Di Hospital Healty, Nana mulai membuka matanya, di sana ada seorang dokter dan perawat yang sedang memeriksa.“Dokter, bagaimana keadaan anak saya?” tanya Ena, dengan raut wajah penuh kecemasan.“Keadaan pasien sudah membaik dan anak ibu sudah sadar. Pelan-pelan ajaklah untuk berkomunikasi.” Dokter menjelaskan pada Ena, sembari memeriksa keadaan Nana.Setelah dokter keluar dari kamar, Ena duduk di sebelah putrinya, mereka saling tatap.“Nana, bisa dengarkan Mamah,” ucap Ena pelan.“Iya, Mah,” jawab Nana lirih dan lemah.Mendengar ucapan Nana, Ena merasa lega. Kini kondisi putrinya sudah membaik dan sadar dari komanya selama 4 hari.“Nana, maafkan Papah ya. Papah baru bisa datang menjenguk Nana.” Haris berbicara, seraya mengusap lembut kening Nana. Dan Nana hanya membalas dengan senyum di bibirnya.***Keysha mendesah kesal, ketika melihat Rendi masuk ke ruangannya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena Rendi adalah atasannya.“Ada apa Pak Rendi?” ta
Mobil berhenti tepat di depan rumah Keysha. Terlihat Rendi keluar dari mobil dan melangkah cepat ke arah pintu depan.“Papah,” teriak Rendi, lalu membantu Papahnya berdiri.“Rendi, cepat bawa Pak Haris pergi dari sini,” ucap Keysha, dengan wajah ketakutan.“Yudistira, aku ke sini akan mengambil mobil Mamah. Dan sebagai gantinya aku berikan cek 100 juta,” ujar Rendi, sambil meraih selembar cek dari saku kemeja, dan memberikannya pada Yudistira. ”Kamu, tidak pantas menaiki mobil mewah itu, hanya seorang accounting saja, memakai mobil semewah itu,” sambung Rendi, dengan tatapan hinaan.Yudistira meraih cek itu, kemudian mengambil ponsel dari sakunya dan menghubungi Bu Ena. Yudistira sengaja menspeker suara supaya semuanya dapat mendengar.“Malam, Bu Ena,” ucap Yudistira.“Malam, Yudistira. Ada apa?“Begini Bu, apakah benar Bu Ena, ingin mengambil kembali mobilnya dan mengganti dengan uang 100 juta pada saya?”“Saya, tidak pernah meminta kembali apa yang sudah saya berikan. Mobil itu akan
Hari terus berlalu. Rani semakin berambisi untuk membalas dendam. Kini ia sudah mempunyai banyak rencana di hatinya. Salah satunya adalah membuat retak hubungan Yudistira dan Keysha. Bagaimanapun juga, Rani tidak rela jika Yudistira memberi kebahagiaan pada Keysha, putri dari Rama. Walaupun dulu Rani pernah mencintai Rama dengan sepenuh hati. Tapi setelah mengetahui, jika Rama tidak benar-benar mencintainya bahkan tidak menolongnya saat malam memilukan itu terjadi, kebencian mulai merasuki hatinya{Yudistia, nanti mampir ke rumah, sepulang kerja}Rani, mengirim sebuah chat pada Yudistira dan dalam waktu singkat chat pun dibaca dan dibalas.{Baik Bu, nanti Yudis ke rumah Ibu.}Rani, mengulas senyum. Ia pun menuju dapur dan mulai memasak, untuk makan malam nanti. Beberapa menu spesial mulai di olah, ayam kecap pedas, rendang daging dan sop buntut menjadi pilihan Rani, dan kebetulan bahan–bahan yang di perlukan ada di dalam kulkas.Siang berlalu, diganti senja yang datang dalam sekeja
