Share

Perkara hadiah.

Author: Kencana Ungu
last update Last Updated: 2024-01-19 13:12:41

“Mah, boleh tidak aku tidur di sini, ya? Papah di kamarku berisik telponan aja jadi, aku enggak bisa tidur,” pinta Naila. Lamunanku buyar.

 

 

“Boleh, Sayang, sini Mamah peluk!”

 

 

“Mah, Papah itu teleponan sama siapa si, kok manggilnya sayang-sayang? Kata Papah, itu cinta sejatinya Papah,” tutur Naila lagi.

 

 

Astaghfirullah Mas Bayu, bisa-bisanya dia bilang begitu pada Naila. Jika di luaran sana orang-orang akan menutupi perselingkuhannya ini beda dengan Mas Bayu. Dia justru terang-terangan dan terkesan ingin membuat semua orang tahu. Apa si, bagusnya pelakor itu sampai membuat Mas Bayu tergila-gila begitu. Memang harus benar-benar buat perhitungan padanya.

 

 

“Cinta sejati seorang laki-laki itu biasanya ibunya, Nak. Nah, mungkin papah begitu juga ke nenek kamu. Sudah tidak usah dipikirin yang penting Naila sama Mamah dan papah baik-baik saja,” jawabku asal.

 

Ya, setidaknya sampai detik ini semuanya baik-baik saja. Entah besok atau lusa.

 

Kudekap erat putri semata wayangku karena dia satu-satunya kekuatan dan pelipur laraku saat ini.

 

 

Terserah Mas Bayu mau berbuat apa malam ini. Rasa cintaku mati tiba-tiba. Lebih baik kumenata hati untuk menerima kenyataan ini. Membayangkan dia bercumbu mesra saat memadu kasih dengan selingkuhannya membuat otakku mendidih.

 

 

Ting!

 

Pesan dari no asing. 

 

[Halo ... Aku, Rania, belahan jiwa Mas Bayu. Cuma mau kasih tahu aja bahwa sekarang Mas Bayu bukan cuma milikmu seorang, tapi dia juga milikku dan sebentar lagi akan jadi satu-satunya. Saranku kamu mundur aja, deh! Sebentar lagi kami mau menikah. Kamu pasti akan dibuangnya. Dari pada kamu makin merana lebih baik kamu mundur teratur saja. Ingat Melsa, tak dianggap itu rasanya enggak enak ‘loh! Mas Bayu bilang, kamu Cuma untuk mainan aja.]

 

 

Deg!

 

 

Kurang ajar sekali pelakor tak tahu diri ini! Pasti ini ulah Mas Bayu yang sudah memberikan nomorku padanya. Dasar laki-laki rombeng. Tapi, Mas Bayu bilang, aku kenal dengan simpanannya. Kalau kami saling kenal harusnya nomor ini ada namanya atau dia pakai nomor lain? Pengecut sekali!

 

 

[Melsa, kamu mau enggak aku kirim video hot kami? Pasti kamu akan terkejut dan akhirnya menyerah.]

 

Oh, rupanya pelakor ini mau memanasiku. Dasar murahan dan tak tahu malu.

 

 

[Hai, pelakor! Gimana rasanya tidur dengan bekasanku? Iih, pasti bikin nagih ya, buktinya kamu sampai rela jadi gundiknya. Sebegitu enggak lakunya kamu, sampai kamu rela ambil bekasan orang?! Ambil sana, ambil aja! Aku memang mau buang Mas Bayu. Sampah seperti dia memang pantas aku buang di tongnya. Silakan pungut biar rumahku bersih.] Jawabku.

 

 

[Kurang ajar ya, kamu, Melsa! Ngatain Mas Bayu sampah. Pantas saja Mas Bayu selingkuh, kamu kasar gini!] Balas pelakor itu lagi.

 

 

[Baguslah kalau kamu nyadar. Ambil sana sampah bekasanku. Dengan senang hati aku berikan padamu!]

 

 

Hanya dibaca setelahnya hilang foto profil. Oohh ... baru segitu udah kena mental. Sok-sokan neror aku giliran kena ulti langsung kabur.

 

 

“Melsa, buka pintunya. Kamu ngomong apa sama pacarku, sampai dia nangis-nangis begitu telepon aku!” teriak Mas Bayu. Rupanya pelakor itu ngadu. Baiklah kau jual aku beli!

 

 

Klek! Pintu kamar kubuka. Mas Bayu yang sedang sandaran di pintu sampai terjatuh. HP-nya mental dan rupanya mereka sedang video call.

