Beranda / Romansa / PESONA DOKTER SARAH / 8. Gak Suka, Yaudah!

Share

8. Gak Suka, Yaudah!

Penulis: Potato Girl
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-20 12:32:47

"Rumah Sarah tempias. Atapnya udah rusak, besok rencananya aku mau benerin. Tapi hujan turun, kasian juga kalau dia mesti basah-basahan di rumahnya sendiri."

Ardi bersidekap, nampak tak terima dengan keputusan Adam membawa Sarah ke rumah mereka. "Tapi setidaknya ada bagian di rumahnya yang gak kena tempiaskan?" tanya pria itu.

"Ardi," tegur Adam tak suka dengan sikap posesifnya itu, meskipun Adam tahu reaksi Ardi tersebut bentuk dari perlindungan sebagai pendamping yang diutus kakaknya. Namun Adam tak mau terus dikekang, seolah setiap langkahnya mesti diperhatikan.

Maka dari itu, ketika Ardi marah karena kaget mendapati Sarah di rumah mereka. Adam dengan cepat menjelaskan asal muasal masalah yang mereka hadapi, berharap Ardi maklum. Tapi sebaliknya, Ardi malah reaktif.

"Dia menguping pembicaraan kita."

"Itu gak disengaja, Di."

"Bagaimana kalau dia utusan seseorang?" tuduh Ardi makin membuat Adam berang, dia mendekati Ardi, menarik kerah kemeja pria itu dengan satu tangan. Ardi tak memberontak, hanya menatap kilatan amarah Adam yang berapi-api. "Kita tidak tahu siapa yang baik dan buruk saat ini."

"Sarah orang baik."

Ardi mendesah. Menepis tangan Adam dan menjauh dari lelaki itu. Dia berhenti di ambang pintu kamar, mengamati Sarah yang berdiri canggung di sana. Tanpa mengatakan apapun, Ardi melewati wanita tersebut.

"Aku akan kembali ke rumahku."

"Jangan. Ini udah malam, bahaya. Desa ini belum ada penerangan."

"Aku gak mau kalian berantem hanya karena keberadaanku, Dam."

Melihat raut rasa bersalah di muka Sarah, membuat Adam tak nyaman. Jelas ini bukan salah Sarah. Tapi hanya karena Sarah yang tak sengaja mendengar pembicaraan penting Ardi dengannya, posisi Sarah jadi dipermasalahkan.

"Ardi gak berantem sama aku."

"Berselisih," timpal Sarah.

Adam mengusap kasar rambutnya yang sedikit bergelombang itu. Mendekat pada Sarah dan tetap bersikukuh menyuruh sang wanita untuk menginap. "Tetap di sini, Dok. Soal Ardi, aku akan urus. Dia cuma kecapaian karena habis dari kota. Wajar jika dia agak sensitif. Sekarang istirahat saja. Aku akan panggil jika makan malam," ucap Adam menepuk pundak Sarah dan meninggalkan wanita itu.

"Tapi, Dam--" seru Sarah diabaikan oleh Adam yang sudah berjalan keluar rumah, menghampiri Ardi yang tengah merokok di beranda.

Sarah masuk ke kamar, memberikan privasi untuk dua orang itu bercakap-cakap soal masalah mereka. Adam lebih dulu membuka percakapan. "Di, Sarah bukan orang jahat. Aku percaya, dia dokter yang berdedikasi tinggi. Tidak mungkin dia ada sangkut pautnya dengan kasus yang kita hadapi."

"Terserah."

"Kamu marah?" seru Adam.

Ardi diam. Dia mengisap kuat-kuat nikotin yang ada dalam gulungan tembakaunya. Menguarkan asap dari mulut dan hidung secara bersamaan. Adam menahan napasnya beberapa saat sebelum berujar, "Aku akan menemui kakak nanti."

"Jangan, kondisi belum kondusif. Orang-orang itu bisa saja menangkapmu, sewaktu-waktu."

