‘’Bukankah Tuan memiliki karyawati bernama, Sara?’’ tanya Anton, dengan menempelkan siku kanannya pada tangan kirinya.
‘’Apa yang menarik dari gadis, itu?’’
‘’Menurut saya, dia adalah gadis yang jujur. Sara juga bukan orang pendendam, lagipula dia lumayan pintar daripada karyawan yang lainnya,’’ jawab Anton.
‘’Kau berbicara seperti itu bukan karena kau menyukainya, kan?’’
‘’Usia saya sudah tak lagi muda, meskipun saya seorang duda, tapi saya masih tau umur. Lagipula, bukankah saya lebih cocok menjadi seorang paman baginy
‘’Tidak masalah. Asisten saya yang akan mengajarimu langsung,’’ ucap Amar sembari melempar tugas kepada Anton.Anton melirik ke arah Amar dengan lirikan tidak biasa. Ada keheranan dalam hatinya, tidak biasanya ia memasrahkan tugas, untuk mengajari karyawannya. Karena selama ini, Amar selalu terjun langsung jika berkaitan dengan pekerjaan. Ada yang lain darinya.Sara sudah kehabisan akal, dia tidak bisa mengelak dari keinginan bosnya itu. Tidak ada stok kata lagi untuknya.‘Ya Tuhan … lindungilah saya dari monster egois ini,’ besit Sara dalam hati. Terbesit perasaan ragu dalam dirinya, apalagi jika harus menghadapi temperamen buruk bosnya itu. ‘’Ini adalah ruangan kamu. Tugas kamu selain membuat laporan penjualan, juga harus saling membantu anggotamu apabila sedang mengalami kesulitan. Yang perlu
Amar sangat tahu jelas, bahwa itu adalah menu andalan toko mereka. Andra bukanlah orang pertama yang memuji rasa kue itu. Meskipun ia seorang laki-laki, Andra memiliki selera rasa yang cukup tinggi. ‘Apa dia orangnya?’ batin Amar dalam hati. Ia sedang kepikiran soal seseorang yang telah memberi Sara sebuah handphone. Sungguh konyol baginya jika harus bertanya tentang urusan pribadi orang lain. Bisa-bisa ia akan diledek kepo oleh asistennya sendiri, yang sedari tadi mendengar pembicaraan mereka. Lagipula, masalahnya pun sudah selesai. ‘’Wah. Amazing! Saya sungguh merasa tersanjung, karena anda tidak hanya partner kerja saya, melainkan juga pelanggan setia di toko roti saya,’’ timpal Amar sembari mengungkapkan rasa senangnya itu. Mereka berdua benar-benar terlihat sangat cocok. &nb
‘’Tidak baik masih berlama-lama di tempat ini ketika makanannya sudah habis,’’ bisik Anton mendekat ke telinga Amar. Ia hanya berniat mengingatkan bosnya itu kalau malam semakin gelap. Restaurant yang mereka tempati juga mau segera tutup.Amar melihat denting arlojinya, memang benar, waktu sudah menunjukkan pukul 21.55 WIB. Itu artinya, lima menit lagi restaurant ini akan segera tutup. ‘’Sempatkan waktu untuk bisa mengobrol lagi di lain hari, Tuan Amar,’’ tutur Andra dengan tersenyum berharap. Saking asyiknya mereka mengobrol, membuat waktu berjalan terasa lebih cepat. ‘’Tentu, Tuan Muda!’’ Amar menjabat
Andra membalas tatapan Sara dengan melantunkan senyum di sela bibirnya. ‘’Aku memang baik ke semua orang. Ayo! Masuklah ke mobilku,’’ jawab Andra sembari mengajak Sara untuk segera masuk ke dalam mobilnya.Sara benar-benar merasa bersyukur karena masih ada oran baik seperti Andra. Meskipun ia baru mengenal laki-laki itu, Sara sangat yakin kalau dia memang laki-laki baik. Dari sikapnya yang begitu sopan kepada perempuan, serta perkataannya yang tidak melebihi batasan, membuat Sara merasa sangat senang karena bisa berteman dengannya. Andra menancap pedalnya dengan kecepatan normal, tidak lupa juga menghidupkan lampu dalam mobil karena kondisinya yang gelap. ‘’Aku mengenal pemilik toko roti di tempatmu beker