Mobil berhenti tepat di depan rumah Keysha. Rumah bernuasa alam minimalis itu nampak gelap dan sepi. Mobil milik Yudistira pun tidak kelihatan terparkir di halaman maupun di garasi. Keysha turun dari mobil.“Nampak sepi dan gelap, Yudistira tidak di rumah?” tanya Rendi sambil menatap keluar mobil.“Kayaknya Mas Yudistira belum pulang,” jawab Keysha pelan, ada gurat marah dan kecewa di wajahnya.“Hati-hati Sha. Kamu mencela Papahku, berselingkuh dengan sekretarisnya, jangan-jangan suamimu berselingkuh dengan teman kerjanya.” Rendi tersenyum tipis, dan menatap Keysha. Hatinya puas membuat wajah Keysha berubah pias.“Suamiku tidak seperti Pak Haris. Dan jangan mencampuri urusanku,” ucap Keysha, segera menutup pintu mobil. Dengan kasar.Rendi membuka kaca jendela mobil dan berteriak pada Keysha. ”Aku siap meminjamkan bahuku Sha!” Rendi tertawa lepas, sambil tancap gas mobil dan meluncur ke jalanan.Keysha tidak memperdulikan ucapan Rendi, ia melangkah cepat menuju pintu dan berlahan memb
Yudistira, apa kamu selingkuh!” bentak Rama, sambil berdiri, matanya menatap tajam ke arah Yudistira.“Tidak ada yang selnigkuh Pah. Keysha hanya salah paham,” jawab Yudistira, sambil mendekat ke arah sofa.Keysha hanya terdiam, mengangkat wajah, ia berusaha menahan air matanya supaya tidak tumpah.“Keysha! Benar yang dikatakan suamimu itu,” tanya Rama, kini matanya beralih menatap Keysha.Bukannya menjawab pertanyaan Papahnya, Keysha malah memilih diam dan bulir bening yang ditahannya tumpah tanpa bisa dihentikan. Keysha menangis, ditutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Risma pun refleks memeluk putrinya. Sementara Yudistira nampak bingung dengan situasi yang menyudutkan dirinya.“Yudistira, mana janjimu untuk membuat Keysha bahagia, lihat dia menangis seperti itu.” Rama marah, ia berbicara sambil berkaca pinggang dan suaranya keras.“Pah, Mah. lebih baik kalian pulang dulu. Aku dan Keysha akan menyelesaikan masalah ini!” pinta Yudistira, raut mukanya terlihat cemas karena situasi
“Sha, bangun. Shalat yuk, udah subuh.” Yudistira mengusap lembut pipi Keysha. Berlahan Keysha membuka mata. Dilihatnya dekat wajah Yudistira yang sedikit basah, dan rambut yang basah pula.“Mandilah, dan sekalian wudhu. Kita shalat berjamaah,” sambung Yuditira.Keysha tersenyum. Lalu bangkit dari tidurnya dan berjalan pelan menuju kamar mandi. Tidak lama kemudian ia keluar dan segera memakai mukena warna putih dan berdiri di belakang Yudistiara untuk melaksanakan shalat Subuh dengan khusuk.***Sinar mentari masih enggan menampakan sinarnya, udara pagi masih dingin menusuk tulang. Yudisira dan Keysha berjalan menyusuri pantai. Semalam sengaja Yudistira mengajak Keysha menginap di hotel dengan view pantai Anyer. Setelah semalam dinner romantis, menghabiskan malam di kamar hotel dan sekarang menikmati deburan ombak pagi. Yudistira mengandeng tangan Keysha, angin sejuk mulai berhembus, telapak kaki Keysha berjalan di atas pasir putih. Yudistira memeluk Keysha dari belakang. Keysha lalu
Dania merasa senang dapat menbantu Nana keluar dari traumanya. Setelah beberapa kali bertemu, Dania semakin dekat dengan Nana. Bahkan Nana sudah dianggap seperti adiknya.“Dania, bagaimana keadaan Nana, putri dari Bu Ena?” tanya Rani, sambil mengoreng tempe.Dania, yang saat itu membantu memotong sayur, dengan senyum semringah bercerita tentang pengalamannya membantu Nana dari trauma kecelakaan.“Dania, senang Bu. Kalau Ibu tahu, rumah Bu Ena, sangat besar dan mewah. Di sana aku sering di suguhi makanan yang enak. Rasanya senang ya Bu, menjadi orang kaya, kemauannya pasti terpenuhi. Nana sangat beruntung terlahir dari keluarga yang kaya raya,” jelas Dania, sesekali ia menghentikan tangannya memotong sayur, dan menatap ke arah Rani.“Maafkan Ibu, Dania. Aku masih merahasiakan identitasmu yang sebenarnya. Suatu saat kamu pasti akan tinggal di rumah mewah itu, dan menikmati segala fasilitasnya,” gumam Rani dalam hati. Sambil tersenyum ke arah Dania, yang nampak bahagia menceritakan tent