"Ada sesuatu yang mesti kutandatangani," sela Adam memandang ke halaman rumah mereka yang gelap gulita. Lampu rumah warga yang jarang itu terlihat seperti kunang-kunang kecil. Adam mendesah. "Aku juga takut. Tapi kak Hamzah sudah bilang, dokumen kali ini harus aku sendiri yang menandatanginya."

"Surat apa?" tanya Ardi penasaran.

"Pemindahan kuasa."

***

Ardi melirik Sarah yang keluar dari kamar Adam. Terlihat kacau dengan rambut singanya. Dia mencari-cari sesuatu yang Ardi duga adalah Adam. Segera setelah meletakkan piring kosong di atas meja, dia berkata pada Sarah, "Adam pergi."

"Ke mana?"

"Yang jelas agenda membetulkan atapmu itu dia batalkan. Ada urusan lain."

Sarah menghela napas. Dia melirik makanan di atas meja. "Malam-malam begini?"

"Begitulah. Mungkin besok siang dia sudah kembali."

"Ouh."

"Duduk. Aku diamanahi untuk menjagamu," kata Ardi terdengar tidak tulus. Namun Sarah menanggapi dengan muka masa bodoh lalu duduk di kursi, menarik rantang nasi dan melahap makanan tersebut dalam diam.

Keheningan yang menyelimuti mereka berdua, membuatnya frustasi. Ketika Ardi menyelesaikan makannya, Sarah menyela, "Maaf soal tadi sore. Aku tidak sengaja mendengar percakapan kalian."

Ardi memutar malas bola matanya. Pria ini memang cenderung lebih menyebalkan dari pada sifat petakilan Adam. Dan Sarah sebisa mungkin sabar menghadapi. "Aku salah. Harusnya aku tidak diam di sana."

"Menurutmu percakapan tadi penting tidak? Kalau tidak, lupakan saja."

"Cukup penting untuk memperkuat rumor yang aku dengar."

Tawa Ardi pecah. "Menurutmu Adam seperti itu? Pembunuh?"

"Terkadang orang bejat berlindung di balik topeng untuk melindungi presepsi orang lain terhadap mereka."

"Waw, entah siapa yang memulai rumor itu, tapi yang jelas orang berpendidikan sepertimu pun termakan berita bohong tersebut." Nada bicara Ardi yang meremehkan telak membuat amarah Sarah meluap.

Wanita itu menggebrak meja makan. "Tidak usah membawa pendidikan orang lain, Di. Kalau kamu memang gak suka aku di sini. Sekarang aku bisa angkat kaki kok," ujar Sarah. Entah keberanian dari mana, dia keluar dari rumah tersebut tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Menembus kegelapan malam. Dia mendengar samar suara Ardi berbicara. Yang sekaligus menghentikan langkah wanita itu untuk menyusuri jalan.

"Adam bukan pembunuh, biar kuluruskan. Dia... dia hanya..."

"Hanya apa?" sergah Sarah memandang geram muka Ardi yang kikuk.

"Di--" ucapan Ardi terpotong oleh suara batuk seseorang di tengah kegelapan malam.

Sorotan senter mengarah ke wajah Sarah, yang lantas ditudungi Sarah dengan kedua tangannya.

"Bu Dokter? Loh kok di sini? Malem-malem di rumah Adam? Dia sakitkah?" tanya pak Lurah tiba-tiba muncul di saat tidak tepat, yang sekaligus membuat Ardi lega karena tidak harus mengatakan yang sebenarnya pada wanita itu.

"Rumah saya masih belum dibenerin. Sore tadi hujan, dan satu rumah basah. Adam minta saya nginep." Sarah melirik sebentar pada Ardi lalu menyambung omongannya, "Tapi keknya Ardi gak senang saya di sini. Makanya saya mau pergi."

Bola mata Ardi melebar. "Loh?" serunya kaget dengan pernyataan yang Sarah lontarkan itu.

"Aduh, Nak Ardi. Dibantu dong Bu Dokternya. Kasian, semalam aja gak masalahkan? Ada kamarkan buat beliau ini?" tanya pak Lurah membuat Ardi memijit pelipisnya, mau tak mau Ardi menerima kembali kehadiran Sarah dan menyumpahi wanita itu atas sikap playing victimnya.