 

“Enggak usah berisik, Mas. Lihat itu jam, sudah tengah malam. Aku enggak mau buat keributan. Kasihan Naila nanti kebangun,” ucapku.

 

 

“Aku enggak akan ribut kalau kamu enggak buat ulah, Mel. Lihat ini, pacarku nangis gara-gara kamu!” jawab Mas Bayu seraya menunjukkan ponselnya. Sakit banget, tak bisa digambarkan saat lelakiku malah menyalahkanku.

 

Astoge kol brokoli itu pelakor pakai handuk doang memperlihatkan paha mulusnya. Memang manusia tidak tahu malu.

 

 

“Enggak usah lebai, Mas! Pacarmu itu yang neror aku duluan. Kalau enggak mau kena senggol enggak usah ganggu macan lagi tidur. Siapa pun orangnya, senggol bacok!” jawabku santai. Kini aku menuju dapur rasanya haus sekali. Lagi pula kalau ribut depan pintu takut Naila bangun. Kasihan dia baru saja terlelap.

 

 

“Maksud kamu, apa?” tanya Mas Bayu sok polos atau memang beneran oon jadi enggak ngerti dengan ucapanku.

 

 

“Enggak ada penjelasan ulang, Mas. Kalau mau tahu tanya saja sama pacarmu itu. Kuteguk air dalam botol sampai tandas. Rasanya panas dan haus sekali. Hati dan pikiranku pun panas.

 

 

“Tapi, Mel ....”

 

 

“Tapi, apa? Enggak usah sok belain pacarmu itu! Atau kutendang burung puyuhmu itu biar enggak bisa berzina lagi!” seruku seraya kulempar botol dalam genggamanku.

 

 

“Bukan soal itu. Anu, itu ....” Mas Bayu mendekatiku. 

 

“Stop di situ atau aku lempar ini!” Ancamku seraya mengacungkan garpu.

 

“Oke, santai, Mel. Aku Cuma mau bilang, kembalikan hadiah motor yang tadi siang kukasih ke kamu. Itu sebenarnya yang beli pacarku. Sengaja memang untuk kamu, tapi berhubung kamu tadi sudah buat dia murka, jadi dia mau motor itu diambil lagi,” jawab Mas Bayu. Aku melongo. Apa tadi katanya? Motor hadiah Anniversary pernikahan itu dari selingkuhannya. Tak habis pikir dan habis kata-kataku untuk menjabarkan laki-laki pezina di depanku ini. Aku pun tidak sudi pakai barang hasil dari perzinahan bisa-bisa aku sial dibuatnya.

 

 

“Mel, kamu dengar ‘kan?” Lihatlah bahkan dia ngomong menghadap tembok! Laki model begini kok, selingkuh!

 

“Kupingku enggak budek, Mas. Ambil saja sana. Aku pun tidak sudi pakai barang haram!” tegasku.

 

 

“Haram? Itu halal, Mel. Pacarku beli pakai uang hasil keringatnya sendiri. Harusnya kamu bersyukur dikasih hadiah semahal itu. Dia benar-benar orang baik. Mana ada orang mau kasih hadiah motor baru ke orang lain. Punya otak itu dipakai, Mel, jangan hanya emosi aja yang digedein,” jawab Mas Bayu.

 

 

“Otakku berfungsi sebagai mana mestinya ‘kok, Mas. Otakmu itu yang harus kamu servis biar bisa mikir yang bener bukan cuma burung puyuhmu saja yang diservis!” sungutku. Enak saja dia bilang begitu dikira aku ini perempuan b*doh apa.

 

 

“Jaga bicaramu, Mel. Aku ini suamimu!” bentak Mas Bayu. Herannya dia sama sekali tidak berani menatapku.

 

 

“Jaga sikapmu, Mas. Enggak usah main bentak begitu. Harusnya kamu ngaca kenapa aku begini! Capek ya, ngomong sama orang sint*ng sepertimu!”

 

 

“Aku juga capek punya istri seperti kamu!” bantahnya.

 

 

“Baguslah, tinggal kita selesaikan saja di kantor pengadilan agama!” Tantangku.

 

 

“Enggak nyambung!” ucap Mas Bayu sebelum dia enyah dari pandanganku. Dia masuk kamar Naila, lagi-lagi pintunya dibanting dengan sangat keras. Biar saja rusak nanti juga dia sendiri yang ganti.

