

“Tuan Adrian Sanders, apa Anda baik-baik saja?” tanya pria tersebut.

Related chapters

  • PESONA PAMAN TAMPAN   PART 3. NOMOR SIAPA?

    “Ya, saya baik-baik saja!” sahut Adrian dingin.Tamika memandang ke arah pria itu penuh selidik. “Apa Anda kerabat Tuan Sanders?” tanyanya kemudian.Pria itu mengangguk hormat seraya menyunggingkan senyuman lembut di wajahnya yang terlihat sangar. “Ya. Saya Johan, asisten pribadi Tuan Sanders. Terima kasih, atas kebaikan hati Nona sudah sudi menolong Tuan Sanders.”“Syukurlah." Tamika menghela napas lega. "Kalau begitu, saya pamit undur diri. Tuan Sanders, semoga Anda lekas sembuh!” ujarnya kemudian.Tamika perlahan mundur dan berbalik menuju pintu, membuat senyuman tipis seperti bulan sabit tercetak jelas di wajah Adrian yang rupawan. Tak sedetik pun ia mengalihkan pandangan dari sosok gadis yang telah menolongnya itu. Menatap kepergian Tamika yang menghilang di balik pintu.“Sudah lama saya tidak melihat Anda tersenyum seperti itu di hadapan seorang wanita. Apa Anda menyukainya?” Johan mencoba menggoda Adrian, membuat wajah pria itu merengut kemudian berdecak kesal.“Jangan becanda!

    Last Updated : 2023-11-16
  • PESONA PAMAN TAMPAN   PART 4. TAK DISANGKA

    ‘Nomor siapa ini?’ gadis itu membatin. Dia ragu untuk mengangkat panggilan tersebut, hingga akhirnya dering panggilan itu mati dengan sendirinya. Namun, tak berselang lama ponselnya kembali menyala dengan nomor penelepon yang sama. “Maaf, apa ini dengan Nona Tamika Douglas?” terdengar suara bariton dari sebrang sana, membuat Tamika sedikit gugup. “I-iya, saya sendiri. Maaf Anda siapa?” “Saya Johan, asisten pribadi Tuan Adrian Sanders. Kita bertemu di klinik dr.Ann tempo hari. Anda yang sudah menyelamatkan Tuan Sanders. Apa Anda mengingatnya, Nona Douglass?” Mendengar nama Adrian Sanders, Tamika menyembunyikan senyumannya di balik telapak tangan. “Ah, iya. Paman tampan. Eh, maaf! Maksud saya, paman yang hari itu terluka.” Tamika meralat ucapannya, dia merasa malu sendiri. Di sebrang sana, Johan tersenyum tipis. “Begini, Nona. Tuan Sanders untuk mengajak Anda makan malam, sebagai ucapan terima kasih karena Anda sudah menolongnya.” Tamika bergeming, dirinya ragu untuk menerima

    Last Updated : 2023-11-17
  • PESONA PAMAN TAMPAN   PART 5. BODOH KARENA CINTA

    Makisha mendesah pelan saat masuk ke dalam mobil milik Tamika. “Kenapa, sih, tidak bilang dari awal? Kalau tahu begini, aku tidak akan membuat janji dengan Sean sebelumnya,” keluhnya dengan bibir mengerucut seperti siput. “Iya, maaf! Aku janji, besok aku akan membantumu bertemu dengan Sean. Ayo!” ajak Tamika kemudian. Tidak mudah untuk membujuk Makisha yang tengah merajuk. Sikap dia sama keras kepalanya seperti Adam. Terkadang, Tamika lebih memilih mengalah daripada ujungnya harus berdebat dengan saudarinya itu, sebab dia tidak akan pernah menang melawan Makisha.Hendak masuk ke dalam mobil, tiba-tiba saja tubuh Tamika tersentak saat lengannya ditarik oleh seseorang, gadis itu pun menoleh secara terpaksa. Tubuhnya menegang dengan bola mata yang membulat sempurna saat bertatapan dengan pria tersebut. Tamika menghela napas kasar lalu mengayunkan tangannya dengan kencang hingga cekalan Evan pun terlepas begitu saja.“Mau apa kau ke mari?” Tamika melipat tangannya di dada menatap Evan

    Last Updated : 2023-11-26
  • PESONA PAMAN TAMPAN   PART 6. BUKAN SEPERTI INI

    “Dasar manusia bodoh! Otak udang! Bisa-bisanya dia terpikat dengan wanita taruhan seperti Agnes. Astaga, anakmu itu memang senang sekali membuat ulah.” Darren mengacak rambutnya frustrasi. “Lihatlah! Gara-gara si anak sialan itu, rencana yang sudah aku susun matang-matang, harus gagal seperti ini.” Elena tak menyahuti. Dia telah mengenal karakter suaminya lebih dari seperempat abad lamanya, hanya bisa menghela napas panjang kemudian membenarkan anak rambut yang terurai ke wajah. Ucapan Darren memang benar. Kerjasama yang akan dijalani oleh kedua bisnis keluarga itu terancam batal. Ah, bukan terancam lagi, memang benar-benar sudah batal. Semua karena ulah anak lelaki satu-satunya, Evan Mattew. Saat pertama kali Elena mendengar jika Evan mengencani Agnes, dia menyangkal berita itu mentah-mentah. Bahkan Elena sempat memarahi anak tertuanya dan menuduh Erica berbicara yang bukan-bukan tentang Evan. Namun, setelah dirinya menyaksikan video tersebut, jantungnya seakan berhenti berdetak, k