***

Adam keluar dari mobil SUV. Pakaiannya yang serba hitam dengan balutan jaket kulit keluaran brand ternama, membuatnya tidak dikenali. Beberapa orang hanya menoleh sekilas lalu fokus lagi pada aktivitas mereka.

Pramutamu hotel menyambut Adam. Mengantarnya ke ruangan pertemuan. Dia menatap Hamzah, kakaknya yang tengah menikmati segelas anggur sambil mengawasi kandelir mewah di atas kepalanya.

"Aku harus naik mobil dengan kecepatan kilat. Nyawaku dipertaruhkan untuk datang ke sini."

Mendengar suara adiknya di depan pintu, Hamzah pun menoleh. Tersenyum lebar saat menarik lengan Adam dan mendekapnya.

"Kamu berlebihan banget, Dam!" keluh Hamzah menepuk pundak Adam keras. Dia menarik kursi di sampingnya. Mempersilakan pria itu duduk di sana.

Hamzah memberi isyarat pada asistennya agar segera membawakan dokumen pentingnya, karena Hamzah tahu Adam tak mau berbasa basi sekarang. Bahkan sekadar bertukar kabar pun lelaki itu, enggan.

"Aku tidak mau dipergoki kolegamu," kata Adam meraih pulpen mewah milik Hamzah dan membubuhkan tanda tangan segera.

"Kepemilikan sementara ada di tangan kakak. Aku bisa mengambil hakku kapanpun." Adam memperingatkan, membuat Hamzah tertawa geli melihat ekspresinya yang serius.

"Aku tahu, Dam. Surat pemindahan kuasa ini aku buat untuk menegaskan pada semua kolega, kalau kekuasaanmu terhadap perusahaan sudah tidak ada lagi. Dan... ini bagian dari taktik kita memancing target," jelas Hamzah.

"Kakak ingin melihat siapa yang paling bahagia atas berita ini'kan?" bisik Adam diangguki oleh Hamzah.

***

Tbc

Bab terkait

  • PESONA DOKTER SARAH   9. Mana Kawan, Mana Musuh

    Adam kembali pagi-pagi sekali setelah tidur beberapa jam di hotel dan mengabaikan kondisi Ardi bersama Sarah di rumah. Jelas Adam tidak khawatir Sarah dan Ardi macam-macam, karena dia tahu Ardi tidak tertarik pada hubungan rumit bersama wanita. Bahkan sejak Adam pergi, keduanya sudah terlibat dalam permusuhan tak tersirat yang lebih dulu dimulai oleh Ardi.Ketika dia sampai di teras, Adam melihat Sarah sudah keluar dari rumah. Tampak cemberut. Saat mendapati Adam pulang, senyumnya merekah tipis. Sambutan yang cukup membuat hati Adam berbunga-bunga."Dokter udah mau balik? Gak sekalian sarapan di sini?""Aku gak mau diintai terus sama temen kamu itu! Ngeri tahu!"Adam tertawa. Ardi menjalankan perintahnya dengan baik, bahkan lebih dari yang Adam harapkan. Sewaktu dia melirik ke pintu depan, Ardi berdiri di sana sambil bersidekap. "Mau ku antar ke rumah?" tawar Adam mengabaikan pelototan Ardi."Kamu baru balik," kata Sarah seraya mengawasi tampilan Adam yang luar biasa lebih rapi dari b

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • PESONA DOKTER SARAH   10. Cemburu

    "Udah jadi?"Suara Sarah mengagetkan Adam yang tengah membersihkan kekacauan akibat pecahan genteng yang jatuh ke dalam rumah. Dia mengelus dada, menetralkan detak jantungnya yang bertalu-talu."Kenapa gak salam dulu sih, Dok? Kaget tau. Kalau aku jantungan gimana? Dokter mau aku tinggalin di sini? Nanti gak ada yang gombalin Dokter Sarah lagi... mau?""Pengen banget!" sahut Sarah pendek. Dia terkekeh melihat muka Adam yang merengut."Jahat juga ya," gerutu Adam seraya melanjutkan aktivitasnya. Pria itu mengambil serokan dan mengumpulkan debu tebal tersebut. Selesai membuang sampah-sampah dan merapikan beberapa barang, Adam menengok kedatangan Sarah dengan pakaian casualnya."Mau ke mana?""Nyari makan. Mau ikut? Tapi nebeng," kata Sarah menunjukkan motor Adam yang terparkir di depan teras. Tak mau membuang kesempatan besar, Adam mengangguk antusias. Segera dia meletakkan kembali sapu di sudut ruangan, berlari kecil menuju dapur dan mencuci tangannya yang berdebu.Kembali dari dapur,