Senyum manis di sela bibir mewakili perasaan bangganya kali ini. Meskipun ia tidak benar-benar ingin menjual resepnya itu, namun Amar justru menangkap hal lain dari perkataannya. ‘’Nona, tidakkah kau sedang meremehkanku kali ini? Sebut saja berapa pun nominalnya, saya akan segera membayarnya dengan kontan!’’ Amar menggerutu hebat dalam hati. Bagaimana mungkin ia diremehkan oleh karyawannya sendiri. Harga dirinya benar-benar tinggi, dan juga sensitif. Dipandanginya gadis di hadapannya itu. Sungguh tidak masuk akal. Lagi-lagi ia terbawa suasana dengan kecantikannya. Ingin sesekali melontarkan perkataan kasar, namun hasilnya tetap sama. 
‘’Ini tempat apa? Kok tempatnya agak gelap?’’ Sara memastikan kembali bahwa dirinya dibawa ke tempat yang aman. Sara melihat sekelilingnya, tempatnya begitu remang. Ditambah sepanjang jalan yang lumayan sepi, membuat Sara semakin penasaran. Ia juga melihat bayangan lampu warna-warni yang memantul dari dalam diskotik. ‘’Heyy, kamu gaperlu takut, kita bersenang senang nanti di sana,’’ Andra mencoba menenangkan Sara, agar wanita itu tidak sampai berpikiran macam-macam.Sara mengangguk tegas dengan tatapan mata mengiyakan. Ia meyakinkan dirinya sendiri, kalau laki-laki di sampingnya itu tidak akan membohonginya. Andra menggandeng lengan Sara,
Pintu kamar terbuka sesaat setelah Andra menempelkan kartunya, dengan perasaan tidak sabar, ia menggeletakan tubuh Sara di atas kasur berselimut tebal. ‘’Le … paskan, aku!’’ Sara melirih rintih. Seolah-olah ia tahu niat jahat yang sudah direncanakan Andra kepadanya. ‘’Rupanya kamu masih sadar juga ya, tubuhmu lumayan kuat juga.’’ Andra sedikit terkejut ketika mendapati Sara yang masih memiliki kesadaran. Obat tidur yang dicampurkan di dalam minuman memabukkan itu, tidak sepenuhnya membuat Sara tertidur. Andra tersenyum nakal. Dipandanginya tubuh Sara, tidak ada cacat sama sekali. Kulitnya terlihat putih bersih, meskipun ia tidak memakai perawatan badan, atau semacamnya. Begitu pula dengan wajah cantiknya, hampi
Amar terlebih dahulu menyelami dunia malam daripada Andra. Namun Amar hanya sebatas minum, lalu mabuk semalaman. Anton lah yang selama ini menjadi saksi bisu perbuatan kelam bosnya itu.Meskipun banyak wanita jalang, dan penggoda yang berusaha mendekati Amar. Namun ia sangat merasa jijik jika harus menghabiskan waktu malamnya dengan salah satu mereka. Sebelum ia melakukan hal itu, selalu muncul bayangan ketika Amar bercinta dengan bekas orang lain. Sungguh Amar tidak punya selera terhadap mereka. Itu artinya, Amar masih perjaka. Karena sampai sekarang, ia tidak pernah berhubungan badan dengan wanita mana pun. Terlebih lagi ia mengingat penderitaan ibunya, yang mana kala itu ibunya harus sengsara karena ulah seorang janda penggoda. Andra segera pergi untuk mencari kartu kamarnya, lalu mengambilnya di tempat switch. Swicth