 

 

Hatiku kembali panas saat aku melewati ruang tengah menuju kamarku pasalnya motor matic model terbaru itu menghalangi pandanganku. Aku kira Mas Bayu beneran punya uang banyak sampai beli motor baru untukku, tak tahunya ini sogokan dari selingkuhannya.

 

Brak! Kurobohkan motor yang tadi siang kusayang-kusayang. Spionnya pecah. Tak lupa kuludahi dan kuinjak-injak. Kesal sekali  rasanya. Inginku bakar saja, tapi aku tidak mau masuk penjara yang ada nanti Naila tidak ada yang urus.

 

***

 

“Loh, Mas kamu enggak kerja?” Tumben sekali sudah jam 7 pagi, Mas Bayu belum siap-siap pergi kerja. Sebenarnya aku malas sekali mau menegurnya. Semua karena Naila.

 

 

“Hari ini aku libur. Aku mau di rumah saja,” jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

 

 

“Kalau gitu antar Naila sekolah. Aku sibuk,” kataku seraya kembali masuk kamar. Aku tidak mau bertatap muka dengan pengkhianat.

 

 

Tak lama terdengar suara motor menjauh. Baguslah dia beneran pergi.

 

Sepi. Bukan rumah ini yang sepi, tapi hatiku. Ingin menangis, tapi untuk apa? Menangis bukan solusi, meski tak kupungkiri semalam pun aku menangis. Tapi, aku sudah janji hanya untuk semalam saja. Aku tidak mau lagi menangisi nasib. Lebih baik aku fokus merubahnya. Aku sudah dibuang dan dicampakkan, jadi haram bagiku untuk kembali, meski nanti Mas Bayu bersujud di kakiku.

 

 

“Mel, bangun, Mel! Masih pagi juga sudah molor aja!” bentak Mas Bayu. 

 

“Enggak usah ganggu aku, lah, Mas. Pergi sana!” usirku.

 

 

“Bangun, ada ibu, tolong jangan kamu katakan yang sebenarnya, ya? Kamu tahu kan, ibuku bisa sakit kalau dengar kabar tidak mengenakan,” kata Mas Bayu lagi. Ooh, jadi ini alasan dia enggak masuk kerja. Dia takut aku ngadu pada ibunya.

 

 

“Aku tidak janji. Terserah aku mau ngomong apa. Mulut-mulutku, kok!” jawabku ketus.

 

Kesal sekali aku harus memenuhi keinginannya. Aku tidak bisa diatur lagi.

 

 

“Bay, istri masih pagi ‘kok dibiarin tidur sih, pemalas banget. Rumah berantakan malah tidur,” sahut Dwi, kakak iparku. Dia lagi ... si benalu, tak tahu malu main masuk kamar orang tanpa permisi.

 

 

“Enggak usah bawel, Mbak. Kalau enggak suka enggak usah datang ke sini!” jawabku. Sudah cukup aku jadi adik ipar yang baik. Mulai hari ini aku tidak mau lagi.

 

Mbak Dwi melotot tak terima aku bantah.

 

 

“Awas juling, Mbak!” kataku seraya beranjak pergi.

 

 

“Bu ... lihat ini menantu kesayangan Ibu, jam segini baru bangun. Pantas saja Bayu enggak kerja. Istrinya pemalas. Rumah berantakan enggak ada makanan pula,” adu Mbak Dwi. Ibu mertuaku sedang membereskan mainan Naila yang berserakan. 

 

“Biarlah, Wi. Melsa itu capek, dia harus ngurus apa-apa sendirian. Bayu mana paham pasti dia juga tidak pernah bantu istrinya,” jawab beliau.

 

 

“Tuh, lihat, mau dapat mertua baik seperti ibuku di mana lagi? Jadi, awas jangan macam-macam,” bisik Mas Bayu bernada ancaman.

Related chapters

  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Memberi tahu.

    “Kamu ngancam aku, Mas?!” gertakku, sengaja kukencangkan suaraku biar ibunya tahu.“Sssttt ... apa-apaan sih, kamu! Enggak perlu teriak gitu, dong!” Mas Bayu membekap mulutku.“Kenapa? Kamu takut orang tahu kebusukanmu? Berani berbuat berani bertanggung jawab dong, Mas!” sungutku.Kutinggalkan Mas Bayu yang hendak menyahut ucapanku. Gegas aku ke dapur membuat minuman untuk ibu mertuaku.Ini juga yang menjadi dilema untukku. Mertuaku baik sekali bahkan sudah seperti orang tua kandungku, tapi di sisi lain aku tidak mau bertahan dengan lelaki yang jelas-jelas sudah mengingkari janji pernikahannya padaku. Bagiku pengkhianatan adalah dosa besar yang tidak bisa aku tolelir apa lagi mereka sudah tidur satu ranjang. Berbagai peluh dan saling mencumbu. Haram jadah bagiku untuk kembali padanya. Jijik burung puyuhnya sudah dicelup sana-sini.“Buat minum apa bengong! Heran aku sama kamu, Mel, apa-apanya lelet. Gini kok, Bayu betah banget sama kamu!” omel Mbak Dwi, dia merebut gelas teh yang akan

    Last Updated : 2024-01-19
  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Sogokan dari selingkuhan.