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • PESONA DOKTER SARAH   11. Pahlawannya Sarah

    "Leila keknya marah banget sama kamu, Dam."Adam mengendikkan bahunya, tak peduli dengan perasaan Leila yang terluka akibat ulahnya. Bagi Adam, Leila bukan siapa-siapa, hanya sebatas langganan ojeknya sebelum kedatangan Sarah. "Masa bodoh. Aku capek ketemu sama dia. Manjanya kebangetan," keluh Adam lalu menghentikan motornya di depan beranda rumah Sarah. Wanita itu turun dari jok. Membuka dompetnya lalu menyerahkan beberapa lembar uang pada Adam. Namun Adam justru mendorong balik uang tersebut seraya berkata lirih pada Sarah, "Gak usah. Makan bareng Dokter Sarah tadi udah jadi imbalan paling berharga.""Cih, gak usah gombal. Kamu udah perbaikin atapnya sendirian. Masa gak aku bayar," kata Sarah menarik tangan Adam, lalu meletakkan uang tersebut di telapak tangannya.Ketika Adam menggenggam uang pemberian Sarah, dia sontak memukul jidatnya sendiri. "Ampun dah! Kita lupa bayar makanan tadi!"Ikut-ikutan, Sarah menepuk jidatnya juga. Tersadar kalau mereka belum bayar sepersen pun makan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-23
  • PESONA DOKTER SARAH   12. Gara-gara Leila

    Sarah menatap Adam yang berjalan membelah kerumunan para preman tersebut. Menimbang rasio kemungkinan Adam menang dari delapan preman yang sedang menjagalnya. Meski agak tipis, Sarah yakin Adam bisa melawan orang-orang berotot besar itu."Menjauh dari Dokter Sarah," perintah Adam dengan nada menusuk tajam.Pimpinan preman yang berada di depan Sarah akhirnya berbalik badan, menghadap Adam yang sedang menyingsing lengan baju lusuhnya. Seulas senyum tipis terukir, dia melangkah maju ke depan Adam. Mendorong pundak pria itu dengan kencang. "Jadi ini yang bikin neng Leila sakit hati? Cowok dekil ini rupanya?"Tak terima disebut dekil, Adam balas mendorong dada si preman. Namun hasilnya nihil. Tak ada pergerakan apapun, selain Adam yang ditertawakan seluruh kawanan preman tersebut."Kenapa? Heran karena gak bisa ngedorong aku? Jelaslah, orang macam kamu... aku tonjok sekali juga pasti jiun!" ujarnya sombong.Adam mengepalkan tangannya. Mencoba membuktikan ucapan si preman dan hasilnya... me

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • PESONA DOKTER SARAH   13. Obsesi

    Motor trail Adam meraung di depan rumah Leila yang terbilang mewah. Semua orang di desa itu dan tempat Adam tinggal, tahu kalau Leila bukan anak gadis dari orang sembarangan. Ayah Leila merupakan seorang tuan tanah yang punya banyak anak buah turunan dari preman pasar. Mereka juga tahu, kalau ayah Leila bukanlah pria baik. Ardi pernah bertemu dengan pria paruh baya tersebut, dan menyatakan kalau dia tak menyukai cara kerjanya. Dan sekarang Adam menemukan alasan Ardi tak menyukai ayah Leila itu. "Makanya, hutang itu dibayar dong! Berani-berani ngambil utang, tapi gak sanggup bayar. Lucu juga!" katanya sambil memelintir kumisnya yang tebal. Adam turun dari motor. Menghampiri teras beton yang tampak licin. Sejenak amarah pria itu reda, tatapannya menghunus pada Adam. Hanya dengan endikkan kepala, beberapa preman pasar yang tadi ditemui keluar dari pos mereka. Menyeringai pada Adam, seolah merasa menang. "Akhirnya datang juga. Kamu nerima tawaran kami ya?" tanya pria itu. "Gak. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • PESONA DOKTER SARAH   14. Ditipu!