Rani menghentikan taxi, setelah itu meluncur pergi meninggalkan taman. Senyum tak lepas dari bibirnya, kini di tangannya sudah memiliki uang, yang cukup besar untuk menunjang aksi balas dendamnya.Setelah turun dari taxi. Rani naik ojek, yang mangkal di pangkalan ojek, lalu menyuruh ojek untuk mengantarnya ke suatu tempat setelah memastikan Ena tidak mengikutinya.“Maaf, Ena. Aku masih menyembunyikan siapa anakmu. Sebelum aku melihat Haris hancur. Aku akan terus merahasiakannya.” Rani bergumam dalam hati, dengan menarik senyum di bibir kirinya.Tibalah Rani di suatu kompleks lokalisasi terselubung. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahuinya. Sebelumnya Rani mencari informasi tentang lokaisasi itu. Hingga ia mendapatkan satu nama mucikari beserta alamatnya. Setelah turun dari motor. Rani melangkahkan kaki ke sebuah rumah yang cukup besar, tapi kelihatan biasa. Dengan pintu pagar sederhana.Tok…tok…pintu depan di ketuk. Tak lama kemudian seorang wanita setengah baya, dengan riasan s
Satu bulan berlalu, Yudistira dan Dania resmi bercerai. Yudistira resign dari CEO Agratama Corp.Yudistira, mengemasi barang-barangnya dan memasukkanya didalam kardus, meja kerja yang selalu menemaninya selama hampir 5 tahun, ini, kini nampak kosong. Terlihat Ena muncul di balik pintu, ia tersenyum getir ketika menatap Yudistira.“Aku, menyesal, dengan keputusan kalian untuk bercerai. Aku tahu kamu tidak mencintai Dania, walaupun Dania berusaha menjadi istri yang baik untukmu. Kamu tahu, aku merasa ini tidak adil untuk Dania, salah putriku apa? Hingga ia mengalami luka yang dalam seperti ini,” ucap Ena, ada gurat kesedihan di wajahnya, memikirkan nasib Dania.“Maafkan aku Bu Ena, ini juga diluar kuasaku, aku pun berniat mempertahankan pernikahanku dengan Dania, tapi ia sendiri yang memutuskan bercerai,” balas Yudistira.“Kamu akan menikahi Keysha?” tanya Ena, tatapannya nanar ke arah Yudistira.“Aku dan Keysha, memang tak seharusnya berpisah, yang patut di salahkan atas kekacauan ini
Di malam tanpa bintang, di tempat berbeda, Dania termenung menatap halaman rumahnya dari atas balkon, bayang-bayang peristiwa tadi siang membuatnya berpikir keras untuk membuat keputusan, akhirnya ia meraih ponsel dan menghubungi seseorang. “Hallo, selamat malam, Pak Satria. Tolong siapkan berkas gugatan ceraiku terhadap Yudistira.” Tak biasanya pagi ini, sinar mentari seakan enggan bersinar. Awan hitam mengantung di langit, mewakili tiga hati yang sedang galau, terbelenggu dalam sebuah cinta segi tiga yang begitu rumit. Dania berjalan pelan, menuruni anak tangga, setelah di beritahu Bi Marni, jika Pak Satria sudah menunggu di ruang tamu. Kedua matanya yang sembab hanya di sapu dengan bedak tipis, supaya menyamarkan, jika dia semalaman habis menangis. “Pagi, Pak Satria,” sapa Dania begitu melihat tamunya sudah duduk di sofa tamu. “Pagi, Bu Dania,” jawab Pak Satria, pengacara keluarga Ena. “Bagaimana Pak, apa berkas gugatan perceraian sudah disiapkan.” “Sudah Bu, ini beberapa b