    “Hahaha selingkuh? Kalau ngarang itu enggak usah terlalu tinggi, Mel. Takutnya malah jadi do’a loh!” Tertawanya Mbak Dwi membahana. Dia tidak percaya dengan ucapanku. Tapi, memang sih, bagi yang tidak tahu pasti tidak akan percaya karena Mas Bayu memang tipe suami penyayang keluarga.“Bay, bilangin istrimu ini kalau udah enggak betah sama kamu tidak usah memfitnah kamu begini. Ngeri banget si, fitnahannya itu loh, perselingkuhan,” ucap Mbak Dwi lagi.Mas Bayu tersenyum sinis padaku. Dia pasti merasa menang karena kakak tersayangnya tidak percaya.Kumenatap iba pada mertuaku, beliau satu-satunya harapanku semoga saja percaya padaku. Lagi pula aku punya bukti perselingkuhan mereka.“Sebaiknya kamu istirahat, Nak. Ibu tahu kamu capek banget dengan tingkah Bayu yang tidak adil padamu. Ini salah Ibu, harusnya tegas agar Bayu tidak menomor duakan anak dan istrinya,” sahut ibu mertuaku.“Tidak, Bu! Aku tidak sedang berbohong. Aku ada buktinya, kok!” Gegas aku ke kamar mengambil HP. Akan aku

    Last Updated : 2024-01-19
  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Nekat.

    “Waaah ... pasti Mas Bayu istimewa banget ya, sampai temannya baik banget kasih kebutuhan pokok sebanyak ini. Pasti ada maunya,” sindirku.“Tidak usah suuzon begitu, Mel. Bayu itu orang baik di mana pun berada makanya banyak yang sayang,” jawab Mbak Dwi.“Iya, saking baik dan sayangnya sampai kelewatan,” jawabku.Ibu mertuaku dan Mbak Dwi bersamaan menoleh padaku. Pasti mereka tidak akan menyangka kalau aku selalu saja membantah ucapan mereka.“Terserah kamu lah, Mel! Orang dapat rezeki kok, malah suuzon harusnya itu bersyukur dan ngucapin terima kasih,” kata Mbak Dwi lagi.“Kalau Mbak Dwi dikasih sesuatu sama maling yang sudah mengambil barang sangat berharga bagi Mbak, apa Mbak Dwi akan bilang terima kasih?” tanyaku menohok. Tatapanku beralih pada Mas Bayu yang sejak tadi sudah gelisah.“Maling? Apaan si, kamu, Mel, ini halal.”“Ah ... terserahlah. Aku mau ke kamar. Lelah banget rasanya. Ayo, Naila, kita tidur sudah malam takut besok kesiangan,” kataku seraya mengambil Naila dari p

    Last Updated : 2024-01-19
  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Double ujian.

    “Kita harus laporkan kasus ini ke polisi, Bu. Sebab tidak hanya berbahaya bagi Naila, tapi juga ancaman serius untuk siswa yang lain. Sekolah bisa jadi tidak nyaman apalagi kalau berita ini sampai menyebar ke luar. Resikonya terlalu besar. Sekolah bisa saja tidak dapat peserta didik baru nantinya,” ucap Kepala Sekolah lagi.“Saya setuju. Ini tindak kriminal memang harus diperkarakan. Saya tidak mau cucu saya Naila kenapa-kenapa. Pasti dia sudah jadi incaran karena orang itu sudah tahu betul siapa saja orang-orang terdekat Naila,” sahut mertuaku.“Saya juga setuju, Bu. Ini semua demi keamanan dan kenyamanan anak-anak di sekolah,” jawabku. Ah, lega sekali setidaknya dengan begini Mas Bayu dan selingkuhannya tidak bisa berkutik. Mertuaku dan kakaknya juga akan segera tahu.“Saya tidak setuju!” Baru saja kami hendak masuk ke mobil, tiba-tiba Mas Bayu datang dengan seorang wanita bercadar. Aku yakin sekali dia dan selingkuhannya buru-buru datang ke sini agar tidak ada yang melaporkannya k

    Last Updated : 2024-01-25
  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Akankah ibu mertua percaya?