    Sarah tidak tahu kalau Adam akan jujur dengan perasaannya. Ketika pria itu mengatakan kenyataan tersebut, Sarah cuma tercengang dengan mulut menganga. Telunjuknya menunjuk diri sendiri, tak menyangka."Gak salah kamu, Dam? Jangan bilang kamu memberitahu Leila soal ini? Bisa mampus kita!" kata Sarah cemas.Adam terkekeh. "Meskipun dia bawa para preman itu, aku gak bakalan biarin mereka melukai Dokter Sarah. Aku harus menepati janji'kan?" ujarnya sambil menaik-naikkan kedua alisnya yang tebal.Sebelah tangan Sarah mengusap keningnya. Dia melipat kaki di atas kursi, mendesah sebal dengan keputusan Adam yang terlalu berisiko itu. "Bagaimana kalau kamu yang terluka? Siapa yang repot?""Dokter. Tugas kamu'kan mengobati orang yang terluka?" sahut Adam enteng sekali. "Kamu lihat? Aku juga terluka!" kata Sarah menunjuk sudut bibirnya yang luka, lalu ke keningnya yang benjol. "Aku yang obatin Dokter. Kita saling mengobati," ujar Adam langsung mendapat sahutan berupa suara muntah dari Ardi. Lel

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • PESONA DOKTER SARAH   15. Kencankah Ini?

    Sarah memandang mobil di depannya, kemudian pada sosok Adam yang pucat. Dia menggeleng. "Gak, aku aja yang bawa mobilnya.""Loh? Janganlah, aku kan yang ngajak Dok--""Sarah. Panggil aku, Sarah." Wanita itu menatap Adam dengan wajah serius, sementara Adam cuma bisa diam sembari mengangguk paham. Sarah melanjutkan omongannya, "Kamu gak memungkikan banget buat bawa mobil. Aku gak mau kita kecelakaan.""Bisa-bisanya kamu meragukan aku," gerutu Adam."Kata Ardi kamu menggalau beberapa hari ini. Pasti karena aku tolak waktu itukan?""Jujur banget ngomongnya.""Karena kondisi kamu yang gak memungkinkan itu, aku gak bakalan izinin kamu buat nyetir. Mending aku aja," jelas Sarah panjang lebar.Sebal, Adam pun menurut saja. Dia duduk di samping kemudi, mengamati Sarah yang sedang memasang belt. Adam tak percaya, kalau wanita yang beberapa waktu lalu menolaknya malah kini menerima tawaran untuk pergi jalan-jalan bersama. Adam bingung, sumpah!"Kenapa kamu mau terima ajakan aku?""Sebagai permin

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-03
  • PESONA DOKTER SARAH   1. Bahan Gombalan Pasien

    "Suara apaan tuh, Pak?" tanya seorang wanita sembari melongokkan kepala keluar jendela mobil pick up yang membawanya. Sang supir menghentikan mobil, ikut mencari asal suara. "Kayak orang nabrak sesuatu gak sih, Bu?" "Kok nanya balik sih, Pak? Saya juga gak tahu," sahutnya sewot. Baru beberapa detik keduanya keluar dari mobil. Suara seseorang meminta tolong terdengar dari balik semak belukar lebat yang ada di seberang jalan. Keduanya berlari melewati rerumputan setinggi lutut. Si supir menuruni tanah yang agak landai. Kemudian dia berteriak, "Bu Dokter! Ada yang ketabrak pohon nih!" Dokter wanita dengan nametag Sarah itu mendekat. Mendapati seorang pria terbaring lemas di bawah kendaraan trailnya. Sarah membiarkan si supir pick up menggiring sendiri motor itu menuju mobil. Sedangkan dia kini merogoh saku jas, mengeluarkan sarung tangan karet, memakainya sebelum menyentuh pria tersebut. "Pak tolongin dong!" serunya. "Kirain Bu Dokter mau ngangkat sendiri." "Ya kali, Pak. Ayo tolo

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-28

Bab terbaru

  • PESONA DOKTER SARAH   15. Kencankah Ini?