Keesokan harinya, Dania pergi menemui Tiara di sekolahnya. Dania ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, yang membuat Tiara di marahi oleh Keysha. Langkahnya terhenti di pintu masuk kelas Tiara. Bu lastri menghentikan Dania. “Maaf Bu Dania, Bunda Tiara yaitu Ibu Keysha, melarang Bu Dania menemui Tiara,” ucap Bu Lastri. “Iya, saya tahu, saya ke sini ingin meminta maaf pada Tiara, sebentar saja,” pinta Dania, netranya berkaca-kaca membuat Bu Lastri tidak tega. Akhirnya dengan berat hati Bu Lastri menginizikan Dania menemui Tiara. Lalu Dania mengajak Tiara ke taman sekolah, mereka duduk di bangku taman. “Bu Nia, Bunda melarang Tiara berteman dengan Ibu. Tiara tidak tahu kenapa Bunda marah pada Bu Nia,” ucap polos gadis yang belum genap berusia 5 tahun itu. “Nggak apa-apa, Bunda marah, karena Bunda takut kehilangan Tiara. Bunda sangat sayang pada Tiara. Bu Nia, ke sini ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, jangan hiraukan pertengkaran kami kemarin, karena orang dewasa kadang jug
Dret...dret...bunyi getar ponsel milik Keysha. Sejenak mata Keysha beralih dari laptop dan menatap ponselnya, kiriman chat dari nomor tidak di kenal, lalu di bukanya isi chat tersebut. Deg.. Jantungnya terasa berhenti berdetak, ketika melihat gambar seorang wanita, yang sangat di kenalnya nampak akrab dengan Tiara. “Dania,” desah kesal Keysha, seraya bangkit dari kursi kerjanya, lalu meraih tas kecilnya dan melangkah lebar keluar butik, wajahnya nampak tegang menahan marah. Dalam dada bergemuruh rasa kecewa pada Yudistira karena merasa di khianati. “Kamu bohong Mas, Kamu tidak menepati janjimu, kenapa sekarang Tiara ada di rumahmu,” gerutu Keysha, sambil menyetir mobil dengan kecepatan tinggi. Membelah jalanan ibukota yang semakin siang semakin panas. Seperti hati Keysha saat ini, panas terbakar melihat keakraban Tiara dan Dania. Beberapa menit kemudian mobil Keysha memasuki halaman rumah milik Dania,. Mata Keysha menyapu ke sekeliling rumah, dan terlihat Dania dan Tiara sedang bers
Yudistira kaget mendengar tuduhan yang di layangkan Keysha pada dirinya, ia merasa tidak pernah sedikitpun mempengaruhi Tiara untuk tinggal bersamanya. Yudistira mendesah pelan, Lalu menatap datar Keysha yang masih menunggu jawabannya.“Sha, aku tidak pernah mempengaruhi, Tiara untuk tinggal bersamaku. Aku juga memikirkan perasaan Dania, aku tidak mungkin, mengajak Tiara tinggal bersamaku, tanpa seizin Dania,” jelas Yudistira, sambil memegang bahu Keysha.Keysha menepis tangan Yudistira yang memegang bahunya, lalu ia bangkit berdiri, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.“Dengar, ya Mas! aku tidak akan mengizinkan Tiara tinggal bersamamu, walaupun Dania mengizinkannya. Aku tidak mau berbagi kasih sayang Tiara dengan Dania. Tiara anakku. Istrimu tidak boleh sedikitpun menyayangi Tiara,” ucap Keysha dengan bibir bergetar menahan tangis.Yudistira, bangkit dari tempat duduknya, refleks ditariknya tubuh Keysha ke dalam pelukannya. ”Sha, aku berjanji, semua akan terjadi sesuai keing
Dania melangkah mendekat ke arah Tiara, ia sedikit berjongkok dan berucap, ”Siapa namamu gadis cantik?”“Tiara,” jawab Tiara dengan bersemangat dan tersenyum kecil.“Nama yang bagus,” ucap Dania, sambil mengusap pipi Tiara dengan lembut.Setelah perkenalan usai. Dania berpamitan, dan akan kembali esok pagi sesuai jadwal yang telah di tetapkan. Dengan fokus menyetir mobilnya Dania tersenyum puas, rencana hari ini sesuai dengan kemauannya. Mobil melaju cepat ke arah klinik, sesampainya di sana ia membuat proposal kerja untuk Tk. Pelita Hati. Konsentrasinya buyar ketika Ena, mengetuk pintu ruang dan masuk ke dalam.“Mama,” sapa Dania pada Ena.“Dania, mama mau bertanya, apa kamu ada masalah dengan Yudistira, Mama kepikiran dengan kata-kata Rendi. Dan Mama lihat semalam Yudistira pergi dengan membawa travel bag, ada apa sayang?” tanya Ena yang nampak cemas.Dania menarik napas panjang, kemudian di lepas pelan, sebenarnya ia berat membagi masalah ini, tapi karena Mamanya bertanya, akhirny