    “Jadi, kamu enggak kasih izin kami tinggal di sini, Mel?” “Enggak Mbak, aku tidak kasih izin. Mbak Dwi kan, punya rumah ngapain tinggal di sini!?" tegasku.“Ya, kami di sini untuk jagain ibu. Selama ini kan, kami jagain ibu. Sepi kalau tidak ada ibu. Lagi pula ada lebihan kamar itu di belakang,” jawab Mbak Dwi kekeh memaksa tinggal di sini.“Kalau Mbak Dwi enggak mau pergi, maka aku akan minta bantuan RT untuk usir Mbak Dwi!" Ancamku.“Eh, kurang ajar ya, kamu! Ini juga rumah adikku. Kamu lupa tanah ini milik orang tua kami?”“Enggak lupa kok! Sepertinya memang Mbak Dwi yang lupa bahwa rumah ini dibangun pakai uangku.”“Ih, kamu itu ya, nyebelin banget!” Mbak Dwi hendak mendorongku, tapi aku berhasil menghindar. “Dwi, jaga sikapmu! Apa yang dikatakan Melsa itu benar. Kamu punya tempat tinggal ngapain ikut Ibu ke sini. Kalau alasan kamu sepi enggak ada Ibu, ya, udah Ibu pulang saja. Lagi pula orang tua Melsa juga mau ke sini,” sahut mertuaku. Beliau memang selalu baik hati dan menjad

    Last Updated : 2024-01-25
  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Rasain!

    “Emm ... ini, Bu ... anu temanku Rania lagi ada masalah sama keluarganya, jadi minta izin singgah ke sini sebentar biar hilang penat,” jelas Mas Bayu. Keringat sebesar biji jagung bercucuran di dahinya. Padahal malam ini cukup dingin.Ibu dan Mbak Dwi menatap curiga, tapi sejurus kemudian Mbak Dwi tersenyum lebar saat Rania mengangkat plastik belanja yang dia bawa.“Waah ... boleh-boleh. Ayo, sini masuk, Rania! Udah enggak usah sungkan memang istrinya Bayu begitu. Dia selalu saja suuzon kalau ada perempuan main padahal kan, cuma teman kerja aja,” ucap Mbak Dwi. Ditariknya tangan Rania.Saat melewatiku, Rania tersenyum sinis penuh kemenangan. Begitu juga Mas Bayu. Dia berkali-kali mengusap dadanya, pasti dia merasa lega karena Mbak Dwi percaya padanya. Sedang mertua masih berdiri terpaku di sampingku. Mungkin iba padaku.“Wah, rame, ya? Kalau di rumah Rania cuma sama mamah aja dan itu pun selalu ribut,” ucap Rania. Entah kenapa aku merasa ada yang aneh padanya. Suaranya juga seperti di

    Last Updated : 2024-01-25
  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Balasan untuk ipar tak tahu diri.

    “Ibu, kok, gitu, sih! Ibu bilang kita harus menghormati tamu sekalipun itu musuh kita,” protes Mbak Dwi.“Ibu, paham. Hanya saja Ibu merasa tamu kali ini berbeda. Bukankah kita sudah menjamunya. Rumah ini sempit tidak bisa lagi menampung orang lain,” jawab ibu dengan santainya.“Kan, ada kamar Naila, aku sama Mas Rudi dan anak-anak bisa di kamar belakang. Enggak enak loh, Bu, Rania sudah bawa oleh-oleh banyak gini untuk kita. Weh ... kok, malah kita usir,” kata Mbak Dwi lagi.“Kamar Naila mau Ibu tempati. Sudah jangan banyak bantah. Ibu tidak suka dibantah. Silakan pergi Mbak Rania! Kami semua mau istirahat,” usir ibu lagi. Rania dan Mas Bayu terlihat sangat kesal sekali, tapi Mas Bayu tidak bisa berkutik.“Ibu, jahat ih!” Mbak Dwi masih saja berisik.“Kamu sekalian pergi juga Mbak, aku juga tidak mengizinkan kamu dan keluargamu tinggal di sini. Sana pulang! Punya rumah kok, senangnya jadi benalu di rumah orang lain,” sahutku.“Eeh ... kurang ajar ya, kamu! Ini rumah adikku, jadi ters

    Last Updated : 2024-01-25
  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Ciuman dengan siapa?