    Last Updated : 2023-12-23
  • PESONA PAMAN TAMPAN   PART 1. BATALKAN PERNIKAHAN

    "Tamika! Tamika!" seru Makisha. Dengan napas terengah-engah, gadis itu berlarian mencari saudarinya di dekat peternakan sapi milik keluarga.Dengan sisa napas yang ada di kerongkongan, Makisha berlari menuju kebun apel yang tidak jauh dari peternakan. Tiba di sana, dia mengedarkan pandangan mencari keberadaan Tamika. Benar saja, gadis berkepang dua itu ada di sana."Astaga. Lelah sekali aku mencari kamu, Tamika," ujar Makisha. Dia menjatuhkan bobot tubuhnya di samping Tamika yang tengah membaca sebuah buku.Makisha menyodorkan ponsel miliknya pada Tamika. "Lihat ini!" titahnya kemudian.Alis Tamika bertaut bingung, tetapi dia tetap menerima ponsel tersebut.Mata Tamika membulat melihat sebuah video, dimana pria yang akan menjadi suaminya dalam waktu dekat itu tengah bergumul dengan seorang wanita. Kenyataan pahit lainnya yang harus dia terima yaitu jika Agnes, lah, yang menjadi lawan main Evan, sahabatnya sendiri."Kamu dapat dari mana video ini? Jangan becanda! Seminggu lagi, kami ak

    Last Updated : 2023-10-18

Latest chapter

  • PESONA PAMAN TAMPAN   PART 6. BUKAN SEPERTI INI

    “Dasar manusia bodoh! Otak udang! Bisa-bisanya dia terpikat dengan wanita taruhan seperti Agnes. Astaga, anakmu itu memang senang sekali membuat ulah.” Darren mengacak rambutnya frustrasi. “Lihatlah! Gara-gara si anak sialan itu, rencana yang sudah aku susun matang-matang, harus gagal seperti ini.” Elena tak menyahuti. Dia telah mengenal karakter suaminya lebih dari seperempat abad lamanya, hanya bisa menghela napas panjang kemudian membenarkan anak rambut yang terurai ke wajah. Ucapan Darren memang benar. Kerjasama yang akan dijalani oleh kedua bisnis keluarga itu terancam batal. Ah, bukan terancam lagi, memang benar-benar sudah batal. Semua karena ulah anak lelaki satu-satunya, Evan Mattew. Saat pertama kali Elena mendengar jika Evan mengencani Agnes, dia menyangkal berita itu mentah-mentah. Bahkan Elena sempat memarahi anak tertuanya dan menuduh Erica berbicara yang bukan-bukan tentang Evan. Namun, setelah dirinya menyaksikan video tersebut, jantungnya seakan berhenti berdetak, k

  • PESONA PAMAN TAMPAN   PART 5. BODOH KARENA CINTA

    Makisha mendesah pelan saat masuk ke dalam mobil milik Tamika. “Kenapa, sih, tidak bilang dari awal? Kalau tahu begini, aku tidak akan membuat janji dengan Sean sebelumnya,” keluhnya dengan bibir mengerucut seperti siput. “Iya, maaf! Aku janji, besok aku akan membantumu bertemu dengan Sean. Ayo!” ajak Tamika kemudian. Tidak mudah untuk membujuk Makisha yang tengah merajuk. Sikap dia sama keras kepalanya seperti Adam. Terkadang, Tamika lebih memilih mengalah daripada ujungnya harus berdebat dengan saudarinya itu, sebab dia tidak akan pernah menang melawan Makisha.Hendak masuk ke dalam mobil, tiba-tiba saja tubuh Tamika tersentak saat lengannya ditarik oleh seseorang, gadis itu pun menoleh secara terpaksa. Tubuhnya menegang dengan bola mata yang membulat sempurna saat bertatapan dengan pria tersebut. Tamika menghela napas kasar lalu mengayunkan tangannya dengan kencang hingga cekalan Evan pun terlepas begitu saja.“Mau apa kau ke mari?” Tamika melipat tangannya di dada menatap Evan