    Sarah memandang mobil di depannya, kemudian pada sosok Adam yang pucat. Dia menggeleng. "Gak, aku aja yang bawa mobilnya.""Loh? Janganlah, aku kan yang ngajak Dok--""Sarah. Panggil aku, Sarah." Wanita itu menatap Adam dengan wajah serius, sementara Adam cuma bisa diam sembari mengangguk paham. Sarah melanjutkan omongannya, "Kamu gak memungkikan banget buat bawa mobil. Aku gak mau kita kecelakaan.""Bisa-bisanya kamu meragukan aku," gerutu Adam."Kata Ardi kamu menggalau beberapa hari ini. Pasti karena aku tolak waktu itukan?""Jujur banget ngomongnya.""Karena kondisi kamu yang gak memungkinkan itu, aku gak bakalan izinin kamu buat nyetir. Mending aku aja," jelas Sarah panjang lebar.Sebal, Adam pun menurut saja. Dia duduk di samping kemudi, mengamati Sarah yang sedang memasang belt. Adam tak percaya, kalau wanita yang beberapa waktu lalu menolaknya malah kini menerima tawaran untuk pergi jalan-jalan bersama. Adam bingung, sumpah!"Kenapa kamu mau terima ajakan aku?""Sebagai permin

  • PESONA DOKTER SARAH   14. Ditipu!

    Sarah tidak tahu kalau Adam akan jujur dengan perasaannya. Ketika pria itu mengatakan kenyataan tersebut, Sarah cuma tercengang dengan mulut menganga. Telunjuknya menunjuk diri sendiri, tak menyangka."Gak salah kamu, Dam? Jangan bilang kamu memberitahu Leila soal ini? Bisa mampus kita!" kata Sarah cemas.Adam terkekeh. "Meskipun dia bawa para preman itu, aku gak bakalan biarin mereka melukai Dokter Sarah. Aku harus menepati janji'kan?" ujarnya sambil menaik-naikkan kedua alisnya yang tebal.Sebelah tangan Sarah mengusap keningnya. Dia melipat kaki di atas kursi, mendesah sebal dengan keputusan Adam yang terlalu berisiko itu. "Bagaimana kalau kamu yang terluka? Siapa yang repot?""Dokter. Tugas kamu'kan mengobati orang yang terluka?" sahut Adam enteng sekali. "Kamu lihat? Aku juga terluka!" kata Sarah menunjuk sudut bibirnya yang luka, lalu ke keningnya yang benjol. "Aku yang obatin Dokter. Kita saling mengobati," ujar Adam langsung mendapat sahutan berupa suara muntah dari Ardi. Lel

  • PESONA DOKTER SARAH   13. Obsesi

    Motor trail Adam meraung di depan rumah Leila yang terbilang mewah. Semua orang di desa itu dan tempat Adam tinggal, tahu kalau Leila bukan anak gadis dari orang sembarangan. Ayah Leila merupakan seorang tuan tanah yang punya banyak anak buah turunan dari preman pasar. Mereka juga tahu, kalau ayah Leila bukanlah pria baik. Ardi pernah bertemu dengan pria paruh baya tersebut, dan menyatakan kalau dia tak menyukai cara kerjanya. Dan sekarang Adam menemukan alasan Ardi tak menyukai ayah Leila itu. "Makanya, hutang itu dibayar dong! Berani-berani ngambil utang, tapi gak sanggup bayar. Lucu juga!" katanya sambil memelintir kumisnya yang tebal. Adam turun dari motor. Menghampiri teras beton yang tampak licin. Sejenak amarah pria itu reda, tatapannya menghunus pada Adam. Hanya dengan endikkan kepala, beberapa preman pasar yang tadi ditemui keluar dari pos mereka. Menyeringai pada Adam, seolah merasa menang. "Akhirnya datang juga. Kamu nerima tawaran kami ya?" tanya pria itu. "Gak. Aku