Yudistira terdiam, ia terkejut. Kenapa Dania harus tahu, sebelum ia bercerita tentang semua yang terjadi. Kini tenggorokannya terasa tercekat, Yudistira tidak tahu harus mulai darimana, dilihatnya Dania menangis, ia berjalan menuju ranjang, kemudian menghempaskan tubuhnya di tepi ranjang, kedua telapak tangannya terus mengusap air mata yang menganak sungai.“Jawab Mas! Kamu berhubungan lagi dengan Keysha. Dan siapa anak yang bersama kalian?” tanya Dania dengan menatap tajam Yudistira dan suara yang tinggi.Berlahan Yudistira berjalan mendekati Dania, kemudian duduk di sebelah Dania, dan mengenggam tangan Dania, dengan kasar Dania mengibaskan tangan Yudistira.“Aku, bertemu Keysha, waktu di Karimun Jawa. Dan aku baru tahu, jika kepergian Keysha beberapa tahun yang lalu, ternyata dia hamil. Keysha mengira anak yang di kandungnya adalah anak Rendi, makanya Ia memilih pergi. Lalu waktu aku sampai di Karimun Jawa, aku mendonorkan darahku pada anak kecil, dan ternyata anak kecil itu adalah
Setelah melihat Keysha, turun dari mobil Yudistira, Dania nampak geram sekaligus sedih, tapi juga penasaran dengan anak kecil yang bersama Keysha dan Yudistira. Ia pun berniat untuk membuntuti mereka bertiga. “Pak, tunggu saya di sini,” pinta Dania pada sopir taxi. “Baik Bu,” jawab Sopir taxi singkat. Dania turun dari taxi. Hatinya terasa di tusuk ribuan pisau, kebohongan Yudistira yang membuat sakit, beribu pertanyaan tersimpan di dalam dada. Dari jauh Dania melihat kebersamaan, Yudistira dengan mantan istrinya. Dalam hati, Dania mempertanyakan, siapa gadis kecil yang bersama mereka? Yudistira dan Keysha seperti keluarga yang lengkap, tangan mereka menggandeng gadis kecil. Titik embun menggenang di sudut netra Dania, ia berjalan mengikuti Yudistira dan Keysha, yang tengah tertawa bahagia bersama gadis kecil itu. Hingga Dania merasa tidak kuat, melihat pemandangan yang begitu sempurna, oleh karena itu, Dania memutuskan untuk pulang. Dengan menaiki taxi yang menunggunya di tempat p
Malam semakin larut, Dania semakin gelisah memikirkan Yudistira, perkataan Nana terus terngiang di telinganya. Benarkah suaminya pergi ke arena bermain, dan hanya melihat sekumpulan anak-anak bermain. Dania menyibukkan dirinya menyiapkan makan malam untuk Yudistira, walau hati gundah, ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Pukul 10 malam, mobil Yudistira memasuki garasi mobil, kemudian ia melangkah masuk ke dalam rumah. Di lihatnya Dania duduk di kursi ruang makan, Dania menatap kosong, menu yang ada di depan meja makan, semua makanan itu disiapkan Dania untuk suaminya. Yudistira merasa bersalah, di dekatinya Dania. “Dania, maaf aku terlambat pulang,” ucap Yudistira, membuat Dania terjingkat karena kaget. “Mas.. baru pulang, kemana saja pulang selarut ini?” tanya Dania pelan sambil mengamati suaminya, yang berdiri di samping kursi, kemeja warna biru muda, dengan lengan dilinting sampai siku dan jam tangan warna hitam, persis yang dikatakan Nana barusan. “Aku,