    “Mel! Sudah siang ini kok, belum bangun, kamu enggak masak juga, sih? Ibu juga enggak masak, aku mau kerja!” Mas Bayu menggedor-gedor pintu kamarku. Rasain! Emang enak. Sebenarnya aku dan ibu sudah bangun dari tadi subuh, kami sengaja tidak keluar kamar karena malas mau meladeni Mas Bayu. Biar saja dia mandiri hitung-hitung latihan nanti kalau kami beneran berpisah.“Bu, aku mau kerja kalau enggak sarapan nanti aku kelaparan dan enggak fokus!” rengeknya.“Belilah sana! Ibu capek enggak masak, mau istirahat,” jawab mertuaku.Tak lagi terdengar suara Mas Bayu mungkin dia beneran beli sarapan.“Ibu capek? Nanti kita panggil tukang urut, ya?” ucapku.“Enggak, Mel! Ibu bohong aja sama Bayu. Biar dia enggak nyuruh kita buat masak,” jawab ibu.“Nanti aku nitip Naila ya, Bu. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan.”“Mau ke mana? Apa ada yang kamu sembunyikan dari Ibu, Mel?”“Mau ketemu teman, Bu. Tenang aja, tidak ada yang aku sembunyikan dari Ibu,” jawabku. Memang setelah urusanku beres aku aka

    Last Updated : 2024-01-25

Latest chapter

  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Diculik.

    “Alhamdulillah kamu udah sadar, Melsa,” ucap Mbak Dwi.Kupindai sekeliling ruangan, benar saja aku berada di rumah sakit. Badanku rasanya ngilu semua dan kepalaku pusing sekali.“Jangan banyak bergerak! Kata dokter, kamu harus banyak diam karena ada beberapa tulangmu yang patah. Lihat ‘tuh kakimu sampai digipsum gitu. Tangan kirimu,” juga ucap Mbak Dwi lagi. Benar sekali, pantas saja rasanya sakit sekali. Salahku melawan perempuan jadi-jadian itu, tapi kalau aku tidak melawan rasanya geram sekali.“Tentang Nayla, tenang saja. Dia aman di rumah sama ibu. Kamu fokus sama kesehatanmu, ya?” ujar Mbak Dwi lagi, seolah dia tahu apa yang ada di dalam pikiranku.“Aku haus, Mbak, aku minta minum,” pintaku. Gegas Mbak Dwi memberiku minum. Hampir satu gelas habis. Tenggorokanku rasanya kering.“Aku, sudah buat laporan ke kantor polisi mudah-mudahan segera ditangani. Ini sudah masuk penganiayaan dalam rumah tangga, KDRT dan perselingkuhan. Semoga nasib baik bagi berpihak pada kit, ya, karena kita

  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Saling melindungi.

    "Tidak usah menjelaskan seperti apa pun, Bay. Tanpa kamu jelaskan aku sudah paham semuanya. Terlaknat, kamu! Kurang apa aku mendidikmu selama ini! Percuma kamu sekolah tinggi sampai sarjana kalau akhirnya jalanmu salah begini?! Malu, aku sungguh malu, Bay! Di mana otakmu sampai kamu tidak bisa membedakan mana yang benar dan tidak!” Mbak Dwi teriak histeris sampai memukul-mukul dadanya sendiri. Aku tahu pasti Mbak Dwi sangat kecewa sama seperti yang kurasakan dari awal aku tahu sampai saat ini.“Dan kamu dengan beraninya berdandan seperti wanita lalu datang ke sini untuk mengelabui kami semua! Dasar manusia laknat!” umpat Mbak Dwi pada Rania alias Roni.“Kami bukan manusia laknat, Mbak. Kami punya hak atas diri kami. Kami diciptakan berbeda. Kalian harus terima itu,” jawab Mas Bayu.Plak! Plak!Mbak Dwi menampar mulut Mas Bayu sampai berdarah. Tak kusangka tenaga Mbak Dwi kuat sekali.“Hak, kamu bilang? Ini otak isinya t*i semua jadi kamu tidak bisa berpikir jernih. Tidak ada hak asasi

  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Pembelaan.