  • PESONA DOKTER SARAH   12. Gara-gara Leila

    Sarah menatap Adam yang berjalan membelah kerumunan para preman tersebut. Menimbang rasio kemungkinan Adam menang dari delapan preman yang sedang menjagalnya. Meski agak tipis, Sarah yakin Adam bisa melawan orang-orang berotot besar itu."Menjauh dari Dokter Sarah," perintah Adam dengan nada menusuk tajam.Pimpinan preman yang berada di depan Sarah akhirnya berbalik badan, menghadap Adam yang sedang menyingsing lengan baju lusuhnya. Seulas senyum tipis terukir, dia melangkah maju ke depan Adam. Mendorong pundak pria itu dengan kencang. "Jadi ini yang bikin neng Leila sakit hati? Cowok dekil ini rupanya?"Tak terima disebut dekil, Adam balas mendorong dada si preman. Namun hasilnya nihil. Tak ada pergerakan apapun, selain Adam yang ditertawakan seluruh kawanan preman tersebut."Kenapa? Heran karena gak bisa ngedorong aku? Jelaslah, orang macam kamu... aku tonjok sekali juga pasti jiun!" ujarnya sombong.Adam mengepalkan tangannya. Mencoba membuktikan ucapan si preman dan hasilnya... me

  • PESONA DOKTER SARAH   11. Pahlawannya Sarah

    "Leila keknya marah banget sama kamu, Dam."Adam mengendikkan bahunya, tak peduli dengan perasaan Leila yang terluka akibat ulahnya. Bagi Adam, Leila bukan siapa-siapa, hanya sebatas langganan ojeknya sebelum kedatangan Sarah. "Masa bodoh. Aku capek ketemu sama dia. Manjanya kebangetan," keluh Adam lalu menghentikan motornya di depan beranda rumah Sarah. Wanita itu turun dari jok. Membuka dompetnya lalu menyerahkan beberapa lembar uang pada Adam. Namun Adam justru mendorong balik uang tersebut seraya berkata lirih pada Sarah, "Gak usah. Makan bareng Dokter Sarah tadi udah jadi imbalan paling berharga.""Cih, gak usah gombal. Kamu udah perbaikin atapnya sendirian. Masa gak aku bayar," kata Sarah menarik tangan Adam, lalu meletakkan uang tersebut di telapak tangannya.Ketika Adam menggenggam uang pemberian Sarah, dia sontak memukul jidatnya sendiri. "Ampun dah! Kita lupa bayar makanan tadi!"Ikut-ikutan, Sarah menepuk jidatnya juga. Tersadar kalau mereka belum bayar sepersen pun makan

  • PESONA DOKTER SARAH   10. Cemburu

    "Udah jadi?"Suara Sarah mengagetkan Adam yang tengah membersihkan kekacauan akibat pecahan genteng yang jatuh ke dalam rumah. Dia mengelus dada, menetralkan detak jantungnya yang bertalu-talu."Kenapa gak salam dulu sih, Dok? Kaget tau. Kalau aku jantungan gimana? Dokter mau aku tinggalin di sini? Nanti gak ada yang gombalin Dokter Sarah lagi... mau?""Pengen banget!" sahut Sarah pendek. Dia terkekeh melihat muka Adam yang merengut."Jahat juga ya," gerutu Adam seraya melanjutkan aktivitasnya. Pria itu mengambil serokan dan mengumpulkan debu tebal tersebut. Selesai membuang sampah-sampah dan merapikan beberapa barang, Adam menengok kedatangan Sarah dengan pakaian casualnya."Mau ke mana?""Nyari makan. Mau ikut? Tapi nebeng," kata Sarah menunjukkan motor Adam yang terparkir di depan teras. Tak mau membuang kesempatan besar, Adam mengangguk antusias. Segera dia meletakkan kembali sapu di sudut ruangan, berlari kecil menuju dapur dan mencuci tangannya yang berdebu.Kembali dari dapur,