  • PESONA PAMAN TAMPAN   PART 4. TAK DISANGKA

    ‘Nomor siapa ini?’ gadis itu membatin. Dia ragu untuk mengangkat panggilan tersebut, hingga akhirnya dering panggilan itu mati dengan sendirinya. Namun, tak berselang lama ponselnya kembali menyala dengan nomor penelepon yang sama. “Maaf, apa ini dengan Nona Tamika Douglas?” terdengar suara bariton dari sebrang sana, membuat Tamika sedikit gugup. “I-iya, saya sendiri. Maaf Anda siapa?” “Saya Johan, asisten pribadi Tuan Adrian Sanders. Kita bertemu di klinik dr.Ann tempo hari. Anda yang sudah menyelamatkan Tuan Sanders. Apa Anda mengingatnya, Nona Douglass?” Mendengar nama Adrian Sanders, Tamika menyembunyikan senyumannya di balik telapak tangan. “Ah, iya. Paman tampan. Eh, maaf! Maksud saya, paman yang hari itu terluka.” Tamika meralat ucapannya, dia merasa malu sendiri. Di sebrang sana, Johan tersenyum tipis. “Begini, Nona. Tuan Sanders untuk mengajak Anda makan malam, sebagai ucapan terima kasih karena Anda sudah menolongnya.” Tamika bergeming, dirinya ragu untuk menerima

  • PESONA PAMAN TAMPAN   PART 3. NOMOR SIAPA?

    “Ya, saya baik-baik saja!” sahut Adrian dingin.Tamika memandang ke arah pria itu penuh selidik. “Apa Anda kerabat Tuan Sanders?” tanyanya kemudian.Pria itu mengangguk hormat seraya menyunggingkan senyuman lembut di wajahnya yang terlihat sangar. “Ya. Saya Johan, asisten pribadi Tuan Sanders. Terima kasih, atas kebaikan hati Nona sudah sudi menolong Tuan Sanders.”“Syukurlah." Tamika menghela napas lega. "Kalau begitu, saya pamit undur diri. Tuan Sanders, semoga Anda lekas sembuh!” ujarnya kemudian.Tamika perlahan mundur dan berbalik menuju pintu, membuat senyuman tipis seperti bulan sabit tercetak jelas di wajah Adrian yang rupawan. Tak sedetik pun ia mengalihkan pandangan dari sosok gadis yang telah menolongnya itu. Menatap kepergian Tamika yang menghilang di balik pintu.“Sudah lama saya tidak melihat Anda tersenyum seperti itu di hadapan seorang wanita. Apa Anda menyukainya?” Johan mencoba menggoda Adrian, membuat wajah pria itu merengut kemudian berdecak kesal.“Jangan becanda!

  • PESONA PAMAN TAMPAN   PART 2. PENGKHIANAT DAN WANITA ULAR

    “Ada apa, Tamika? Kenapa ….” “Lihat! Ada seorang pria yang tidak sadarkan diri. Cepat, kamu periksa pria itu! Masih bernapas atau tidak,” titah Tamika. Tubuhnya bergetar melihat kondisi pria itu yang cukup mengkhawatirkan. Di wajahnya, terdapat banyak luka sayatan. Darah yang keluar dari hidung, pelipis, dan sudut bibirnya pun sudah mengering. “Astaga. Tunggu sebentar!” Makisha mengulurkan jari telunjuk ke arah hidung pria tersebut. “Masih bernapas. Ayo, kita bawa ke klinik dr. Ann! Tapi, bagaimana cara membawa pria ini? Kita tidak mungkin kuat menggotongnya. Apalagi, jarak dari sini ke klinik cukup jauh.” Makisha tampak berpikir. ”Oh, begini saja. Biar aku yang mencari bantuan ke perkebunan. Kamu tunggu di sini! Jaga pria itu!” titah Makisha kemudian. “Tapi ….” Tanpa menunggu balasan Tamika, Makisha berlari meninggalkannya begitu saja. Menghilang diantara ilalang yang menjulang tinggi sebatas dada. “Tuan. Bangun, Tuan!” Tamika mengguncang ujung sepatu pria tersebut. Namun, pria

  • PESONA PAMAN TAMPAN   PART 1. BATALKAN PERNIKAHAN

    "Tamika! Tamika!" seru Makisha. Dengan napas terengah-engah, gadis itu berlarian mencari saudarinya di dekat peternakan sapi milik keluarga.Dengan sisa napas yang ada di kerongkongan, Makisha berlari menuju kebun apel yang tidak jauh dari peternakan. Tiba di sana, dia mengedarkan pandangan mencari keberadaan Tamika. Benar saja, gadis berkepang dua itu ada di sana."Astaga. Lelah sekali aku mencari kamu, Tamika," ujar Makisha. Dia menjatuhkan bobot tubuhnya di samping Tamika yang tengah membaca sebuah buku.Makisha menyodorkan ponsel miliknya pada Tamika. "Lihat ini!" titahnya kemudian.Alis Tamika bertaut bingung, tetapi dia tetap menerima ponsel tersebut.Mata Tamika membulat melihat sebuah video, dimana pria yang akan menjadi suaminya dalam waktu dekat itu tengah bergumul dengan seorang wanita. Kenyataan pahit lainnya yang harus dia terima yaitu jika Agnes, lah, yang menjadi lawan main Evan, sahabatnya sendiri."Kamu dapat dari mana video ini? Jangan becanda! Seminggu lagi, kami ak

DMCA.com Protection Status