    "Astaghfirullah ... Roni, kok, bisa! Jadi ini benar!?” pekik Mbak Dwi. Dia ternganga. Pasti Mbak Dwi tidak pernah menyangka sebab selama ini dia selalu saja membanggakan Rania alias Roni, sebagai wanita dermawan yang senang berbagi apalagi Mbak Dwi sudah dijanjikan mau diajak shopping dan beli mobil. Fantastis, kan?“Tidak! Ini pasti mimpi!” serunya lagi seraya menabok-nabok pipinya sendiri.“Lihat! Buka matamu lebar-lebar, Mbak! Manusia laknat ini sudah membohongi kita semua. Dia dan Mas Bayu sudah mencabik-cabik harga diri kita. Menjijikkan sekali. Masihkah Mbak Dwi membanggakan mereka?! Cuih! Bahkan bumi pun menolak kehadiran mereka,” ucapku lantang seraya kulempar rambut palsu milik Roni tepat mengenai wajah Mas Bayu. “Bagaimana bisa seperti ini? Oh, Tuhan! Apa salahku!” Mbak Dwi masih saja histeris. Wajar jika Mbak Dwi susah mempercayainya karena selama ini Roni perfect sekali dalam berpenampilan seperti wanita nyaris tak ada celah, jika tidak mengamatinya dengan jeli.“Ini nyat

  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Terbongkar

    “Mel, ngomong apa, sih? Enggak lucu, tahu!” ujarnya.“Memang enggak lucu, Mbak, tapi itulah kenyataannya. Suami yang aku cintai setulus hati, adik laki-laki yang selalu Mbak Dwi banggakan ternyata seorang biseksual, pesakitan. Menyakitkan bukan? Tapi, inilah kenyataannya,” jawabku.“A—pa itu benar, Bay?” tanya Mbak Dwi. Mendengar itu aku hanya tertawa sumbang. Mana ada maling mau ngaku.“Mbak, tahu aku dari kecil mana mungkin aku melakukan itu,” jawab Mas Bayu tanpa mau menatap wajah Mbak Dwi.“Sudahlah Mas, katakan saja yang sejujurnya,” sahutku.“Tidak! Aku tidak menyimpang. Aku normal!” teriak Mas Bayu.“Tidak mungkin itu, Mbak. Aku kenal Bayu sebagai lelaki relegius,” bela Rania.“Kamu, tolong katakan yang sebenarnya. Jika kamu masih punya hati nurani,” ucapku pada Susi. Perempuan itu terlihat sangat ketakutan dan panik sampai meremas jari-jari tangannya.“Dia pelakor pastilah dia akan katakan yang jelek-jelek tentang Bayu biar dia bisa kembali pada Bayu dan kamu tersingkirkan,”

  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Tidak mau mengaku.

    “Terserah saja Mbak, aku tidak peduli apa pun yang terjadi nantinya. Mau Mbak Dwi ketua geng, ataupun hanya anggota yang jelas kalau perempuan ini tidak mau menjelaskan yang aku minta tadi, maka video ini dalam hitungan detik akan aku sebarkan,” jawabku.“Sudahlah Mel, aku sudah minta maaf dan tolong biarkan Susi pergi,” pinta Mas Bayu.“Tolong izinkan aku pergi ... kalau tidak, maka akan terjadi sesuatu pada anakku. Nyawa anakku jadi taruhannya” sahut Susi. Sebenarnya kasihan, aku yakin dia sudah mendapat ancaman dari Rania.“Kamu tidak usah takut. Jika terjadi sesuatu pada anakmu berarti pelakunya sudah diketahui. Hidup dan mati itu di tangan Allah bukan ada pada pengancam itu. Andai kamu yang di posisiku, pasti kamu juga akan melakukan hal sama. Kita ini sama-sama perempuan, bukankah sesama perempuan harus saling support? Cepat katakan, aku tidak ada waktu lama hanya untuk menunggu pengakuanmu.”“Tidak! Aku tidak berani. Tadi aku hanya salah ucap saja,” tolak Susi.“Sudahlah Mel,

  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Pelakor itu bernama Susi.

    “Ba—gaimana bisa, kamu sama dia, Ran?” tanya Mas Bayu. Rania buang muka enggan menjawab lalu duduk di dekat Mbak Dwi. Aku pun sebenarnya heran dari mana Rania bisa tahu bahwa yang ada di video yang kami lihat perempuan ini? Hebat sekali dia atau mereka sudah saling kenal?“Ma—af Mas, aku harus mengakui ini jika tidak dia akan menyakiti anakku,” ungkap perempuan di depanku, sementara Rania tersenyum sinis.“Ta—pi, kita sudah putus hubungan,” sangkal Mas Bayu.“Mau putus atau tidak yang jelas aku sudah bawa perempuan Dajjal ini di hadapanmu dan keluargamu, Mas. Jadi, keluargamu tahu yang sebenarnya dan tidak akan menyalahkanku,” sahut Rania. “Lagi pula siapa yang menyalahkanmu, Ran? Kok, kamu merasa jadi tersangka?” timpalku. Rania terlihat kikuk.“Sudah berapa lama kamu menjalin hubungan dengan adikku? Apa saja yang sudah kamu dapatkan darinya? Dasar pelakor!” bentak Mbak Dwi seraya menjambak rambut perempuan itu. Tak dihiraukannya rintihan kesakitan dari mulut perempuan itu.“Kami su

  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Dia dibawa pulang.