  • PESONA DOKTER SARAH   9. Mana Kawan, Mana Musuh

    Adam kembali pagi-pagi sekali setelah tidur beberapa jam di hotel dan mengabaikan kondisi Ardi bersama Sarah di rumah. Jelas Adam tidak khawatir Sarah dan Ardi macam-macam, karena dia tahu Ardi tidak tertarik pada hubungan rumit bersama wanita. Bahkan sejak Adam pergi, keduanya sudah terlibat dalam permusuhan tak tersirat yang lebih dulu dimulai oleh Ardi.Ketika dia sampai di teras, Adam melihat Sarah sudah keluar dari rumah. Tampak cemberut. Saat mendapati Adam pulang, senyumnya merekah tipis. Sambutan yang cukup membuat hati Adam berbunga-bunga."Dokter udah mau balik? Gak sekalian sarapan di sini?""Aku gak mau diintai terus sama temen kamu itu! Ngeri tahu!"Adam tertawa. Ardi menjalankan perintahnya dengan baik, bahkan lebih dari yang Adam harapkan. Sewaktu dia melirik ke pintu depan, Ardi berdiri di sana sambil bersidekap. "Mau ku antar ke rumah?" tawar Adam mengabaikan pelototan Ardi."Kamu baru balik," kata Sarah seraya mengawasi tampilan Adam yang luar biasa lebih rapi dari b

  • PESONA DOKTER SARAH   8. Gak Suka, Yaudah!

    "Rumah Sarah tempias. Atapnya udah rusak, besok rencananya aku mau benerin. Tapi hujan turun, kasian juga kalau dia mesti basah-basahan di rumahnya sendiri."Ardi bersidekap, nampak tak terima dengan keputusan Adam membawa Sarah ke rumah mereka. "Tapi setidaknya ada bagian di rumahnya yang gak kena tempiaskan?" tanya pria itu."Ardi," tegur Adam tak suka dengan sikap posesifnya itu, meskipun Adam tahu reaksi Ardi tersebut bentuk dari perlindungan sebagai pendamping yang diutus kakaknya. Namun Adam tak mau terus dikekang, seolah setiap langkahnya mesti diperhatikan.Maka dari itu, ketika Ardi marah karena kaget mendapati Sarah di rumah mereka. Adam dengan cepat menjelaskan asal muasal masalah yang mereka hadapi, berharap Ardi maklum. Tapi sebaliknya, Ardi malah reaktif. "Dia menguping pembicaraan kita.""Itu gak disengaja, Di.""Bagaimana kalau dia utusan seseorang?" tuduh Ardi makin membuat Adam berang, dia mendekati Ardi, menarik kerah kemeja pria itu dengan satu tangan. Ardi tak me

  • PESONA DOKTER SARAH   7. Bocor!

    Sarah mencangklong tasnya. Merogoh saku celana seraya mengeluarkan kunci lalu membuka pintu rumahnya yang kosong melompong. Tubuh wanita itu berbalik saat mengenali suara meraung kendaraan Adam yang mendekati halaman depan. Tanpa menunggu, Sarah masuk ke dalam rumah. Melepas jasnya, menyisakan kemeja putih bersih yang nampak indah di tubuhnya. Wanita itu mendengar suara Adam memanggilnya dari depan teras."Bu dokter...." Adam berteriak seperti anak kecil yang mengajak main. Pria itu menaiki tangga dan berdiri di depan pintu, melongokkan kepala, mengintip Sarah yang tengah mengamati atap rumah. "Boleh masuk gak nih?""Masuk aja," kata Sarah tanpa memandang Adam yang sedang menenteng tas kecil berisi peralatan tukangnya. Santai Adam mengeluarkan palu dan gergaji dari sana. Ikut mendongak ke atap. "Atap kamar aku bocor. Kalau hujan, semuanya gak sempet terselamatkan lagi.""Gampang! Udah nyiapin atap barunya gak? Paku sama kayu?" tanya Adam lantas diangguki Sarah.Tidak berbasa basi, Ad

DMCA.com Protection Status