    “Allahuakbar! Allahuakbar!”Lantang suara azan terdengar. Aku menyudahi perseteruan ini. Tak kuhiraukan mereka. Gegas aku masuk ke kamar untuk melaksanakan salat Maghrib.Terserah saja mereka mau berpolah seperti apa. Toh, enggak ada manfaatnya lagi untukku. Kulihat ibu mertuaku sudah menggelar sajadah bahkan sedang melaksanakan salat sunah. Sedang Naila masih asyik dengan ponsel neneknya. Kali ini kutak menegur Naila kenapa kembali bermain ponsel. Barangkali mertuaku ada maksud lain memberikan ponselnya lagi pada Naila. Mungkin itu cara ibu mertuaku mengalihkan perhatian Naila. Beliau tidak mau cucunya teringat adegan menjijikkan antara papahnya dengan perempuan lain. Walau bagaimana pun juga Naila itu manusia normal pasti lambat laun akan semakin paham.“Sudah dulu ya, main HP-nya kita salat dulu, Nak!” Naila langsung mengangguk dan beranjak ke kamar mandi.Kusimpan HP Mas Bayu di tempat aman. Aku akan bawa HP itu sebagai bukti, meski tidak yakin kalau Mas Bayu akan membiarkan HP-n

  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Siapakah dia?

    “Eh, anak kecil kok tahu ciuman segala? Kalau ngajarin anak yang bener, Mel!” sahut Mbak Dwi. Ah, jengah sekali, selalu saja dia menyalahkan aku dan berkata yang tidak-tidak tentang pola asuhku. “Ngaca dulu Mbak kalau mau ngomong! Noh, kaca di ruang tengah besar,” jawabku.“Malah ngajarin aku? Kamu lupa aku itu lebih tua dan aku lebih tahu tentang kehidupan dan pola asuh anak? Anak itu diajarin yang bener biar enggak buka-buka privasi orang tua. Masa iya, video ciuman begitu sampai anak tahu. Kamu juga aneh, ngapain juga buat video begituan. Biarpun cuma ciuman, tapi itu enggak pantas kalau ditonton anak!” ujar iparku lagi seraya menoyor kepalaku. Pasti Mbak Dwi mengira kalau itu video antara aku dan Mas Bayu.“Naila, lihat video siapa, Nak?” tanyaku. Malas aku meladeni Mbak Dwi. Bisa-bisa Mas Bayu dan pacarnya bisa lolos lagi dari tuduhan.“Pakai tanya segala! Ya, jelas video kalian berdua lah! Siapa lagi? Makanya tadi aku bilang jangan buat video aneh-aneh. Itu bahaya! Kalau Naila

  • PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.   Alasan.

    “Hah, kamu pakai rambut palsu, Ran!” Mbak Dwi terlihat sangat terkejut begitu juga dengan mertuaku dan Mas Bayu. Sialnya Rania pakai ciput. Aneh sekali!Memanglah benar kata dokter dan orang-orang itu. Kaum pelangi itu aneh dan gila. Mereka akan melakukan berbagai cara untuk membenarkan penyimpangannya ataupun menyembunyikan identitasnya.Nasibku harus berurusan dengan mereka. Andai ... ah, andai saja aku bisa menghilang dari sini tentu sudah aku lakukan sejak pertama kali mengetahui perselingkuhan mereka. Sainganku berat sekali. Mungkin juga dia seorang psikopat!“Kenapa kamu pakai rambut palsu, Ran? Kenapa rambutmu? Kok, diam saja?” cecar Mbak Dwi.Pasti dia sedang memikirkan jawabannya. Kata Wina, sahabatku, aku tidak boleh gegabah jika tidak mau berakibat fatal. Kalau menuruti hawa nafsu dan emosi sudah kuhajar mereka dan kutarik ciputnya itu.Wina bilang, jalani dengan santai seraya atur strategi. Karena menurutnya Tuhan sudah menyiapkan keadaan yang sangat epik untuk membongkar

DMCA.com Protection Status